Tugas Besar Sebuah Pernikahan

Bicara tentang hubungan dua insan berbeda jenis tentulah kita sepakat bahwa tidak ada jalan lain yang menghalalkannya kecuali sebuah pernikahan.
Sebagian orang melakukannya atas dasar ibadah.
Sebagian ada yang mengaku nekat.
Dan sebagian lainnya ada yang merasa terpaksa.
Semoga kita menjadi golongan yang pertama saja.

Tapi sesungguhnya ada sebuah tugas besar yang menanti di depan sana. Tugas besar ini bisa dilakukan lewat pernikahan.

Apa itu?

MEMBANGUN PERADABAN.

Mari buka mata sejenak.
Hari ini entah berapa banyak keluarga yang terpecah karena alasan-alasan seperti 'tidak cocok lagi'
Hari ini entah berapa banyak anak-anak yang menjadi korban dari alasan itu. Anak-anak yang tidak mengenal konsep keluarga sehingga tidak mampu menghargai dirinya sendiri.
Hari ini anak-anak yang tidak menghargai dirinya itu cenderung berbuat tidak baik. Bukan karena jahat, tapi karena mencari perhatian yang hilang.
Hari ini begitu banyak keluarga yang tidak duduk pada fungsi keluarga sesungguhnya.
Fungsi afeksi, fungsi kasih sayang.


Tidak juga bisa dipungkiri pada sebuah keluarga utuh, dengan seorang Ayah dan seorang Ibu namun tak juga bisa membangun peradaban.
Keluarga utuh dengan seorang Ayah yang tak menyadari perannya. Ayah yang hanya sibuk mencari nafkah, menganggap bahwa materi adalah satu-satunya sumber kebahagiaan. Ayah yang menyerahkan semua urusan pendidikan anak pada istri.
Dan anak-anaknya tumbuh tanpa peran Ayah.
Maka terbentuklah seorang anak perempuan yang lebih manut pada lelaki diluar sana karena Ayahnya gagal menjadi 'cinta pertama' bagi anak perempuannya.
Maka terbentuklah seorang anak lelaki bebal yang kehilangan sosok Ayah sebagai 'Superhero' pertama sekaligus role model baginya.

Begitupun seorang Ibu yang lupa akan tugasnya sebagai Sekolah Pertama. Seorang ibu yang mendidik anaknya tanpa ilmu. Terkadang Pengajaran disamakan dengan Penghajaran sehingga terciptalah mental anak-anak yang takut, pengecut, tidak berani mencoba bahkan bisa menjadi pembangkang!
Ibu yang tidak menikmati perannya sebagai Ibu, anak-anaknya cenderung menjadi pelampiasan emosi akibat lelah bekerja atau urusan lainnya.
Anak-anak yang tidak mengerti perkara tapi ikut menanggung beban ibunya.

Tidakkah kita melihatnya sebagai "Lingkaran Setan?"

Keluarga yang tidak ideal mempengaruhi karakter anak-anaknya. Maka saat anak-anak itu tumbuh dewasa dan memutuskan untuk berkeluarga, mereka tidak mendapat gambaran tentang "Apa itu keluarga?", tidak juga memahami tentang "Apa peran saya dalam keluarga?", pun tidak mengerti tentang "Bagaimana membangun keluarga?"
Akibatnya tak jarang anak-anak itu melakukan kesalahan yang berulang.

Anak-anak tanpa karakter ini seringkali tidak menghargai dirinya sendiri, tidak punya konsep diri, tidak mengenal potensinya, tidak mampu bersosialisasi dengan baik dan cenderung menyalahkan keadaan.
Inikah generasi yang akan terus dibangun?
Sesuatu yang tidak akan berhenti efeknya kecuali jika ada yang berani memutusnya.

***

Cukuplah sudah merutuki semua keadaan itu, karena yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengubahnya.
 
Menikahlah,
Untuk sebuah tugas besar tadi, membangun peradaban.
Lepaskan semua ego tentang "Pasangan Hidup" beserta kriteria-kriterianya yang mirip seleksi pencari kerja. Untuk sebuah tugas besar, kita membutuhkan rekan kerja, partner yang memiliki teamwork yang baik. Karena tugas besar akan dilakukan oleh orang-orang besar, karena tugas besar akan terwujud seiring cita-cita dan usaha yang besar.
 
Dalam perjalanan mencari rekanan itu, persiapkan pula diri menjadi pribadi yang baik kualitasnya. Sembari mencari, kuatkanlah diri, kukuhkan iman, tambahlah ketaatan beserta ilmu-ilmu yang akan diaplikasikan pada tugas besar tersebut nantinya.
 
Bukankah menjadi ibadah ketika kita hadir di hadapan Rasulullah bukan hanya membawa "Jumlah ummat yang banyak" tetapi juga "Ummat yang berkualitas"

Membangun peradaban dari sebuah institusi terkecil bernama keluarga.
Di dalamnya ada sepasang insan yang bekerjasam untuk tujuan mulia.
Di dalamnya ada anak-anak yang mendapatkan kasih sayang dan mengerti tentang keluarga.
Di dalamnya ada pribadi-pribadi berkarakter yang mampu bertahan di tengah gerusan zaman.
Di dalamnya ada orang-orang yang akan menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri dan orang banyak.
Di dalamnya ada ummat yang akan dibanggakan Rasulullah kelak.
Di dalamnya ada hamba-hamba yang mencintai ketaatan terhadap Rabbnya.
Di dalamnya ada surga...

Semoga kita menjadi pribadi yang siap melakukan TUGAS BESAR ini.

Wallahu a'lam bisshawaab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita