Prolog : A Call from Turkey


"Kita tidak berjalan melainkan diperjalankan"
- @uttihati, 2019

Manusia memang punya dua kaki untuk melangkah, tapi tanpa seizin Pencipta Sepasang Kaki, tidak ada kuasa kita untuk berdiri apalagi berlari.
Maka sebuah amanah di penghujung tahun ajaran ini rasanya serupa hadiah, entah dari pinta yang mana. Hadiah itu berupa A CALL FROM TURKEY 

Turkey.
Ealah, salah - salah!
Lagian searching "Turkey" di Google Image kenapa gambarnya ini semua dah??
Oke, oke kita ulang
A CALL FROM TURKEY.
Baru bener.
Jadi gimana datangnya panggilan dari Turki itu?
Gini ceritanya...

***

Hari itu Selasa (2 April), seharusnya jadwal liqo' internal bersama Ustadz Bachtiar. Tapi aku enggak ikut karena baru selesai ngantar Mamak ke terminal Cileungsi untuk menuju Bandara Soeta . . . naik MOTOR, hahaha! Jadi enggak tau gimana ceritanya mungkin kecapekan, abis Maghrib aku ketiduran pulas banget. Tiba-tiba hape berisik, ada chat rame dari Mbak Nurul (Gogo). Di tengah upaya mengumpulkan kesadaran, aku baca chatnya.

Kayaknya dia chatting sambil gemeteran ini

Reaksiku bukan kaget atau senang, malah yang pertama terpikir "Tunisia itu dimana sih?" 
Akhirnya googling. Oooh, negara Islam di Afrika Utara.
What?! Afrika!!! Ya Allah jauh amaaaaat ini... Nggak punya kenalan di Tunisia
Paniklah pokoknya!

Tapi berhubung belum ada kabar lanjutan, aku sama Gogo sepakat untuk diam dulu.
Besoknya di kantor Gogo cerita. Jadi pas liqo' malam itu Ustadz menyampaikan kalau ada Konferensi Palestina di Tunisia, tapi khusus perempuan dan harus bisa bahasa Arab dan Inggris. Berhubung belum ada kader wanita di Spirit of Aqsa (SoA) yang memenuhi kriteria, akhirnya dialihkan ke unit. Spontan seisi ruangan nyebut nama Gogo. Tapi UBN nggak mau kalau ditunjuk, orangnya harus siap. Akhirnya Gogo bilang siap. Tapi harus 2 orang. And another candidate? Diajukanlah namaku.
UBN tau kita lulusan pesantren dan bisa bahasa Arab, beliau setuju kita yang dipilih.

Pertemuan selanjutnya direncanakan, sekitar 3 hari setelahnya. Aku dan Gogo tetep belum mau ngomong ke orangtua, "Entar aja kalau udah pasti", gitu pikir kita. Sambil kita cari-cari referensi tentang Tunisia, living cost disana gimana, bahasa resminya apa, cuacanya gimana, yaa yang standard lah sampai rencana liar kayak, "Kita lanjut nyebrang ke Eropa, yuk!" *ampun

Dikata dekat bisa naik angkot kali yaa

Eh ladalaah, maminya Gogo tau duluan. Ya maklum sih, doi masih kerabat UBN nggak mungkinlah nggak tau. Gogo akhirnya jujur soal rencana ke Tunisia itu.
Akupun nelpon Mamak, dan reaksi Mamak persis kayak aku. "Tunisia itu dimana? Kita punya saudara nggak ya disana?" Teteeeeup, ibu-ibu mah yang dicari saudara duluan.

Sorenya kita ketemu Ustadz Ridwan di Rumah SoA. Ternyata ada perubahan informasi, lebih tepatnya salah informasi. Event di Tunisia tanggal 27 April itu untuk ikhwan dan akhwat, penyelenggaranya Al Quds Amanati. Jadi nggak harus perempuan.
Sedangkan event yang dimaksudkan untuk kami adalah We Are All Mary, penyelenggaranya UKEAD dan digelar di Turki tanggal 19-20 April.
WHAT?! Itu berarti persiapan kami kurang dari 2 minggu!! 

Akhirnya kita pelajari lagi tentang Turki.
Agak shock liat perkiraan cuacanya. Penghujung winter menuju summer tapi suhunya masih sekitar 14-16 derjat Celcius. 
Kalau Tunisia bisa pakai bahasa Arab, Turki malah nggak banyak yang bisa Arabic atau English. Duh, piye tah?
Kita tanya-tanya sama yang udah travel atau tinggal di Turki, terus kita sharing informasi.

Persiapan pun dilakukan.
Yang pertama adalah ketemu dengan lembaga Adara International Relief yang juga bakal berangkat ke Turki. Jadi kita semacam 'dititip' lah ceritanya. Disana juga kita dipertemukan dengan Bunda Witra, salah satu pengurus SoA yang bakal jadi partner kita bareng ke Turki. 

Bersama Adara International Relief

Setelah itu baru urusan berkas. Di bagian ini nggak sulit karena kita udah punya paspor aktif. 
Mengurus visa Turki juga cukup gampang, karena Turki pakai E-Visa alias visa elektronik. Jadi cukup daftar online. Visa kita diuruskan sama Bu Maya dari SoA. Dan emang pengurusan visa ini lumayan cepat, kurang dari 24 jam seingatku udah selesai.
Pendaftaran ke pihak UKEAD juga cukup mudah, dibantu oleh Ustadz Ridwan yang dekat dengan Koordinator Program untuk Asia Tenggara akhirnya nama kita bisa terdaftar walau di menit-menit akhir.

E-Visa Turki

Berkas selesai, lanjut urusan tiket.
Dengan pertimbangan harus nyoblos di tanggal 17 April sedangkan last check-in di Turki 18 April, akhirnya kita ambil penerbangan tanggal 18 tengah malam menggunakan Qatar Airways.
Ada 2 pilihan airport menuju Istanbul, Turki. 
Yang pertama Istanbul New Airport yang letaknya di Istanbul bagian Eropa dan bandara ini memang masih baru banget dioperasikan.
Yang kedua Sabiha Gokcen Airport, letaknya di Turki bagian Asia. 
Nah, sehubungan acara kita itu kabarnya dekat Airport Ataturk, jadi kita pilih turun di Istanbul New Airport. Padahaaal . . . HAHAHA! Nanti aja ceritanya~

Untuk harga tiket kita masih dapat yang lumayan normal sih, setidaknya untuk sesi liburan
Sekitar 7,5 juta untuk sekali terbang. Karena naik Qatar Airways, jadi ada transit di Qatar sekitar 9 jam menurut jadwalnya.
Keriuhan pas sesi mesan tiket ini juga ya ampuuuun...
Yang salah pilih flight lah, udah salah bingung sendiri pula
Sampe salah masukin user Credit Card yang menyebabkan transaksinya sempat gagal
Haduh~ Rempong lah pokoknya
Tapi akhirnya urusan tiket selesai. 

Sebagai ciwi-ciwi, urusan pakaian adalah hal FENTINK sodara-sodara
Mulailah kami hunting jaket/longcoat, baju, jilbab sampai sepatu. Mohon maaf nih bukan masalah gaya, masalahnya cocok nggak sama keperluan disana nanti?

Kebetulan dulu aku pernah beli jaket winter sekitar tahun 2011. Enggak kepikiran juga waktu itu mau dipakai dimana, pokoknya bagus ya beli aja udah.
Langsung aku telpon mamak dan minta jaketnya dikirimkan.
Sebagai antisipasi, aku telpon kawan-kawan di Medan yang bisa bantu carikan coat. Akhirnya Puput dan Onee bersedia ngubek-ngubek Pamela. 
Hahayyy!

Setelah pakaian, masih ada kerempongan lainnya.
Apa itu?
MAKANAN.
Yes, sebagai makhluk Indonesia yang makannya harus nasi (kalau nggak kena nasi, gak kerasa makan) kami pun berpikir gimana antisipasi kalo nggak ketemu nasi?
Mau bawa mie instan? Lah, kita bertiga nggak makan mie instan. Aku udah stop mie instan 3 tahun, Gogo juga udah berhenti 6 bulan, sementara Bunda Witra diet karbo.
Oke, kalo gitu yang penting ada sambal!
Jadilah Gogo bawa abon, sambal terasi sekian renceng dan sepapan jahe merah untuk melawan kekejaman cuaca dingin. Wkwkwkw!

Sampai hari-hari terakhir sebelum berangkat, sebenarnya aku masih percaya-nggak percaya
Kita enggak tau waktu yang akan datang itu seperti apa, jadi aku ikutin aja alurnya
Walaupun setelah dipikir-pikir mungkin ada salah satu pintaku yang dikabulkan Allah dengan cara didatangkan ke Turki

So, akan seperti apa kelanjutannya?
Yuk ah menuju TURKEY DAY 1 : DEPARTURE



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita