Tidak Melihat, Tidak Dilihat


Sebuah obrolan pendek dengan teman menghasilkan jawaban-jawaban yang tidak aku sangka tapi sebenarnya memperjelas opini umum yang ada. Tidak perlu diceritakan bagaimana obrolan itu bermula tapi aku mendapatkan beberapa hal :

1. Lelaki memang memandang kecantikan wanita.
Sudah menjadi opini umum bahwa lelaki normal akan cepat suka pada wanita cantik. Artinya fisik (terutama wajah) adalah nilai pertama.

2. Lelaki cenderung memilih wanita yang DIA SUKA, sedangkan perempuan memilih lelaki yang padanya DIA NYAMAN.


Dua hal itu sering aku dengar tapi obrolan singkat itu menjawab kebenaran dua hal tersebut.

Aku merenung, merenung sekali lagi...
Teringat ketika seorang teman mengatakan "Muslimah yang baik tidak melihat dan tidak dilihat", lantas aku bercanda kepadanya "Emangnya jin?" celetukku.

Tapi benar, benar sekali statement itu...

Dua kondisi yang aku pahami di saat bersamaan.

Pertama, TIDAK MELIHAT

Setahun ini aku menaruh perhatian pada seseorang sampai akhirnya aku bertemu titik dimana aku merasa bahwa semua ini kesia-siaan. Setahun, setahun yang panjang untuk diam dan tak berbuat apa-apa. Aku memang tak berani bertindak dan selama setahun begitu saja.
Sampai akhirnya sebuah kekhawatiran muncul,
"Bagaimana jika seorang lelaki sholih datang dan memintaku, sedangkan hatiku masih tertaut kepada orang lain yang sebenarnya belum tentu jodohku?"

Semacam pengkhianatan rasanya.

Di satu sisi jelas aku tidak akan menolak lelaki yang baik, yang datang dari garisan takdir Allah Ta'ala. Tapi kemudian bagaimana dengan hatiku?
Lalu Allah menjawabnya lewat suatu petunjuk kecil yang membuat aku memutuskan benar-benar tidak akan lagi 'melihat' lelaki itu. Ingat, TIDAK MELIHAT.

Kedua, TIDAK DILIHAT

Dari sekian banyak hal yang aku benci kemudian menjadi sangat aku syukuri adalah fisik. Aku bersyukur diberi rupa sempurna tapi tidak menarik perhatian, kemudian aku juga bersyukur tidak diberi fisik bak model yang mungkin dapat menarik perhatian lawan jenis. Ah, betapa baiknya Engkau Ya Rabb...
Padahal dulu berapa kali aku tak menyukai raga ini, berapa kali aku menangis karena menyesali raga ini. Kemudian Engkau membuatku malu lewat sebuah mimpi yang mengerikan itu... Aku sadar, mungkin Engkau tidak memberi fisik yang berlebih, tapi pas! Pas sepaket dengan kelebihan-kelebihan yang orang lain mungkin ingin memilikinya. Lillahilhamd, lillahilhamd...

Dari obrolan pendek itulah, entah kenapa aku merasa sedih, sedih sekali rasanya jika aku hidup di fantasi kaum Adam. 
Benar, WANITA ITU LEBIH BAIK DIHORMATI DARIPADA DIMINATI.
Entah kenapa belakangan aku merasa tidak nyaman kalau menangkap bahasa non-verbal lawan jenis yang tidak sewajarnya.
Dulu aku suka, suka sekali kalau ada lawan jenis yang menunjukkan sikap seperti itu.
Tapi belakangan aku merasa tidak dihormati dengan cara itu...
Menyedihkan...
Mengapa harus hidup di fantasinya saja?

Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua.
Wallahu a'lam bisshawaab...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita