Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita
Muslimah.
Apa yang terbersit di pikiran kita
saat mendengar kata ini?
Sejujurnya sebagai muslimah saya merasa miris
dengan apa yang saya lihat saat ini. Adanya tulisan ini berangkat dari
kekhawatiran saya tentang kondisi muslimah kita. Memang, saya hanyalah muslimah
yang jauh dari kata sempurna, namun niatan saya berbagi berangkat dari perintah
Allah :
“Oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena
peringatan itu bermanfaat” (Al-A’la : 9)
Mungkin sebagian besar kita sudah hafal betul
hadits yang menyatakan bahwa Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah wanita sholihah. Namun kenyataannya, hadits ini tidak benar-benar
diecamkan oleh muslimah kita sehingga banyak muslimah yang terjebak dalam usaha
‘memahalkan diri’ dengan jalan yang lebih banyak mendatangkan kemudharatan
ketimbang manfaatnya.
Malam ini saya melihat salah satu kontes
pemilihan muslimah (yang katanya) berbakat di salah satu televisi swasta.
Kabarnya, ada adik se-almamater saya yang mengikutinya. Namun alangkah
terkejutnya saya saat mendapati kontestan lain yang juga saya kenal. Mata saya
terbelalak! Saya ingat betul siapa dia. Astaghfirullah... (semoga saya
dilindungi dari perkara ghibah) saya melihat seorang kontestan yang tadinya merupakan
salah seorang teman Facebook. Saya tidak ingat bagaimana kami bisa berteman.
Tapi akhirnya saya remove akunnya karena terlalu sering mengupload foto seksi.
Selain terganggu, saya juga tidak ingin menambahi dosa karena ketidakmampuan
saya mengingatkan ia menutup auratnya. Dan hari ini, saya lihat dia berdiri
sebagai (yang katanya) muslimah berbakat! Saya coba husnudzhon, mungkin dia
memang sudah berhijab. Jadi saya cek kembali akun FBnya. Alangkah terkejutnya
saya bahwa ia baru saja selesai mengikuti kontes kecantikan sejenis yang
mendadahkan auratnya! Dan itu bukan hanya satu kontes saja! Dia bukan tertarik
pada dunia modelling, tapi benar-benar berangkat dari dunia model. Hati saya
mendidih dibuatnya.
Kontes muslimah-muslimahan ini sudah menarik
buat saya pada awalnya. Pasalnya, hampir seluruh kontestan memiliki latar
belakang modelling, fashion dan sebarisan ranah entertaiment lainnya. Sempat
ada rumor bahwa kontestan dari kontes ini adalah model-model biasa (yang
kesehariannya tidak berjilbab) kemudian ‘dijilbabin’ saat mengikuti kontes ini.
Dan kemunculan seseorang yang saya ceritakan di atas tadi mau tidak mau
membenarkan rumor tersebut.
Fatin |
Ada dua hal yang saya soroti dalam kasus ini.
Pertama, ada upaya komodifikasi muslimah oleh media. Muslimah dijadikan ‘barang
populer’ yang tak lagi ‘eksklusif’. Upaya ini sudah terbaca saat fenomena
“Fatin X-Factor” mulai booming. Dari awal saya sudah yakin dia juara. Bukan
karena kualitas bernyanyinya, namun karena dia berjilbab. Saya yakin betul dia
akan dijadikan sebagai ikon pembuka muslimah penghibur. Sebelum Fatin, saya
juga telah menyoroti girlband Sunni yang mengikuti salah satu ajang pencarian
boyband/girlband di salah satu televisi swasta. Bagi saya, kemenangan Sunni memiliki
upaya yang sama dengan kemenangan Fatin. Sayangnya, Sunni tidak bertahan di
panggung hiburan karena langsung hilang dari permukaan. Fenomena Fatin membuka
muslimah lain untuk mengikuti kontes pencarian bakat sejenis.
Sunni Girlband |
Serentetan kontes
menyanyi setelah X-Factor terlihat memiliki kontestan berjilbab. Hal ini
kemudian terulang lagi pada pencarian bakat “Rising Star” yang menjadikan Indah
Nevertari sebagai juara. Tak lama berselang, media semakin berani membuat
kontes-kontes yang melibatkan penuh para muslimah. Sedang muslimah kita
berbondong-bondong mendaftar sebagai peserta. Lengkap sudah! Jadilah muslimah
kita bak Barbie Berjilbab!
Mengapa saya katakan demikian? Untuk kita
ketahui bersama, bahwa boneka Barbie adalah alat propaganda kecantikan yang
luar biasa! Bayangkan, Barbie menjadi standar kecantikan perempuan. Bahwa
perempuan cantik adalah yang memiliki tubuh jenjang, kaki kecil, pinggul kecil,
kulit putih mulus, rambut panjang, mata biru, hidung mancung dan bibir merona. Semua
anak perempuan yang memainkan Barbie menerima pesan ‘kecantikan’ ini sejak
kecil. Akibatnya, saat dewasa, anak-anak perempuan tadi berlomba-lomba secantik
Barbie.
Inikah yang menimpa muslimah kita? Berlenggak-lenggok
di atas panggung, menjadi penghibur. Muslimah diukur berdasarkan kecantikannya tak ubahnya kontes kecantikan lain yang (katanya) mengedepankan Brain, Beauty dan Behavior. Ini bukan penyejuk mata seperti doa Nabi
kita, ini nerakanya mata bagi kaum lelaki. Mengapa demikian? Karena pada
akhirnya lelaki muslim kita terpaksa ‘menyantap’ penampilan perempuan yang
bukan mahramnya. Alasannya, “Ahh, kan menutup aurat. Toh tidak dosa...” Ya,
tapi lupakah kita bahwa perempuan adalah fitnah paling keji untuk laki-laki?
Lupakah kita bahwa Rasulullah sudah mengingatkan bahwa “Tidak aku tinggalkan
fitnah yang paling bahaya bagi laki-laki sesudah (kematian)ku kecuali fitnah wanita” Tidakkah kita mengingatnya?Sesungguhnya
apabila seorang perempuan keluar dari rumah, maka setan mengiringinya dan
mempercantik rupanya.
“Ahh, ini kan ada baiknya, acara tivi jadi ada
konten islamnya...”
Sebentar. Saya jadi teringat, suatu hari dosen
Filsafat Komunikasi saya pernah berkata “Agama nggak bisa masuk ke tivi. Gimana
mungkin malaikat ketemu setan?” Kalimat itu sempat membuat saya tidak terima,
terutama karena waktu itu saya baru selesai mengikuti ajang pencarian bakat
yang berkonten agama juga. Tapi lama kelamaan saya berpikir, benar juga kata
dosen itu. Saya sendiri merasakannya. Saya mengikuti ajang tersebut dengan niat
baik, niat untuk menyampaikan sedikit ilmu yang saya punya. Namun kenyataannya?
Sayang sekali, visi misi kami tidak sejalan. Saya (sebagai pengisi acara)
memiliki orientasi yang jauh berbeda dengan pihak televisi. Apa kata seorang
rekan saya?
“Nggak akan bisa lanjut (acara ini) kalau kalian (orang tv) masih bertuhan pada Share dan Rating! Tuhannya cuma duit” ucapnya lantang.
Ditambah
lagi dengan nasihat Ustadz kami, ustadz Bachtiar Nasir waktu itu, “Kalau kalian
benar-benar ingin berdakwah, harusnya kalian meminta pulang paling awal dan
mundur dari acara ini.” Saya diam, dalam hati membenarkan. Maka saya berdoa,
“Ya Allah, jika ini hanya menjadi neraka buat hamba, tolong pulangkan hamba
lebih awal...” Alhamdulillah, Allah mengabulkan. Dan secara jujur harus saya
akui bahwa saya sedikit banyaknya cukup trauma dengan dunia pencarian bakat.
Yang kedua, apa sebenarnya tujuan kontes muslimah-muslimahan
seperti ini? Saya pribadi tidak mendapatkan esensi nyata. Yang dapat saya
tangkap adalah, kontes ini berusaha menjadikan pemenang kontesnya sebagai role
model muslimah masa kini. Bahwa muslimah itu cantik dan berbakat (entah apapun
bakatnya). Selaraskah dengan yang Islam ajarkan?
Bagi kontestannya, apakah dengan mengikuti
kontes muslimah seperti ini hanya untuk menaikkan prestise semata? Ini hanya
pikiran saya, semoga saya salah. Namun jika benar seperti itu, maka sangat
disayangkan sekali karena ternyata muslimah kita telah benar-benar menjadi
komoditi alias BARANG.
Kondisi ini kembali mengingatkan saya pada
suatu kesempatan dimana saya harus membahas tentang hakikat kecantikan. Dan
tulisan ini Lelaki Pemangsa Rupa dan Perempuan Penjaja Rupa saya buat sebagai pengantarnya.
Jika demikian maka kita telah sama-sama
bekerjasama untuk menghilangkan standar keimanan dalam pribadi kita. Jika
muslimah kita dipamerkan sebagai Barbie berjilbab, maka sangat wajar jika para
lelaki mencari keelokan rupa ketimbang kecantikan hati.
“Pengen yang sholihah, tapi alangkah baiknya
kalau cantik...”
Dimana derajat keseimbangannya? Berarti lebih
mengutamakan kecantikan dibanding keimanan? Sholih dan sholihah itu yang utama,
keelokan rupa adalah bonusnya. Jangan terbalik! Jangan jadikan keimanan sebagai
bonusnya. Iman itu harga mati! Siap-siap sengsara jika tak punya iman.
Saudariku, muslimah...
Saudaraku, muslimin...
Upaya musuh Islam untuk menghancurkan Islam
terus digulirkan. Mereka tahu benar jika generasi perempuan Islam itu kuat dan
baik, maka bangkitlah Islam! Karenanya kita dilenakan dengan buaian duniawi
yang membuat perempuan kita lemah, silau akan dunia, melupakan kemahalan
dirinya sesungguhnya. Yang heboh mempercantik rupa ketimbang akhlaknya.
Seorang Muhammad tidak terlahir dari seorang
perempuan yang bukan Aminah.
Seorang Fatimah tidak terlahir dari rahim
perempuan yang tidak sehebat Khodijah.
Hasan dan Husein tidak terlahir dari ibu
selain ibu sekuat Fatimah.
Sudahlah, sayang...
Yang mahal itu akan disimpan...
Pernahkah engkau melihat berlian termahal?
Apakah semua orang dapat menyentuhnya?
Jangankan menyentuh, yang melihat pun sangat
terbatas. Ia terkunci rapat dalam kotak kaca yang berlapis-lapis keamanannya.
Pernahkah kau temukan berlian termahal berada
di pinggir parit atau di tengah jalan? Yang bisa dilihat dan disentuh oleh
siapa saja yang lewat? Tidakkah kau pikirkan bahwa berlian itu tak lagi bernilai
mahal karena ia tidak terjaga?
Saudariku, harusnya dari tangan-tangan kita
terlahir generasi pejuang Islam yang memiliki keimanan, keberanian, ketangguhan
serta karakter yang kuat. Apakah semua itu bisa dihasilkan oleh seorang ibu
(sebagai pendidik) yang hanya hobi bersolek dan mempertontonkan kecantikannya
untuk banyak orang selain suaminya?
Jawablah, saudariku...
Dengan hatimu...
Wallahu yuhdi liman yurid...
Like
BalasHapusJazakunallah ti, semoga bermanfaat
HapusNice. Thanks
HapusYa Allah.
BalasHapusKak, nice banget tulisan nyaa.... sedih bacanya... 😢ðŸ˜
Lillahi-l-hamd, makasih udah membaca. Semoga bermanfaat, Yu
HapusSubhanallah... semoga bisa membuka mata hati smua org
BalasHapusLike this, ukhti... barokallah
Aamiin, aamiin... Terima Kasih sudah membaca mbak :)
HapusDapat rekomendasi baca ini dari teman instagram, katanya tulisan dari seseorang di komunitas yg kakak kenali. Ternyata itu tulisan Putri. Huum, baru-baru ini lihat spanduk2 serupa di beberapa tempat, blum pernah lihat acara TV nya - enggak tau isi nya apaan
BalasHapusBukan komunitas yg kakak kenali, tapi memang kawan sekomunitas rupanya :D
HapusItulah btapa kita mkin sedih saat mentri agamapun mengapresiasi setinggi2'y pd hal2 mcm ini
BalasHapusSemoga kalau satu hari nanti mbak nai diberi kesempatan menjadi menteri, bisa membedakan mana yang harus diapresiasi dan mana yang tidak :)
HapusTerima kasih sudah membaca.
Ambil yg baik... buang yg buruknya...
BalasHapusbaiknya.. masyarakat sudah jd semakin tau ttg kewajiban berjilbab..dan didalam kontes2 sprti ini jg ttp ada pelajaran ttg agama. Yg belum tau jadi tau... siapa tau ada perempuan tergerak hatinya untuk segera berhijab dgn melihat acara tsb... :)
lbh baik media banyak menampilkan acara2 yg berkaitan dgn islam drpd acara2 lain yg pemilihan2 putri apalah apalah yg mengumbar aurat ....
meski masih setapak... tp media sudah "melangkah" (berniat) menyoroti keindahan islam ... (meski masih setapak) ^^
disisi lain saya sgd setuju dengan tulisan mbak... harusnya panitia acara menelusuri profil peserta.. mana yg beneran berhijab kesehariannya .. mana yg barbie di hijab in...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusLike
HapusLike
HapusTerima kasih sudah membaca mbak... Ya ke depannya besar harapan kita semoga konten televisi benar-benar yang memberi manfaat
HapusTulisan yg sangat menarik
BalasHapusTerima kasih sudah membaca, mas
HapusCoba deh para kontestan itu ditanya bakatnya apa? Plingan menari, mnyanyi, main alat musik, akting, gak berbau islami sma skali. Coba dtnya sudh hafal brp juz dr kitab Allah, brp hadist,,,bngong pasti
BalasHapusBegitulah kondisinya, mbak... Kita husnudzhon saja, semoga masih ada nilai-nilai keagamaan yang tertanam dalam pribadi masing2. Terima Kasih sudah membaca.
Hapussetuju sama mba echy ..
HapusBERBAKAT yg di maksud itu harus nya berbau islamii ..
jadi gak muslimah-muslimahan kesan nya ..
Coba deh para kontestan itu ditanya bakatnya apa? Plingan menari, mnyanyi, main alat musik, akting, gak berbau islami sma skali. Coba dtnya sudh hafal brp juz dr kitab Allah, brp hadist,,,bngong pasti
BalasHapusIya miris sekali muslimah Indonesia, terlebih lagi Syiah ingin masuk secara halus ke tubuh muslimah Indonesia dan menyebarkan tren Iran zina mut'ahnya, naudzubillahi min dzaalik
BalasHapusMasyarakat kita memang masih punya budaya latah. Dengan membangun kesadaran masyarakat, insyaAllah kita sudah membantu kaum kita selamat dari bahaya Syi'ah, insyaAllah.
Hapussecara tidak langsung memang itulah yang diinginkan oleh orang-orang berkepentingan untuk muslimah kita, agar mereka semakin lupa dengan jati dirinya
BalasHapusYa, begitulah kondisinya mas. Sangat disayangkan memang. Kitalah yang bertugas menyelamatkan saudari2 kita ini. Terima kasih sudah membaca.
HapusTerimakasih atas ilmunya mba... Saya setuju dengan pendapat mba... Saya juga mau share ttg lembaga pendidikan yg inshaa Allah dalam prosesnya akan melahirkan generasi laki laki setangguh umar bin khattab dan perempuan bermental baja layaknya aisya r.a... Ini linknya mba mungkin mba memiliki sanak saudara untuk dimasukkan ke lembaga ini:
BalasHapuswww.alumanaa.com
Sama2 mbak. Semoga Allah saja yang menilai ijtihad kita masing-masing. Sukses untuk perjuangannya mbak :)
HapusMaaf sekali, Mbak Zilqiah. Sekadar menambahkan bahwa hakikat jilbab adalah menyembunyikan kecantikan agar terhindar dari fitnah karena wanita adalah fitnah yg terbesar. Silakan mengumbar kecantikan, tapi lakukanlah hanya untuk suami karena itu adalah ibadah dengan pahala tak ternilai dan in syaa Allah menjadi salah satu tiket masuk surga. Kontes kecantikan, apapun pakaiannya (dr mulai yg berbikini hingga berjilbab), sejatinya adalah memromosikan kecantikan dan keglamoran. Siapa yg menciptakan kontes2 ini? Tdk lain adalah kaum kuffar, kaum yg sejak dulu hingga kiamat akan mengerahkan segala daya upaya utk menghancurkan Islam dan muslim. Mengapa yg jadi sasaran adalah wanita? Krn wanita menjadi ibu, dan dari rahim ibulah lahir generasi2 penerus. Ibu adalah madrosatul ula, yakni guru pertama dan yg terpenting bagi anak. Rusak akhlak sang wanita, maka rusaknya generasi yg dilahirkannya. Kontes Miss Muslimah tdk lain hanyalah tipu daya syaithan yg menghias jilbab menjadi glamor dan sexy, jauh sekali dr tuntunan Qur'an dan Sunnah. Dengan demikian manfaatnya nol besar sehingga mengadakannya adalah langkah yg salah, meskipun si kontestan adalah muslimah berjilbab sehari-harinya.
BalasHapusTerima kasih untuk share ilmunya, semoga terus di sampaikan untuk menyelamatkan generasi muslimah kita :)
HapusTulisan ini sangat subyektif...mungkin kebetulan anda mengenal salah satu kontestan yang demikian. Teman saya kebetulan salah satu kontestan acara tsb, tampil di grand final di tv kemarin namun tidak masuk 10 besar. Mengenai teman saya tsb, ia merupakan teman saya yang sedari dulu sudah berjilbab, dan juga sosok yang selalu menjaga shalat dan mengajinya. Sempat dulu ia pernah bercerita pernah kesal saat karantina suatu ajang muslimah, yang notabene beberapa kontestan bahkan koreografernya lalai akan waktu shalat. Mengenai alasan ia mengikuti ajang ini yaitu karena ia memang teman saya yang selalu mengejar prestasi yang sesuai dengan kapabilitasnya. Adapun kemarin saya lihat di tv sepertinya cara berjalannya pun tidak berlenggak lenggok dan desain pakaian tidak membentuk tubuh. Semoga bisa menambah pandangan anda terhadap para kontestan yang lain dan acara tsb. Jangan lupa untuk mengambil sisi positifnya, dan juga kita doakan kontestan yang anda maksud setelah mengikuti acara tsb bisa mendapatkan hidayah, aamiin...
BalasHapusYa, pada dasarnya sudut pandang manusia memang tidak bisa sepenuhnya objektif, karena baik saya maupun anda secara pribadi mengenal kontestan yang berbeda.
HapusPemenang kontes ini adalah adik kelas saya ketika di pondok dan saya tau kualitasnya cukup baik.
Terima kasih sudah membaca, terima kasih juga untuk responnya.
that's what we call entertainment. They make lies.
BalasHapusThank you for tell us the truth :D
Hapusjust positif thinking aja dg acara kontes tersebut. kalo masalah keimanan, kembali pada pribadi masing". karena iman bukan bonus, melainkan kenikmatan yang Allah SWT berikan dlm hati. Kita berdoa saja buat saudara saudari seiman kita, agar selalu di selamatkan dr hal" yg mendekati kemungkaran. Kalo berbicara ttg tulisan mbak putri, inget dg pas kuliah mapel filsafat agama, apakah islam yg mengikuti perkembangan zaman ato zaman yg mengikuti islam?
BalasHapusirhamnaa ya Rohmann.....aamiin
Tentu kita harus tetap husnudzhon utk segala kondisi mbak, saya pun berharap kontestan2 tersebut menemukan jala n Islam sesungguhnya.
HapusKalau soal filsafat agama, sepertinya mbak sebagai orang yang mempelajarinya harus menuliskannya untuk di share ke kita nih :)
Acara tersebut merupakan ajang pembodohan umat, sesungguhnya umat islam telah kehilangan identitasnya, muslimah2 dipajang, mereka benar2 tak tau bagaimana caranya berhijab syar'i
BalasHapusBegitulah realitanya mbak, tugas kitalah untuk terus menjaga rekan-rekan muslimah kita. Terima kasih sudah membaca, mbak :)
Hapusacara tersebut jumtru merendahkan muslimah sendiri. bukan masalah lenggak lenggoknya, tapi memang tidak boleh dengan sengaja mempertontonkan kencantikan. audah pakai hiijab punduk unta, bulu mata, make up tebal (tabaruj) itu semua gk boleh. jangan sampe muslimah yg lain mau pake jilbab gara2, ingin cantik, ingin terkenal, atau agar bisa ikutan ajang spt ini. klo mau berdakwah banyak kok wadahnya, acara ini sama aja kayak acara kaum kapitalis.
BalasHapusBegitulah kondisi yang kita hadapi saat ini mbak, kitalah yang bertugas terus menjaga rekan-rekan kita sesama muslimah. Terima kasih sudah membaca, mbak :)
HapusKarena ini ajang kontes muslimah akan lebih baik lagi bila yg dinilai pengetahuannya seputar Islam, kefasihannya membaca Qur'an, qiroahnya, sari tilawahnya, menyampaikan ceramah keagamaan, hafalan Qur'an ato hadisnya.. bukan cuma berlenggak lenggok di catwalk aja semua orang juga bisa....
BalasHapusTerima kasih mbak, semoga ke depannya bisa ditemukan cara yang tepat untuk mengapresiasi muslimah :)
HapusTulisan yang sangat menarik dan memang seperti ini kondisi nyatanya, so kembalikan niatmu berjilbab wahai para muslimah. Ingat, auratmu hanya milik suamimu semata. :-)
BalasHapusTerima Kasih sudah membaca mas, semoga bermanfaat :)
HapusYang kontes muslimah baru tau ya mbak? emang sih ada kontestan yang kayak itu tapi yang lain memang berhijab (bukan setingan). Saya cukup setuju dengan pendapat mbak, tapi makin saya baca jadinya terkesan mbak su'uzon terhadap wanita 2x yang tampil dimedia dan menggunakan hijab. Logika praduga mbak tidak didasari dengan fakta yang jelas. Saya takut malah jadi gosip dan fitnah.
BalasHapusSebelumnya terima kasih sudah membaca dan merespon tulisan saya. Pada dasarnya saya tidak mengeneralisir semua kontestan aslinya tidak berjilbab, karena ada kontestan lain yang juga saya kenal cukup baik. Mohon maaf jika ada kalimat saya yang menimbulkan kesalahpahaman, saya tidak berniat menjelek2an pihak mana pun.
HapusSebenarnya saya memiliki bukti otentiknya, hanya saya pikir tidak pantas untuk ditampilkan dalam tulisan ini karena tentunya akan sangat kontradiktif dengan isi tulisan ini sendiri.
Overall, terima kasih untuk pendapatnya :)
astagfirulloh sedih bacanya atuhlah saya termasuk wanita yg berhijab sejak SMP tp tak luput dari dosa, dan saya termasuk wanita yg berambisi memiliki pekerjaan di layar TV (news anchor). Tapi atuhlah.... speechless deh baca cerita ini. gak mau saya menjadikan hijab sebatas untk mencari popularitas. hijab untk menjauhkan kita dari api neraka.
BalasHapusSemoga mbak Nurul dikuatkan Allah selalu, dijaga keistiqomahan berhijabnya. Kalau Allah yang jadi pegangan, insyaAllah dimana pun berada, mbak akan terjaga.
HapusTerima kasih sudah membaca mbak :)
selagi masih bisa bekerja tidak jauh dari rumah , kenapa harus masuk industri hiburan..
BalasHapuscoba renungkan betapa entainer itu kebanyakan tidak jauh dari fitnah, gosip, perselingkuhan dan yang baru-baru ini malah ada fenomena Prostitusi Artis
apa itu kurang cukup buat membuka akal fikiran, bahkan hati nurani kita ???
Naudzubillah, Akibat Memberi Suami Makan dengan Air Mani dan Darah Haid
Itulah tantangan muslimah kita saat ini, semoga kita terus bisa menjaga generasi muslimah kita. Terima kasih sudah membaca :)
Hapussuka banget tulisannyaaaaaaaaaaa :')
BalasHapusTerima kasih, semoga bermanfaat :)
Hapusizin share y mbak...
BalasHapuswah keren banget tulisannya
BalasHapussalut untuk pemikiran kritisnya
Nice... mg mnfaat bt bnyk orng
BalasHapusNgomon-ngomong, banyak muslimah tergoda untuk tampil (sedikit lebih) memikat, namun seringkali batasnya sangat kabur, hmmm
BalasHapusI really like this post!
BalasHapuslike
BalasHapustermasuk hijab hunt.. y mba
izin share...
Iya, saya juga miris dengan fenomena beauty pegeant beginian, mau yang tanpa jilbab apalagi yang berjilbab, rasanya cuman kapitalisme terselubung dan para wanita yg jadi korbannya (cuman nggak/belum sadar). Namanya aja beauty pegeant, pemilihan putri cantik, yah tetap aja yg dipilih itu yg tampangnya cantik (menurut orang kebanyakan). Nggak akan pernah ada ceritanya wanita tampang menengah ke bawah, pendek, hitam, hidung pesek, jerawatan yang menang meskipun wanita itu prestasinya jauuuuh lebih tinggi daripada yg cakep2. Mustahil itu mah. Tapi orang2 yang pro akan bilang, ya jelas lah itu kan kontes kecantikan. Nah kan, muter2. Nggak konsisten..
BalasHapusNice share Mbak Putri!
Nggak usah terselubung, memang jelas-jelas kapitalisme kok. Wajar lah kalau TV pengennya yang laku, karena mereka memang bisnis juga.
HapusTulisannya bagus sekali, ukhti.
BalasHapusMenarik postingnya. *jempol*
BalasHapusSaya tetap tidak bisa berfikir dan mengambil hal positif dari kontes semacam itu selain hanya Penyelenggara dapat uang dari sponsor, kontestan dapat hadiah dan saya dapat tontonan bukan tuntunan karena jujur saya sebagai kaum adam, perhatian saya memang jadi lebih terfokus pada kecantikan para kontestan daripada apa yang mereka bicarakan akhirnya 5menit nonton saya pindah chanel karena ada rasa malu karena kecantikan muslimah dihargai sebats hadiah dan kontrak kerja. Saya rasa generasi saat ini seperti didorong untuk mecintai hal2 yang remeh seperti musik, nyanyi, artis, modelling dan sejenisnya.. dan memang industri tersebut mampu menghasilkan uang banyak sedang hal nyata seperti pendidikan, engineering dan pertanian justru kalah populer. Bahkan saya menjadi orang yang berfikir bahwa R.A Kartini harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada muslimah saat ini karena ajaranya lebih banyak disalah artikan dan kenapa bukan cut nyak dien atau cut mutia yang berkorban nyata untuk dikenang dan diperingati tiap tahun? Apakah karena mereka muslimah sehingga kemilaunya perlu disamarkan kemilaunya
BalasHapusBagus bgt kak tulisannya sampai hati trenyut membacanya,,,trmksih sudah menginspirasi kita anak muda kak untuk lebih brhti2 dlm brhijab
BalasHapusLike for read it,,, thanks ukhti sudah berbagi ;)
BalasHapusnice
BalasHapustulisan yang sangat bermanfaat
BalasHapussemoga kita tetap istiqomah dalam menjalani islam yang kaffah
mampir kesini y kak,.www.mukenadistro.com
kami adalah PRODUSEN MUKENA KATUN JEPANG berkualitas
terima kasih..
aaaaaaa, akhir jaman. tanpa iman dan islam ia akan di neraka selama-lamanya
BalasHapusYang mengatakan ambil baiknya. Taka ada baiknya dalam kontes itu. Wong cantiknya di mata manusia, bukan di mata Allah Swt. Semua nya Ri'yah..memamerkan diri, sadarlah dunia sementara, akhirat selam-lamanya. persiapakan diri sebelum malaikat IZRAIL menjemput!!!
BalasHapussubhanallah postingannya bagus, aku izin share yah kak :)
BalasHapusKalau ingin lihat acara TV ini gagal, ya harus cari konsep lain yang membawa jumlah uang/rating sama atau lebih tinggi. TV cari uang itu wajar karena peralatan memang mahal bisa sampai ratusan miliar. Mereka juga bisnis dan semua bisnis ingin balik modal.
BalasHapusKalau TV menggamit yang ideal dan bukan yang laku, bisa dipastikan besok kelar. Itu kenapa TV-TV "sekuler" tapi menarik untuk semua kalangan lebih laku dan besar dibanding stasiun-stasiun yang mengarah ke kelompok tertentu (mis. Da'ai atau TV dakwah.) Lebih gampang cari iklannya, lebih gampang cari uangnya, lebih gampang berkembang.
Saya nggak ngomongin agama lho dari tadi. Ini bukan masalah agama, tapi bisnis ya bisnis aja. Jilbab lagi ngetren, makanya di TV merefleksikan itu. Pengen ideal atau agamis sih sah-sah aja, tapi kalau ngomongin ekonomi/bisnis, orientasinya memang selalu "yang laku."
Salaaam... terimakasih atas tulisannya, membuka pandangan saya.
BalasHapushmm,,,,semakin tidak mengerti dengan dunia ini
BalasHapusMasya Allah saya senang dan lega sekali membaca artikel mba. Semoga bisa terus sharing yaa. Barakallah
BalasHapusmakasih ukti ....baguuuus banget tulisannya , sangat bermanfaat buat saya memperbaiki diri utk jadi muslimah yang selalu bisa memperbaiki akhlak
BalasHapusInsyaAllah kita semua bisa jadi lebih baik
BalasHapus