Turkey Day 1 : Departure

Cerita sebelumnya lihat Prolog : A Call From Turkey

Kamis, 18 April 2019
00.30 WIB

Kami sudah berada di dalam pesawat Qatar Airways dengan nomor penerbangan QR 955 tujuan Doha, Qatar.

Setelah sesaat lalu menyempatkan diri videocall dengan orangtua di rumah. Sementara orang rumah masih sibuk mengurus Pemilu karena ayah dan adik petugas KPPS sedangkan mamak jadi saksi resmi. Yes, this is election day.

Pikiranku melayang kepada perjalanan seharian ini.
Pagi-pagi aku berberes kamar sekaligus packing. Agak repot pas packing karena belum pernah traveling jauh dengan kondisi iklim yang berbeda. Mau bawa baju tebal, khawatir gak muat. Mau bawa yang tipis juga khawatir dingin. Jadi aku bawa ngepas untuk 7 hari plus 1 pasang yang buat dipake berangkat

Tips #1 : Jangan bawa terlalu banyak pakaian untuk traveling. Bawa secukupnya kalau bisa yang gampang mix and match atau multifungsi

Untuk sepatu nih amvyun. Aku sampe bawa 3 jenis. Sport shoe (alesannya biar ringan, tapi ternyata gak oke buat di tempat dingin), wedges (untuk konferensi aja) dan boots (ini yang paling berfaedah dan dipakai terus disana)

Tips #2 : Pilih sepatu yang bisa cover seluruh kaki. Usahakan jangan yang ada heelsnya karena kaki jadi gampang capek

Setelah selesai dengan kerempongan packing, aku bersih-bersih diri untuk ke tempat nyoblos. Kebetulan dapat TPS pindahan (aku pakai form C5) yang nggak dekat dari pesantren. So, aku pinjem motor Ummi Ebah dan menyelesaikan urusan amanat negara ini.

Setelah itu siap-siap ke Jakarta. Sendirian. Karena Gogo udah di Jakarta duluan buat nyoblos dan bakal ketemuan di bandara langsung. Syukurnya Pak Hendra (security di pesantren) mau nganterin sekalian ambil surat mobil di Jakarta. Akhirnya aku berangkat sama Pak Hendra setelah sebelumnya menyerahkan beberapa pekerjaan dulu.

Sebelum Maghrib aku sudah sampai di Rumah SoA. Barang-barang diturunkan dan aku lanjut ke AQL sebentar, sekaligus menemani Pak Hendra mengambil surat tadi. Lepas Isya aku ikut Kak Reno, orang SoA yang mau ikut mengantar kita ke bandara.


Setelah semua personil lengkap, kita mengurus persiapan keberangkatan. Bunda Witra mengurus pembiayaan termasuk penukaran uang, sementara aku merapikan barang bawaan pribadi dan grup. Isi carrierku dipindah ke koper cabin punya bunda Witra, sebagai gantinya diisi sama barang pribadi dan peralatan media semacam kamera, tripod dan sesaudaranya. Pas mau berangkat, eh visa lupa di-print pula! Jadi kita ngeprint dulu deh

Sekitar jam 10 malam kita ditemani beberapa pengurus SoA berangkat ke bandara. Gogo dan keluarganya udah nunggu disana. Setelah foto-foto sedikit, kita pun masuk untuk check-in.

Putri. Bunda Witra. Bu Maya. Gogo

Bersama Gogo's Squad


Tips #3 : Pasport, e-ticket, visa harus selalu di tempat terjangkau namun tetap aman, khususnya pasport sebagai tanda pengenal.

Ada kejadian lucu sih pas di imigrasi. Aku asyik merekam video pakai iPhone dan nggak sadar kalau ada larangannya disitu. Terus petugasnya galak beut dah! Dia langsung minta hapenya dan ngubek isinya sambil bilang, "Liat lambang itu nggak?" sambil nunjuk simbol hape disilang. Aku minta maaf karena emang nggak liat.

Sesudah itu kita masuk ke ruang tunggu. Pas scanning ransel eh punyaku dibongkar karena ada cairan berlebih dan itu adalah lotionku yang baru beli semingguan gitu. Hiks, sedih

Padahal udah diingatkan jangan bawa cairan di atas 100 ml, sering liat tips traveling juga tapi tetap aja lupa

Tips #4 : Cairan semacam shampo, sabun cair, lotion, atau oil simpan di tempat kecil atau masukkan ke bagasi, jangan bawa ke cabin. 

Di dalam ruang tunggu kita masih heboh mengurus paket roaming internasional dari hapenya Gogo. Sebenarnya ada beberapa pilihan kayak sewa mobile WiFi atau pakai kartu Turki. Tapi karena di airport Turki itu nggak ada WiFi sementara kita harus terhubung dengan panitia disana, maka kita putuskan beli paket roaming dulu.

Cuma beberapa saat duduk di bangku tunggu, panggilan untuk boarding ke pesawat terdengar. Penumpang masuk menurut zonasi. Sambil menunggu dalam pesawat kita pamit dulu ke keluarga masing-masing dan mengabarkan kalau kita bakal berangkat.


***

On Board.
CGK-DOH


Perjalanan dari Jakarta ke Qatar memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan. Qatar Airways (QA) tepat waktu banget sih, tertera 00.40 ya berangkat di jam itu. Menurut jadwal kita akan tiba sekitar jam 6 pagi waktu Qatar.

Ini pertama kalinya penerbangan internasional yang cukup jauh buatku. Selain karena baru pertama, aku suka dengan pelayanan QA terbilang bagus. Di bangku kita udah terdapat bantal, selimut, satu pouch yang isinya sleepmask, penutup telinga, kaos kaki, sikat gigi plus odol dan lipbalm. Di depan bangku kita juga ada layar tv yang berisi berbagai hal dari info penerbangan, WiFi on board (tetap bisa internetan dalam pesawat), dan banyak jenis hiburan mulai dari musik, film sampai yang paling aku apresiasi banget adalah QA menyediakan murottal Quran 30 juz dari berbagai Qori! Wohooo!

Flight Info
Beberapa waktu kemudian pramugari datang menawarkan makanan. Yeps, ada dua kali meal masing-masing untuk makan malam dan sarapan nanti. Karena penerbangannya dari Indonesia, menunya pun masih Indonesia punya kayak nasi goreng dan mie goreng. Disini ada kejadian kocak juga, sih

Jadi ceritanya kita dapat beberapa jenis hidangan, selain main course ada buah, puding, sama roti gitu. Puding mangganya menggoda banget~ Tapi karena masih kenyang, akhirnya setelah menghabiskan makanan utama, kita pun tidur dengan niatan nanti aja makan pudingnya. Pas bangun, ealah!! Udah diangkut semuanyaaaa~ Hahahaha!

Oh pudingku~
Tips #5 : Kalau ada makanan yang mau dimakan belakangan, mending langsung disimpan ya guys

Perjalanan kita isi dengan sedikit ngobrol dan banyak tidurnya. Maklum, seharian lumayan capek dan di pesawat nyaman banget. Hahaha!

Kejadian kocak lainnya adalah pas mau sholat Subuh.
Sekitar jam 3 pagi (current time atau disesuaikan dengan waktu setempat) kita dibangunkan lagi untuk sarapan. Menunya nggak jauh beda. Bedanya kali ini pudingnya aku habiskan :P

Sambil nunggu Subuh, kita pun ngotak-ngatik tv sekaligus mengaktifkan WiFi on board.

Nah, untuk Wifi on board sendiri prosesnya cukup gampang. HP tetap dalam mode airplane tapi nyalakan WiFinya. Ada beberapa paket yang bisa dipilih, mulai dari Free untuk 30 menit sampai yang premium untuk unlimited (ini bayar ya, pakai USD).

Nggak berapa lama kita lihat jam udah menunjukkan sekitar setengah 5 menurut waktu setempat. Tapi kita ragu karena nggak tahu waktu Subuh di tempat itu. Jalan tengahnya kita ambillah jam 5 sebagai waktu yang paling normal. Mendekati jam 5 kita gantian ambil wudhu.

Tips #6 : Bawa cup kecil yang bisa dilipat untuk digunakan sebagai gayung. Terutama kalau traveling ke negara yang istinjaknya nggak pakai air.
(syukurnya Bunda Witra bawa, hehehe)

Toiletnya bagus
Lengkap dan bersih. Itu kesanku saat melihat mulai dari keran yang bisa diatur suhunya, ada beberapa jenis tisu yang berbeda untuk berbagai hajat, ada alas kloset sekali pakai, sampai sabun cair dan parfum. Nyunnah juga ini maskapai :D

Selesai wudhu aku balik ke bangku. Niatnya udah mau siap-siap Subuh. Pas liat current time lagi...
03.49!
WHAT?! Jadi jam 4 lagi??! Ternyata pesawat udah melintasi zona waktu yang berbeda -_-Ya sudahlah, daripada Subuhnya bablas, kita haqqul yaqin aja di waktu yang kita sepakati

Tips #7 : Untuk fiqih sholat safar ini ada beberapa pendapat. Bisa mengikuti waktu setempat atau kalau dalam posisi yang memang nggak ketemu waktu sholatnya (karena perpindahan zona waktu tadi) ada yang membolehkan qadha'. Tapi baiknya usahakan sholat sesuai waktu ya

Bener aja. Nggak berapa lama kemudian langit tiba-tiba terang benderang. Posisi pesawat juga sudah mendekati Qatar. Tepat pukul 6 pagi waktu Qatar kita pun landing... Alhamdulillah...

Kesan pertama nyampe Qatar itu... Hmm, aroma gurun guys :D
Officernya mayoritas African. Mereka bicara dalam bahasa Inggris dan Arab. Baguslah, rasa-rasa di pesantren aja, hehehe

Hamad International Airport ini besar dan bagus. Kabarnya lebih bagus daripada airport Dubai. Sejak Qatar di-embargo, penerbangannya menurun, airportnya jadi agak sepi. Walaupun yang kami lihat kemarin lumayan ramai, tapi ternyata itu sepi dibandingkan sebelum embargo. (Be strong, Qatar)

Ada waktu sekitar 9 jam menunggu penerbangan berikutnya ke Turki.
Aku udah janjian sama Om Udin (saudara di Qatar) untuk ketemuan. Infonya nih kalau orang Indonesia free visa di Qatar, jadi langsung keluar juga boleh. Karena Om Udin masih ada urusan, jadilah kami menunggu sampai sekitar jam 8 pagi. Kita bersih-bersih dulu, videocall sama keluarga dan teman. Oh ya, fasilitas WiFi disini juga bagus. Kita cuma perlu masukkin kode e-tiket dan kita pun bebas mengakses internet. Kencang booo~

Sekitar jam 8 kita keluar menuju imigrasi. Untuk menuju kesana kita pun nanya petugas. Aku jelaskan keperluanku tapi dia bilang dia nggak yakin aku bisa dapat visa karena udah dekat waktunya dengan penerbangan selanjutnya. Tapi dia izinkan kita kalau mau coba. Akhirnya aku nekat berdua sama Gogo nyoba ke imigrasi. Kita pegang sedikit dollar in case kalau harus bayar. Lama bernegosiasi rupa-rupanya akhirnya memang nggak dapat visa. Masalahnya satu, karena jarak ke penerbangan selanjutnya tinggal sekitar 4 jam maka aku nggak boleh keluar. Sistem mereka hanya mengizinkan kalau di atas 7 jam.

Tips #8 : Kalau transit di Qatar, pilih waktu transit yang agak panjang. Sekiranya mepet tapi masih di atas 7 jam, sebaiknya langsung keluar yang penting dapat visa dulu.

Endingnya nggak bisa ketemu Om Udin, nggak jadi keluar dan killing time muterin bandara Qatar.

Teddy~

Sungguh gabut foto-foto di ikon bandara Qatar berupa teddy bear kuning yang besar buanget ini, terus jalan-jalan ke Duty Free tapi nggak bisa beli apa-apa karena nggak bawa Riyal Qatar sama sekali ditambah lagi ya emang pada mahal sih yak :D

Disini aku sempat pusing, pokoknya kepala nyut-nyutan parah kayak overheat gitu. Awalnya aku pikir jetlag sampai nanya ke temen gimana caranya nghilangin jetlag. Ternyata belakangan aku sadar itu bukan jetlag melainkan lapar karena selama hampir 9 jam nggak makan :D

Tips #9 : Kantongi cemilan atau roti yang bisa mengganjal perut selama masa transit. Kalau air minum jangan khawatir, banyak fountain water di sekitar bandara.

Jadi sebelum Zuhur kita istirahat dulu di restroom yang nyaman banget. Aku sama Gogo tiduran di pojok yang viewnya langsung ke lapangan lepas landas. Kapan lagi coba tidur ditemenin pesawat? Hahaha!

"Pesawat gue parkir di ujung noh!" *fiktif

Bisa nyantai kayak di pantai

Sekitar setengah jam kemudian kita bangun dan sholat Zuhur di mushola. Wah, musholanya sih bagus bener. Bersih, sih, sih! Mulai dari toilet yang terpisah, tempat wudhunya bersih (tapi agak aneh karena disini wudhunya duduk, bleber maaak daku basah), petugasnya berhijab, tempat sepatu dipisah, ada Quran dan penunjuk waktu sholat, cuma satu yang nggak ada, Mukena :D

Pas banget setelah sholat kita boarding.
Perjalanan dari Qatar ke Turki memakan waktu hampir 5 jam.
Kesannya jauh banget ya? Padahal udah dekat dan zona waktunya pun sama GMT+3
Tapi karena embargo Qatar itu berefek juga sama lalu lintas udaranya. Bisa dibilang penerbangan Qatar hampir terkunci karena negara-negara sekitarnya ikut mengembargo. Akibatnya pesawat ini harus mutar dulu ke arah utara baru bisa sampai di Turki, efeknya memang penerbangan jadi lebih lama.

Sesuai jadwal kami tiba di Istanbul New Airport sekitar pukul 18.30 waktu Turki. Kabarnya ini bandara baru, memang kelihatan ada beberapa bagian yang belum finishing. Baru beroperasi di tahun 2019 ini. Jangan tanya soal kemegahannya, cukup WOW! Hanya untuk layanan umum masih lebih nyaman Qatar tadi.

Istanbul New Airport
Setelah turun dari pesawat, kita aktifkan internet untuk menghubungi panitia. Sambil menunggu arahan kita iseng-iseng ke Exchange untuk nukar uang. Agak deg-degan pas mau nanya disini, antara khawatir kita nggak ngerti petugasnya ngomong apa, atau petugasnya yang nggak ngerti kita mau apa :D
Setelah nanya-nanya akhirnya kita nggak jadi tukar uang karena di Exchange airport ini mereka minta komisi lumayan tinggi sekitar 40 Lira atau setara 120 ribu Rupiah untuk tukaran uang 1 juta. Kelebihannya, kalau kita punya MasterCard bisa langsung tarik disini.

Tips #10 : Lebih baik bawa USD yang mudah ditukar, jangan bawa Rupiah terutama ke negara-negara yang Rupiah nggak populer disana. 

Kita lanjut menuju imigrasi untuk cap paspor.
Antriannya panjang bener~ Turki ini memang hidup dari pariwisata sepertinya
Buktinya penerbangan ke Turki penuh dan di imigrasi untuk Foreign Pasport juga antriannya panjang
Selesai urusan cap paspor, kita mengambil bagasi

Sebenarnya dari sebelum berangkat kita udah diberitahu kalau troli disini nggak free, kita harus punya koin Lira untuk sewa trolinya. Berhubung masih bisa digeret sendiri, kitapun nggak nyewa troli.

Sesampainya diluar kita cari-cari panitia We Are All Mary.

Found it!
Seketika menemukan tulisan itu tapi nggak nemuin orangnya. Hmm~
Pas kita nunjuk-nunjuk tulisan itu akhirnya ada yang 'ngeh' kayaknya penjemput yang lain. Terus dia kasitau penjemput kita. Antara bingung sama ragu sebenarnya karena memang nggak ada panitia yang kami kenali (semacam akhwat behijab misalnya) disana. Ternyata yang menjemput kita laki-laki. Jujur aku nggak terlalu paham apakah memang ada jasa penjemputan gini di Turki atau dia panitia? Karena dia juga mengurusi penjemputan yang lain
Pas mau aku tanya-tanya agak susah karena dia bisa paham English tapi nggak terlalu lancar untuk ngobrol. Selanjutnya kita ketemu sama mahasiswa Mesir yang kelihatannya panitia We Are All Mary. Dia jemput kita, bawain barang kita dan cek semua peserta yang udah ada di dalam bus. Berhubung malam itu adalah waktu check-in hotel terakhir, jadi banyak peserta yang baru tiba malam. Mayoritas dari Indonesia dan Malaysia. Disana kita sempat berkenalan dengan beberapa orang yang ada dalam bus. Nggak lama kemudian kita langsung menuju hotel.

Perasaan pertamaku saat ngeliat jalanan Turki itu kayak serasa asing tapi juga dekat.
Perjalanan selama hampir 23 jam seharian ini memang melelahkan. Jadwal istirahat yang cukup awut-awutan, makan juga rada nggak jelas, mandi juga belum, tapi terbayar waktu menginjakkan kaki di Turki. Waktu itu sedang gerimis, udaranya dingin dengan suhu sekitar 8 derjat Celcius.
Dingin, gerimis dan jauh. Sungguh sebuah kombinasi rindu dan galau yang sempurna.

Source : booking.com

Kurang dari 1 jam, kamipun sampai di hotel sekaligus tempat kegiatan.
Raddison Blu, Küçükçekmece
Hotel ini memang hotel Airport karena posisinya tepat di seberang airport lama Istanbul, Ataturk International Airport.
Kita nggak langsung istirahat karena harus registrasi dulu untuk dapatin Seminar Kit dan info kamar. Then kami dibantu Sumayyah panitia acara yang juga mahasiswi Maroko mulai dari registrasi sampai check-in kamar.

Kita masuk kamar cuma untuk menaruh barang karena harus segera ke restaurant untuk makan malam. Restaurant bakal ditutup jam 10, itu artinya cuma ada waktu sekitar 20 menit untuk makan malam. Disinilah keasingan itu bermula. Selamat tinggal nasi~ Selamat tinggal gorengan~
Malam itu kita masih asik nyoba-nyoba termasuk nyobain Baklava yang terkenal enak dan mahal itu. Tapi pas aku cobain sepotong, ya Allah... manis amat!! Kuenya udah manis direndam air gula pula lagi~
Dan setelah itu aku nggak makan baklava lagi sampai pulang wkwkwkw!

Manis paraaah! | Source : Detik Food

Tadinya kita mau tidur bertiga (satu pakai extra bed) tapi rupanya Bunda Yenny sendirian. Akhirnya Bunda Witra pindah ke kamar Bunda Yenny di lantai 2. Sedangkan aku dan Gogo tetap di kamar tadi di lantai 4.

Apa yang paling menyenangkan dari ketemu kasur selain tidur?
Ya. Itulah yang kita lakukan :D

Sebenarnya ada kejadian kocak bin malu-maluin di tengah malam itu
Tapi tungguin di part selanjutnya ya >> Turkey Day 2 : Konferensi "We Are All Mary" Part. I

Tesekkur~

Komentar

  1. QA...it is said as one of the best airways.


    Kesimpulannya...penerbangan lintas benua bisa menyebabkan gagal membedakan sensasi jetlag dan lapar yah😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Antara lupa apa itu lapar dan belum kenal sensasi jetlag *hahaaa

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Menghayati Lagu Cicak di Dinding