Negeri Lapar Ayah

Negeri Lapar Ayah,
Istilah ini pertama kali aku dengar waktu audisi Hafizh Quran di Medan, ada salah seorang juri yang fokus pada fathering, yaitu Ayah Irwan (tentang beliau lebih lanjut cek di >>
http://ayahuntuksemua.wordpress.com/ )

Aku mungkin belum kredibel untuk bicara ini, tapi tulisan ini aku buat ketika menyadari ada betapa banyak anak-anak yang kehilangan peran sekaligus sosok ayahnya. Yang paling dekat adalah anak didikku di sebuah Taman Kanak-Kanak.

Waktu itu pelajaran melukis, anak ini sebut saja namanya A. Aku minta A untuk menggambar anggota keluarganya. Secara berurutan ia gambar Bundanya, Eyang laki kemudian Eyang perempuan dan terakhir dirinya sendiri. Selanjutnya aku minta lagi dia untuk menggambar tema yang sama, dan ia kembali menghasilkan objek yang sama. Sebuah gambar, tanpa sosok Ayah. Aku tidak berani bertanya langsung ke anak tersebut, jadi aku tanyakan ke gurunya. Ternyata ayah si A ini bekerja di tempat yang cukup jauh, sehingga LDR-an dengan keluarga.

Ada juga cerita yang cukup miris, masih dari muridku. Ia ditanya siapa yang mengajarkannya Al-Qur'an. Ia hanya jawab Bundanya. Oleh sang penanya, ia ditanya tentang ayahnya. Jawabannya mengejutkan,
"Saya enggak punya ayah, saya punyanya Bunda sama nenek sama kakek"
Mungkin semua orang yang berada di tempat itu mengira anak ini sudah tidak berayah.
Kita salah! Ayahnya ada, tinggal bersama dia, dalam satu rumah, berama ibunya. Tapi apa masalahnya? Ayahnya hanya perduli pada karir, kalau punya waktu libur justru cari kesibukan sendiri, sehingga tidak punya waktu bersama anak-anak. Menyedihkan.

***
Tidak bisa dipungkiri tentang kodrat lelaki untuk mencari nafkah, tapi tentunya janganlah sampai lupa perannya sebagai ayah.

Di dalam surat Al-Baqoroh ayat 233 yang berbunyi :

وَٱلْوَٰلِدَٰتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَٰدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ ٱلرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى ٱلْمَوْلُودِ لَهُۥ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ

Kata yang aku highlight itu asal maknanya Rezeki dan Pakaian, tapi waktu di Pesantren dulu pas belajar tafsiran ayat ini, dua kata itu memiliki makna lain.
Rizq lebih merujuk kepada nafkah berupa kebutuhan fisik seperti makan, minum, uang dan sebagainya.

Sedangkan Kiswah lebih merujuk kepada kebutuhan psikis seperti kasih sayang, perhatian, cinta dan sebagainya.
Shodaqollahul'adzhiim.

Ingatlah bahwa kebahagiaan bukan semata-mata karena harta yang berlimpah atau fasilitas  yang lengkap.
***
Para Ayah dan Calon Ayah,
Jadilah seperti Ibrahim Alaihissalam, orang pertama yang menanamkan keimanan kepada anaknya, bahkan ketika harus menjelaskan kepada Ismail Alaihissalam bahwa ianya akan dikorbankan. Betapa luar biasanya sehingga Ismail kecil memahami apa yang dimaksud dengan Perintah Allah dan Kasih Sayang Allah terhadap ayahnya.

Jadilah seperti Luqman, yang diukirkan namanya dalam Al-Qur'an kemudian ia digelari Al-Hakiim (menjadi Luqmanul Hakiim) karena kemampuannya mengambil hikmah. Ialah seorang ayah yang dikekalkan kisahnya akan Tarbiyatul Aulad (mendidik anak) di dalam Qur'an. Pelajaran pertama yang ia tanamkan,
"Takutlah kamu hanya kepada Allah, lalu berharaplah kamu hanya kepadaNya"
Pelajaran pertama dari Luqman, TAUHID!

Jadilah para ayah yang ikut serta dalam pendidikan anaknya, bukan sekedar nama di atas akte, raport atau Kartu Keluarga.
Jangan lagi ada para anak yang membenci ayahnya, kecewa terhadap ayahnya karena Rasul menegaskan dengan jelas bahwa orang-orang yang membenci ayahnya sungguh bukanlah golongan umat kita (muslim).

Wallahu a'lam bisshawaab...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita