Feel Baby Blues

Aku seperti tengah merasakan baby blues, bukan pada bayi tapi pada sebuah amanah.

Well, dari dulu kamu selalu diajarkan untuk menjaga sebuah amanah. Bertanggungjawab dan tidak merusak amanah tersebut. Maka bagiku, amanah itu bukan hadiah tapi ujian. Kalau tidak kuat-kuat, bisa hancur kita.

Di 'rumah' itu, sebuah organisasi yang masih baru ku jalani. Tiba-tiba aku harus menjadi seorang pemimpin redaksi yang merupakan garda terdepan organisasi ini.

Shock.

Itu yang ku alami.

Benar-benar belum bisa menerima kenyataan bahwa aku harus memimpin divisi ini. Aku hanya anak baru yang belum 'klik' sepenuhnya. Ibarat pernikahan, kami mungkin sedang 'kawin paksa'. Tak cinta tapi harus bersama.

Sekarang seperti ada perasaan terkena Baby Blues pada diriku. Setiap kali mengingat hal itu, ada semacam beban yang mencekat tenggorokanku seolah memaksa ingin keluar. Kata lainnya, mual. Aku pikir aku sakit, tapi sepertinya tidak. Ini persis seperti baby blues, perasaan ingin menjauh, tak suka, tak siap, ya seperti itulah.

Padahal ini impian yang sama dengan 'rumah' sebelumnya, Tapi di rumah itu dulu segala sesuatu sudah terstruktur dan sudah berjalan seperti tradisi, tinggal menjalankannya saja. Sedang di rumah baru ini, aih pasti tak mudah untuk memulai sesuatu, terutama sesuatu yang baik. Sebab, kelak apa yang ditanamkan hari inilah yang akan menjadi acuan generasi selanjutnya. Rusak disini, tahulah apa yang terjadi...

Aku menuliskannya, sebab aku kalah berkata-kata. Maka tulisanlah yang akan bicara.

Ada yang menyesak di rongga hatiku.
Sebagian orang mungkin menganggap aku lebay, tapi aku mengenal diriku. Aku hanya takut tak bisa menjaga amanah ini.

Setiap kali berusaha memikirkannya, saat itu pula pikiranku menolak. Ingin menangis saja...
Sebegitu takutnya kah aku?
Tak tahu. Bahkan aku tak bisa jujur disini...