Akhwat atau Akh, What?!!

Setelah menulis soal Penampilan Ikhwan, Kelakuan? beberapa saat yang lalu, aku merasa penting juga menulis soal para Akhwat. Lagi-lagi karena ada suatu kasus yang 'ditampakkan' Allah Ta'ala untuk diambil hikmahnya. Semoga memberi nasihat bagi para muslimah dan untuk diri penulis juga.

Sore itu aku menelepon seseorang, aku sudah berjanji untuk menyambung pembahasan yang terpotong saat Ashar tiba tadi. Dengan cepat teleponku dijawabnya, suara seseorang yang kukenal sedari kecil.

"Jadi gimana cara abang menghentikannya? Abang enggak mau menyakiti hati dia..." ucap suara di seberang sana.
"Yang laki-laki itu abang, yang harus tegas itu abang. Takut menyakiti hati dia atau mau bergelimang dosa?" cecarku padanya.

Pembahasan ini menjadi hangat setelah kejadian di liburan Idul Fitri. Antara si abang dan seorang akhwat. Tak perlu dijelaskan kejadiannya tapi sangat menggelitikku untuk menginterogasi si abang langsung.

Suara di seberang melanjutkan ceritanya. Akhwat itu seorang yang baru hijrah. Ia sering bertanya tentang agama kepada si abang. Awalnya masih dilakukan secara wajar. Lama kelamaan sering keterusan bahkan sampai tengah malam. Pertanyaan yang terkesan 'penting' namun agaknya cukup tabu jika dilakukan dalam frekuensi sesering itu.
Akhwat itu, lanjutnya, juga sering memberikan hadiah-hadiah kepadanya. Mulai dari bekal makan siang sampai kado berupa barang. Sangat menggelitik nalarku untuk mencari tahu lebih lanjut.



Dan pada suatu kesempatan aku bertemu dengan sang akhwat. Yang aku lakukan pertama sekali adalah membaca body language-nya terhadap si abang. Di depan mataku ada seorang akhwat berjilbab lebar dengan gamis longgar yang bahasa tubuhnya justru berusaha menarik perhatian si abang. Makin kudekati, makin ia salah tingkah.
Perbedaan yang sangat kontras antara tampilan dan isi.
Maaf, harus kukatakan begitu.


Itu baru satu kasus.
Kasus kedua.
Pada hari yang sama dengan telepon itu aku juga mendengar cerita seorang akhwat lainnya.
Ada seorang ikhwan yang look-nya kece banget. Ibarat gula ama semut lah ya, semutnya pada rame mendatangi gula yang satu ini. Tapi ada seekor semut yang berbeda dari semut lainnya. Semut itu seorang akhwat yang sangat agresif mendekati ikhwan tadi. Jadi si akhwat menyerang dengan berbagai strategi seperti datang ke rumah si ikhwan sampai membuat video yang isinya begini,

"Saya sedang pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri, jangan cari saya ya... Ana uhibbuka fillah (Aku mencintaimu karena Allah)"

Video itu dikirimkan ke si ikhwan.

Saat ini diceritakan kepadaku, rasanya pengen ngomong... "AKH, WHAT??!"

Waktu tulisan ini akan dibuat pun ada seorang teman yang menceritakan kasus berbeda lainnya. Ternyata masih banyak kejadian berbeda.
Fyu~
Wat, wat... Mbok ya dijaga loh yang begituan.
Masa' iya cuma mau jadi akhwat karena tujuan-tujuan seperti itu, oke sebut saja Demi Cinta!
Masa' iya imannya ngak ikutan di-upgrade?
Kalau niat mau hijrah, mari tinggalkan semua kekhilafan di masa silam, Wat...
Bukan hanya penampilan saja yang diubah tapi dalamnya harus di-hijrah-kan juga ya, Wat...

Dan semua itu semakin aneh saat suatu kali aku membaca status seseorang yang isinya begini :
"Kalau saya disodorkan seorang perempuan terus saya lihat dia sering upload foto di medsos langsung saya blacklist"
Waduh, ndak bisa gitu, Mas...
Masalahnya satu dari akhwat yang aku ceritakan di atas itu ada yang sama sekali tidak pernah mengupload foto di medsos. Bersih, sih, sih dari foto dirinya. Tapi namanya juga medsos. Dinding boleh bersih, inbox siapa yang tahu... Hehehe...

Lagi-lagi kita memang tak bisa menilai orang dari cover-nya saja. Nah, istilah akhwat yang kita sematkan pada perempuan-perempuan berhijab lebar itu semestinya harus dibarengi dengan usaha lain untuk mengenal. Penampilan mungkin bisa menjadi penilaian pertama tapi selanjutnya kita butuh usaha untuk mengenali seseorang lebih dari sekedar apa yang ia tampilkan lewat media sosialnya.
Nyatanya media sosial membuat penyakit baru, dimana seseorang bisa memunculkan dirinya dalam dua imej yang berbeda. Akibatnya terlalu banyak yang merasa tertipu padahal hanya belum mampu mengenali dengan baik.

Akhwat, saudariku...
Tidak salah jika kita mengubah penampilan menjadi lebih baik, justru itu benar. Tetapi yang lebih penting lagi adalah menghijrahkan QOLBU seiring hijrahnya jasad.
Ingatkah hadits tentang Qolbu?

"Apabila qolbu rusak maka rusaklah seluruh badan, apabila qolbu baik maka baiklah seluruh badan"

Kalau menjadi akhwat hanya untuk menaikkan nilai prestige, kalau menjadi akhwat hanya karena ingin terlihat lebih baik, kalau menjadi akhwat karena tuntutan organisasi...

Benahi lagi niatanmu, Wat...

Tidakkah kita mengingatnya bahwa Allah memandang ketaqwaan kita saja?
Dimana kontrol taqwa kalau bukan pada tempat yang tersembunyi bernama Qolbu?

Akhwati fillah...
Mari terus benahi diri menjadi muslimah-muslimah sejati.
Ibunda Khadijah RA yang tangguh
Ibunda Aisyah RA yang cerdas
Ibunda Fatimah Az-Zahra yang santun
Tidak cukupkah kehadiran mereka menjadi pembelajaran bagi kita?

Walaupun tak berjumpa wajah, semoga jejak kehadiran mereka di dunia dapat kita cukupkan sebagai contoh yang sesungguhnya.

Akhwati fillah,
Mari hijrahkan jiwa raga kita LILLAH...

Wallahu a'lam bisshawaab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Turkey Day 3 : Konferensi We Are All Mary Part. II

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita