Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita

Muslimah.
Apa yang terbersit di pikiran kita saat mendengar kata ini?

Sejujurnya sebagai muslimah saya merasa miris dengan apa yang saya lihat saat ini. Adanya tulisan ini berangkat dari kekhawatiran saya tentang kondisi muslimah kita. Memang, saya hanyalah muslimah yang jauh dari kata sempurna, namun niatan saya berbagi berangkat dari perintah Allah :


“Oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat” (Al-A’la : 9)


Mungkin sebagian besar kita sudah hafal betul hadits yang menyatakan bahwa Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah. Namun kenyataannya, hadits ini tidak benar-benar diecamkan oleh muslimah kita sehingga banyak muslimah yang terjebak dalam usaha ‘memahalkan diri’ dengan jalan yang lebih banyak mendatangkan kemudharatan ketimbang manfaatnya.



Malam ini saya melihat salah satu kontes pemilihan muslimah (yang katanya) berbakat di salah satu televisi swasta. Kabarnya, ada adik se-almamater saya yang mengikutinya. Namun alangkah terkejutnya saya saat mendapati kontestan lain yang juga saya kenal. Mata saya terbelalak! Saya ingat betul siapa dia. Astaghfirullah... (semoga saya dilindungi dari perkara ghibah) saya melihat seorang kontestan yang tadinya merupakan salah seorang teman Facebook. Saya tidak ingat bagaimana kami bisa berteman. Tapi akhirnya saya remove akunnya karena terlalu sering mengupload foto seksi. Selain terganggu, saya juga tidak ingin menambahi dosa karena ketidakmampuan saya mengingatkan ia menutup auratnya. Dan hari ini, saya lihat dia berdiri sebagai (yang katanya) muslimah berbakat! Saya coba husnudzhon, mungkin dia memang sudah berhijab. Jadi saya cek kembali akun FBnya. Alangkah terkejutnya saya bahwa ia baru saja selesai mengikuti kontes kecantikan sejenis yang mendadahkan auratnya! Dan itu bukan hanya satu kontes saja! Dia bukan tertarik pada dunia modelling, tapi benar-benar berangkat dari dunia model. Hati saya mendidih dibuatnya.


Kontes muslimah-muslimahan ini sudah menarik buat saya pada awalnya. Pasalnya, hampir seluruh kontestan memiliki latar belakang modelling, fashion dan sebarisan ranah entertaiment lainnya. Sempat ada rumor bahwa kontestan dari kontes ini adalah model-model biasa (yang kesehariannya tidak berjilbab) kemudian ‘dijilbabin’ saat mengikuti kontes ini. Dan kemunculan seseorang yang saya ceritakan di atas tadi mau tidak mau membenarkan rumor tersebut.


Fatin
Ada dua hal yang saya soroti dalam kasus ini. Pertama, ada upaya komodifikasi muslimah oleh media. Muslimah dijadikan ‘barang populer’ yang tak lagi ‘eksklusif’. Upaya ini sudah terbaca saat fenomena “Fatin X-Factor” mulai booming. Dari awal saya sudah yakin dia juara. Bukan karena kualitas bernyanyinya, namun karena dia berjilbab. Saya yakin betul dia akan dijadikan sebagai ikon pembuka muslimah penghibur. Sebelum Fatin, saya juga telah menyoroti girlband Sunni yang mengikuti salah satu ajang pencarian boyband/girlband di salah satu televisi swasta. Bagi saya, kemenangan Sunni memiliki upaya yang sama dengan kemenangan Fatin. Sayangnya, Sunni tidak bertahan di panggung hiburan karena langsung hilang dari permukaan. Fenomena Fatin membuka muslimah lain untuk mengikuti kontes pencarian bakat sejenis.

 
Sunni Girlband
Serentetan kontes menyanyi setelah X-Factor terlihat memiliki kontestan berjilbab. Hal ini kemudian terulang lagi pada pencarian bakat “Rising Star” yang menjadikan Indah Nevertari sebagai juara. Tak lama berselang, media semakin berani membuat kontes-kontes yang melibatkan penuh para muslimah. Sedang muslimah kita berbondong-bondong mendaftar sebagai peserta. Lengkap sudah! Jadilah muslimah kita bak Barbie Berjilbab!


Mengapa saya katakan demikian? Untuk kita ketahui bersama, bahwa boneka Barbie adalah alat propaganda kecantikan yang luar biasa! Bayangkan, Barbie menjadi standar kecantikan perempuan. Bahwa perempuan cantik adalah yang memiliki tubuh jenjang, kaki kecil, pinggul kecil, kulit putih mulus, rambut panjang, mata biru, hidung mancung dan bibir merona. Semua anak perempuan yang memainkan Barbie menerima pesan ‘kecantikan’ ini sejak kecil. Akibatnya, saat dewasa, anak-anak perempuan tadi berlomba-lomba secantik Barbie.


Inikah yang menimpa muslimah kita? Berlenggak-lenggok di atas panggung, menjadi penghibur. Muslimah diukur berdasarkan kecantikannya tak ubahnya kontes kecantikan lain yang (katanya) mengedepankan Brain, Beauty dan Behavior. Ini bukan penyejuk mata seperti doa Nabi kita, ini nerakanya mata bagi kaum lelaki. Mengapa demikian? Karena pada akhirnya lelaki muslim kita terpaksa ‘menyantap’ penampilan perempuan yang bukan mahramnya. Alasannya, “Ahh, kan menutup aurat. Toh tidak dosa...” Ya, tapi lupakah kita bahwa perempuan adalah fitnah paling keji untuk laki-laki? Lupakah kita bahwa Rasulullah sudah mengingatkan bahwa “Tidak aku tinggalkan fitnah yang paling bahaya bagi laki-laki sesudah (kematian)ku kecuali fitnah wanita” Tidakkah kita mengingatnya?Sesungguhnya apabila seorang perempuan keluar dari rumah, maka setan mengiringinya dan mempercantik rupanya.


“Ahh, ini kan ada baiknya, acara tivi jadi ada konten islamnya...”


Sebentar. Saya jadi teringat, suatu hari dosen Filsafat Komunikasi saya pernah berkata “Agama nggak bisa masuk ke tivi. Gimana mungkin malaikat ketemu setan?” Kalimat itu sempat membuat saya tidak terima, terutama karena waktu itu saya baru selesai mengikuti ajang pencarian bakat yang berkonten agama juga. Tapi lama kelamaan saya berpikir, benar juga kata dosen itu. Saya sendiri merasakannya. Saya mengikuti ajang tersebut dengan niat baik, niat untuk menyampaikan sedikit ilmu yang saya punya. Namun kenyataannya? Sayang sekali, visi misi kami tidak sejalan. Saya (sebagai pengisi acara) memiliki orientasi yang jauh berbeda dengan pihak televisi. Apa kata seorang rekan saya? 
“Nggak akan bisa lanjut (acara ini) kalau kalian (orang tv) masih bertuhan pada Share dan Rating! Tuhannya cuma duit” ucapnya lantang. 
Ditambah lagi dengan nasihat Ustadz kami, ustadz Bachtiar Nasir waktu itu, “Kalau kalian benar-benar ingin berdakwah, harusnya kalian meminta pulang paling awal dan mundur dari acara ini.” Saya diam, dalam hati membenarkan. Maka saya berdoa, “Ya Allah, jika ini hanya menjadi neraka buat hamba, tolong pulangkan hamba lebih awal...” Alhamdulillah, Allah mengabulkan. Dan secara jujur harus saya akui bahwa saya sedikit banyaknya cukup trauma dengan dunia pencarian bakat.


Yang kedua, apa sebenarnya tujuan kontes muslimah-muslimahan seperti ini? Saya pribadi tidak mendapatkan esensi nyata. Yang dapat saya tangkap adalah, kontes ini berusaha menjadikan pemenang kontesnya sebagai role model muslimah masa kini. Bahwa muslimah itu cantik dan berbakat (entah apapun bakatnya). Selaraskah dengan yang Islam ajarkan?


Bagi kontestannya, apakah dengan mengikuti kontes muslimah seperti ini hanya untuk menaikkan prestise semata? Ini hanya pikiran saya, semoga saya salah. Namun jika benar seperti itu, maka sangat disayangkan sekali karena ternyata muslimah kita telah benar-benar menjadi komoditi alias BARANG.

Kondisi ini kembali mengingatkan saya pada suatu kesempatan dimana saya harus membahas tentang hakikat kecantikan. Dan tulisan ini Lelaki Pemangsa Rupa dan Perempuan Penjaja Rupa saya buat sebagai pengantarnya.


Jika demikian maka kita telah sama-sama bekerjasama untuk menghilangkan standar keimanan dalam pribadi kita. Jika muslimah kita dipamerkan sebagai Barbie berjilbab, maka sangat wajar jika para lelaki mencari keelokan rupa ketimbang kecantikan hati.


“Pengen yang sholihah, tapi alangkah baiknya kalau cantik...”


Dimana derajat keseimbangannya? Berarti lebih mengutamakan kecantikan dibanding keimanan? Sholih dan sholihah itu yang utama, keelokan rupa adalah bonusnya. Jangan terbalik! Jangan jadikan keimanan sebagai bonusnya. Iman itu harga mati! Siap-siap sengsara jika tak punya iman.


Saudariku, muslimah...

Saudaraku, muslimin...

Upaya musuh Islam untuk menghancurkan Islam terus digulirkan. Mereka tahu benar jika generasi perempuan Islam itu kuat dan baik, maka bangkitlah Islam! Karenanya kita dilenakan dengan buaian duniawi yang membuat perempuan kita lemah, silau akan dunia, melupakan kemahalan dirinya sesungguhnya. Yang heboh mempercantik rupa ketimbang akhlaknya.


Seorang Muhammad tidak terlahir dari seorang perempuan yang bukan Aminah.


Seorang Fatimah tidak terlahir dari rahim perempuan yang tidak sehebat Khodijah.


Hasan dan Husein tidak terlahir dari ibu selain ibu sekuat Fatimah.


Sudahlah, sayang...

Yang mahal itu akan disimpan...


Pernahkah engkau melihat berlian termahal? Apakah semua orang dapat menyentuhnya?

Jangankan menyentuh, yang melihat pun sangat terbatas. Ia terkunci rapat dalam kotak kaca yang berlapis-lapis keamanannya.

Pernahkah kau temukan berlian termahal berada di pinggir parit atau di tengah jalan? Yang bisa dilihat dan disentuh oleh siapa saja yang lewat? Tidakkah kau pikirkan bahwa berlian itu tak lagi bernilai mahal karena ia tidak terjaga?


Saudariku, harusnya dari tangan-tangan kita terlahir generasi pejuang Islam yang memiliki keimanan, keberanian, ketangguhan serta karakter yang kuat. Apakah semua itu bisa dihasilkan oleh seorang ibu (sebagai pendidik) yang hanya hobi bersolek dan mempertontonkan kecantikannya untuk banyak orang selain suaminya?


Jawablah, saudariku...

Dengan hatimu...


Wallahu yuhdi liman yurid...

Wallahu a’lam bisshowaab...

Komentar

  1. Ya Allah.
    Kak, nice banget tulisan nyaa.... sedih bacanya... 😢😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lillahi-l-hamd, makasih udah membaca. Semoga bermanfaat, Yu

      Hapus
  2. Subhanallah... semoga bisa membuka mata hati smua org
    Like this, ukhti... barokallah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, aamiin... Terima Kasih sudah membaca mbak :)

      Hapus
  3. Dapat rekomendasi baca ini dari teman instagram, katanya tulisan dari seseorang di komunitas yg kakak kenali. Ternyata itu tulisan Putri. Huum, baru-baru ini lihat spanduk2 serupa di beberapa tempat, blum pernah lihat acara TV nya - enggak tau isi nya apaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan komunitas yg kakak kenali, tapi memang kawan sekomunitas rupanya :D

      Hapus
  4. Itulah btapa kita mkin sedih saat mentri agamapun mengapresiasi setinggi2'y pd hal2 mcm ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kalau satu hari nanti mbak nai diberi kesempatan menjadi menteri, bisa membedakan mana yang harus diapresiasi dan mana yang tidak :)
      Terima kasih sudah membaca.

      Hapus
  5. Ambil yg baik... buang yg buruknya...
    baiknya.. masyarakat sudah jd semakin tau ttg kewajiban berjilbab..dan didalam kontes2 sprti ini jg ttp ada pelajaran ttg agama. Yg belum tau jadi tau... siapa tau ada perempuan tergerak hatinya untuk segera berhijab dgn melihat acara tsb... :)
    lbh baik media banyak menampilkan acara2 yg berkaitan dgn islam drpd acara2 lain yg pemilihan2 putri apalah apalah yg mengumbar aurat ....
    meski masih setapak... tp media sudah "melangkah" (berniat) menyoroti keindahan islam ... (meski masih setapak) ^^

    disisi lain saya sgd setuju dengan tulisan mbak... harusnya panitia acara menelusuri profil peserta.. mana yg beneran berhijab kesehariannya .. mana yg barbie di hijab in...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Terima kasih sudah membaca mbak... Ya ke depannya besar harapan kita semoga konten televisi benar-benar yang memberi manfaat

      Hapus
  6. Coba deh para kontestan itu ditanya bakatnya apa? Plingan menari, mnyanyi, main alat musik, akting, gak berbau islami sma skali. Coba dtnya sudh hafal brp juz dr kitab Allah, brp hadist,,,bngong pasti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah kondisinya, mbak... Kita husnudzhon saja, semoga masih ada nilai-nilai keagamaan yang tertanam dalam pribadi masing2. Terima Kasih sudah membaca.

      Hapus
    2. setuju sama mba echy ..
      BERBAKAT yg di maksud itu harus nya berbau islamii ..
      jadi gak muslimah-muslimahan kesan nya ..

      Hapus
  7. Coba deh para kontestan itu ditanya bakatnya apa? Plingan menari, mnyanyi, main alat musik, akting, gak berbau islami sma skali. Coba dtnya sudh hafal brp juz dr kitab Allah, brp hadist,,,bngong pasti

    BalasHapus
  8. Iya miris sekali muslimah Indonesia, terlebih lagi Syiah ingin masuk secara halus ke tubuh muslimah Indonesia dan menyebarkan tren Iran zina mut'ahnya, naudzubillahi min dzaalik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyarakat kita memang masih punya budaya latah. Dengan membangun kesadaran masyarakat, insyaAllah kita sudah membantu kaum kita selamat dari bahaya Syi'ah, insyaAllah.

      Hapus
  9. secara tidak langsung memang itulah yang diinginkan oleh orang-orang berkepentingan untuk muslimah kita, agar mereka semakin lupa dengan jati dirinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, begitulah kondisinya mas. Sangat disayangkan memang. Kitalah yang bertugas menyelamatkan saudari2 kita ini. Terima kasih sudah membaca.

      Hapus
  10. Terimakasih atas ilmunya mba... Saya setuju dengan pendapat mba... Saya juga mau share ttg lembaga pendidikan yg inshaa Allah dalam prosesnya akan melahirkan generasi laki laki setangguh umar bin khattab dan perempuan bermental baja layaknya aisya r.a... Ini linknya mba mungkin mba memiliki sanak saudara untuk dimasukkan ke lembaga ini:
    www.alumanaa.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mbak. Semoga Allah saja yang menilai ijtihad kita masing-masing. Sukses untuk perjuangannya mbak :)

      Hapus
  11. Maaf sekali, Mbak Zilqiah. Sekadar menambahkan bahwa hakikat jilbab adalah menyembunyikan kecantikan agar terhindar dari fitnah karena wanita adalah fitnah yg terbesar. Silakan mengumbar kecantikan, tapi lakukanlah hanya untuk suami karena itu adalah ibadah dengan pahala tak ternilai dan in syaa Allah menjadi salah satu tiket masuk surga. Kontes kecantikan, apapun pakaiannya (dr mulai yg berbikini hingga berjilbab), sejatinya adalah memromosikan kecantikan dan keglamoran. Siapa yg menciptakan kontes2 ini? Tdk lain adalah kaum kuffar, kaum yg sejak dulu hingga kiamat akan mengerahkan segala daya upaya utk menghancurkan Islam dan muslim. Mengapa yg jadi sasaran adalah wanita? Krn wanita menjadi ibu, dan dari rahim ibulah lahir generasi2 penerus. Ibu adalah madrosatul ula, yakni guru pertama dan yg terpenting bagi anak. Rusak akhlak sang wanita, maka rusaknya generasi yg dilahirkannya. Kontes Miss Muslimah tdk lain hanyalah tipu daya syaithan yg menghias jilbab menjadi glamor dan sexy, jauh sekali dr tuntunan Qur'an dan Sunnah. Dengan demikian manfaatnya nol besar sehingga mengadakannya adalah langkah yg salah, meskipun si kontestan adalah muslimah berjilbab sehari-harinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk share ilmunya, semoga terus di sampaikan untuk menyelamatkan generasi muslimah kita :)

      Hapus
  12. Tulisan ini sangat subyektif...mungkin kebetulan anda mengenal salah satu kontestan yang demikian. Teman saya kebetulan salah satu kontestan acara tsb, tampil di grand final di tv kemarin namun tidak masuk 10 besar. Mengenai teman saya tsb, ia merupakan teman saya yang sedari dulu sudah berjilbab, dan juga sosok yang selalu menjaga shalat dan mengajinya. Sempat dulu ia pernah bercerita pernah kesal saat karantina suatu ajang muslimah, yang notabene beberapa kontestan bahkan koreografernya lalai akan waktu shalat. Mengenai alasan ia mengikuti ajang ini yaitu karena ia memang teman saya yang selalu mengejar prestasi yang sesuai dengan kapabilitasnya. Adapun kemarin saya lihat di tv sepertinya cara berjalannya pun tidak berlenggak lenggok dan desain pakaian tidak membentuk tubuh. Semoga bisa menambah pandangan anda terhadap para kontestan yang lain dan acara tsb. Jangan lupa untuk mengambil sisi positifnya, dan juga kita doakan kontestan yang anda maksud setelah mengikuti acara tsb bisa mendapatkan hidayah, aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, pada dasarnya sudut pandang manusia memang tidak bisa sepenuhnya objektif, karena baik saya maupun anda secara pribadi mengenal kontestan yang berbeda.
      Pemenang kontes ini adalah adik kelas saya ketika di pondok dan saya tau kualitasnya cukup baik.
      Terima kasih sudah membaca, terima kasih juga untuk responnya.

      Hapus
  13. that's what we call entertainment. They make lies.

    BalasHapus
  14. just positif thinking aja dg acara kontes tersebut. kalo masalah keimanan, kembali pada pribadi masing". karena iman bukan bonus, melainkan kenikmatan yang Allah SWT berikan dlm hati. Kita berdoa saja buat saudara saudari seiman kita, agar selalu di selamatkan dr hal" yg mendekati kemungkaran. Kalo berbicara ttg tulisan mbak putri, inget dg pas kuliah mapel filsafat agama, apakah islam yg mengikuti perkembangan zaman ato zaman yg mengikuti islam?

    irhamnaa ya Rohmann.....aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentu kita harus tetap husnudzhon utk segala kondisi mbak, saya pun berharap kontestan2 tersebut menemukan jala n Islam sesungguhnya.
      Kalau soal filsafat agama, sepertinya mbak sebagai orang yang mempelajarinya harus menuliskannya untuk di share ke kita nih :)

      Hapus
  15. Acara tersebut merupakan ajang pembodohan umat, sesungguhnya umat islam telah kehilangan identitasnya, muslimah2 dipajang, mereka benar2 tak tau bagaimana caranya berhijab syar'i

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah realitanya mbak, tugas kitalah untuk terus menjaga rekan-rekan muslimah kita. Terima kasih sudah membaca, mbak :)

      Hapus
  16. acara tersebut jumtru merendahkan muslimah sendiri. bukan masalah lenggak lenggoknya, tapi memang tidak boleh dengan sengaja mempertontonkan kencantikan. audah pakai hiijab punduk unta, bulu mata, make up tebal (tabaruj) itu semua gk boleh. jangan sampe muslimah yg lain mau pake jilbab gara2, ingin cantik, ingin terkenal, atau agar bisa ikutan ajang spt ini. klo mau berdakwah banyak kok wadahnya, acara ini sama aja kayak acara kaum kapitalis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah kondisi yang kita hadapi saat ini mbak, kitalah yang bertugas terus menjaga rekan-rekan kita sesama muslimah. Terima kasih sudah membaca, mbak :)

      Hapus
  17. Karena ini ajang kontes muslimah akan lebih baik lagi bila yg dinilai pengetahuannya seputar Islam, kefasihannya membaca Qur'an, qiroahnya, sari tilawahnya, menyampaikan ceramah keagamaan, hafalan Qur'an ato hadisnya.. bukan cuma berlenggak lenggok di catwalk aja semua orang juga bisa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak, semoga ke depannya bisa ditemukan cara yang tepat untuk mengapresiasi muslimah :)

      Hapus
  18. Tulisan yang sangat menarik dan memang seperti ini kondisi nyatanya, so kembalikan niatmu berjilbab wahai para muslimah. Ingat, auratmu hanya milik suamimu semata. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih sudah membaca mas, semoga bermanfaat :)

      Hapus
  19. Yang kontes muslimah baru tau ya mbak? emang sih ada kontestan yang kayak itu tapi yang lain memang berhijab (bukan setingan). Saya cukup setuju dengan pendapat mbak, tapi makin saya baca jadinya terkesan mbak su'uzon terhadap wanita 2x yang tampil dimedia dan menggunakan hijab. Logika praduga mbak tidak didasari dengan fakta yang jelas. Saya takut malah jadi gosip dan fitnah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya terima kasih sudah membaca dan merespon tulisan saya. Pada dasarnya saya tidak mengeneralisir semua kontestan aslinya tidak berjilbab, karena ada kontestan lain yang juga saya kenal cukup baik. Mohon maaf jika ada kalimat saya yang menimbulkan kesalahpahaman, saya tidak berniat menjelek2an pihak mana pun.
      Sebenarnya saya memiliki bukti otentiknya, hanya saya pikir tidak pantas untuk ditampilkan dalam tulisan ini karena tentunya akan sangat kontradiktif dengan isi tulisan ini sendiri.
      Overall, terima kasih untuk pendapatnya :)

      Hapus
  20. astagfirulloh sedih bacanya atuhlah saya termasuk wanita yg berhijab sejak SMP tp tak luput dari dosa, dan saya termasuk wanita yg berambisi memiliki pekerjaan di layar TV (news anchor). Tapi atuhlah.... speechless deh baca cerita ini. gak mau saya menjadikan hijab sebatas untk mencari popularitas. hijab untk menjauhkan kita dari api neraka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga mbak Nurul dikuatkan Allah selalu, dijaga keistiqomahan berhijabnya. Kalau Allah yang jadi pegangan, insyaAllah dimana pun berada, mbak akan terjaga.
      Terima kasih sudah membaca mbak :)

      Hapus
  21. selagi masih bisa bekerja tidak jauh dari rumah , kenapa harus masuk industri hiburan..
    coba renungkan betapa entainer itu kebanyakan tidak jauh dari fitnah, gosip, perselingkuhan dan yang baru-baru ini malah ada fenomena Prostitusi Artis
    apa itu kurang cukup buat membuka akal fikiran, bahkan hati nurani kita ???


    Naudzubillah, Akibat Memberi Suami Makan dengan Air Mani dan Darah Haid

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah tantangan muslimah kita saat ini, semoga kita terus bisa menjaga generasi muslimah kita. Terima kasih sudah membaca :)

      Hapus
  22. suka banget tulisannyaaaaaaaaaaa :')

    BalasHapus
  23. wah keren banget tulisannya
    salut untuk pemikiran kritisnya

    BalasHapus
  24. Nice... mg mnfaat bt bnyk orng

    BalasHapus
  25. Ngomon-ngomong, banyak muslimah tergoda untuk tampil (sedikit lebih) memikat, namun seringkali batasnya sangat kabur, hmmm

    BalasHapus
  26. like
    termasuk hijab hunt.. y mba
    izin share...

    BalasHapus
  27. Iya, saya juga miris dengan fenomena beauty pegeant beginian, mau yang tanpa jilbab apalagi yang berjilbab, rasanya cuman kapitalisme terselubung dan para wanita yg jadi korbannya (cuman nggak/belum sadar). Namanya aja beauty pegeant, pemilihan putri cantik, yah tetap aja yg dipilih itu yg tampangnya cantik (menurut orang kebanyakan). Nggak akan pernah ada ceritanya wanita tampang menengah ke bawah, pendek, hitam, hidung pesek, jerawatan yang menang meskipun wanita itu prestasinya jauuuuh lebih tinggi daripada yg cakep2. Mustahil itu mah. Tapi orang2 yang pro akan bilang, ya jelas lah itu kan kontes kecantikan. Nah kan, muter2. Nggak konsisten..

    Nice share Mbak Putri!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak usah terselubung, memang jelas-jelas kapitalisme kok. Wajar lah kalau TV pengennya yang laku, karena mereka memang bisnis juga.

      Hapus
  28. Tulisannya bagus sekali, ukhti.

    BalasHapus
  29. Menarik postingnya. *jempol*

    BalasHapus
  30. Saya tetap tidak bisa berfikir dan mengambil hal positif dari kontes semacam itu selain hanya Penyelenggara dapat uang dari sponsor, kontestan dapat hadiah dan saya dapat tontonan bukan tuntunan karena jujur saya sebagai kaum adam, perhatian saya memang jadi lebih terfokus pada kecantikan para kontestan daripada apa yang mereka bicarakan akhirnya 5menit nonton saya pindah chanel karena ada rasa malu karena kecantikan muslimah dihargai sebats hadiah dan kontrak kerja. Saya rasa generasi saat ini seperti didorong untuk mecintai hal2 yang remeh seperti musik, nyanyi, artis, modelling dan sejenisnya.. dan memang industri tersebut mampu menghasilkan uang banyak sedang hal nyata seperti pendidikan, engineering dan pertanian justru kalah populer. Bahkan saya menjadi orang yang berfikir bahwa R.A Kartini harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada muslimah saat ini karena ajaranya lebih banyak disalah artikan dan kenapa bukan cut nyak dien atau cut mutia yang berkorban nyata untuk dikenang dan diperingati tiap tahun? Apakah karena mereka muslimah sehingga kemilaunya perlu disamarkan kemilaunya

    BalasHapus
  31. Bagus bgt kak tulisannya sampai hati trenyut membacanya,,,trmksih sudah menginspirasi kita anak muda kak untuk lebih brhti2 dlm brhijab

    BalasHapus
  32. Like for read it,,, thanks ukhti sudah berbagi ;)

    BalasHapus
  33. tulisan yang sangat bermanfaat
    semoga kita tetap istiqomah dalam menjalani islam yang kaffah
    mampir kesini y kak,.www.mukenadistro.com
    kami adalah PRODUSEN MUKENA KATUN JEPANG berkualitas
    terima kasih..

    BalasHapus
  34. aaaaaaa, akhir jaman. tanpa iman dan islam ia akan di neraka selama-lamanya

    BalasHapus
  35. Yang mengatakan ambil baiknya. Taka ada baiknya dalam kontes itu. Wong cantiknya di mata manusia, bukan di mata Allah Swt. Semua nya Ri'yah..memamerkan diri, sadarlah dunia sementara, akhirat selam-lamanya. persiapakan diri sebelum malaikat IZRAIL menjemput!!!

    BalasHapus
  36. subhanallah postingannya bagus, aku izin share yah kak :)

    BalasHapus
  37. Kalau ingin lihat acara TV ini gagal, ya harus cari konsep lain yang membawa jumlah uang/rating sama atau lebih tinggi. TV cari uang itu wajar karena peralatan memang mahal bisa sampai ratusan miliar. Mereka juga bisnis dan semua bisnis ingin balik modal.

    Kalau TV menggamit yang ideal dan bukan yang laku, bisa dipastikan besok kelar. Itu kenapa TV-TV "sekuler" tapi menarik untuk semua kalangan lebih laku dan besar dibanding stasiun-stasiun yang mengarah ke kelompok tertentu (mis. Da'ai atau TV dakwah.) Lebih gampang cari iklannya, lebih gampang cari uangnya, lebih gampang berkembang.

    Saya nggak ngomongin agama lho dari tadi. Ini bukan masalah agama, tapi bisnis ya bisnis aja. Jilbab lagi ngetren, makanya di TV merefleksikan itu. Pengen ideal atau agamis sih sah-sah aja, tapi kalau ngomongin ekonomi/bisnis, orientasinya memang selalu "yang laku."

    BalasHapus
  38. Salaaam... terimakasih atas tulisannya, membuka pandangan saya.

    BalasHapus
  39. hmm,,,,semakin tidak mengerti dengan dunia ini

    BalasHapus
  40. Masya Allah saya senang dan lega sekali membaca artikel mba. Semoga bisa terus sharing yaa. Barakallah

    BalasHapus
  41. makasih ukti ....baguuuus banget tulisannya , sangat bermanfaat buat saya memperbaiki diri utk jadi muslimah yang selalu bisa memperbaiki akhlak

    BalasHapus
  42. InsyaAllah kita semua bisa jadi lebih baik

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Turkey Day 3 : Konferensi We Are All Mary Part. II

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air