Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Setelah 3 Tahun Berlayar Bersama Kapal Layar...

Kapal Layar. Nama yang kupilihkan untukmu. Dari dulu, dari dulu sekali sejak masih duduk di bangku SMA aku berkeinginan punya blog pribadi yang diberi nama Kapal Layar. Kudapati foto-foto dimana aku menulis kata Kapal Layar untuk situs pribadiku nantinya. Mungkin dari berbagai alat transportasi, kapal adalah yang paling menarik untukku. Sedari kecil, aku suka sekali melihat desain kapal-kapal dengan layar-layar besar yang terpancang di tiang-tiang yang tinggi. Semakin rumit desainnya, semakin suka aku melihatnya. Kekagumanku pada kapal bukan tanpa alasan. Sebuah kapal dirancang sedemikian rupa untuk bisa mengambang di permukaan, padahal material pembangunnya tidaklah ringan. Untuk mengerjakannya dibutuhkan usaha besar dari banyak orang. Ya, banyak orang bahkan orang yang mungkin tidak ahli pada bidangnya. Saat berlayar, tampak pula kegagahannya mengarungi kedalaman laut yang misterius dan jarak yang tak terukur pula. Penggeraknya hanyalah angin, ombak dan kekuatan kemudi sang

Akhwat atau Akh, What?!!

Gambar
Setelah menulis soal Penampilan Ikhwan, Kelakuan? beberapa saat yang lalu, aku merasa penting juga menulis soal para Akhwat. Lagi-lagi karena ada suatu kasus yang 'ditampakkan' Allah Ta'ala untuk diambil hikmahnya. Semoga memberi nasihat bagi para muslimah dan untuk diri penulis juga. Sore itu aku menelepon seseorang, aku sudah berjanji untuk menyambung pembahasan yang terpotong saat Ashar tiba tadi. Dengan cepat teleponku dijawabnya, suara seseorang yang kukenal sedari kecil. "Jadi gimana cara abang menghentikannya? Abang enggak mau menyakiti hati dia..." ucap suara di seberang sana. "Yang laki-laki itu abang, yang harus tegas itu abang. Takut menyakiti hati dia atau mau bergelimang dosa?" cecarku padanya. Pembahasan ini menjadi hangat setelah kejadian di liburan Idul Fitri. Antara si abang dan seorang akhwat. Tak perlu dijelaskan kejadiannya tapi sangat menggelitikku untuk menginterogasi si abang langsung. Suara di seberang melanjutkan ceri

The Girls : Kita yang Saling Ditakdirkan

"1640 percakapan lainnya" Begitu yang tertulis di group chat mukabuku kita. Belum setahun kita berinteraksi dalam grup itu tetapi sudah ribuan hal yang kita bicarakan. Baru di dunia maya, belum dihitung pula di dunia nyata. Kita berangkat dari stasiun-stasiun yang berbeda. Aku bertemu dengan Onee saat ia di masa transisi, berjuang menyembuhkan diri dan hatinya. Saat itu aku belum dekat tapi di kepalaku berkumpul banyak pertanyaan soal dirinya. Kutanyakan sesuatu, tentang lukanya itu. Pertama kalinya kami bercerita, pertama kalinya ia langsung meneteskan airmata di hadapanku, aku yang saat itu belum dekat dengannya. Aku bertemu seorang Pututupi dalam perekrutan anggota PIJAR angkatan pertama. Seorang yang dulu sangat berbeda. Masih pakai celana jeans dengan kemeja pendek dan jilbab yang simpel. Beberapa kali bertemu namun kita irit berinteraksi. Mungkin karena ia tak banyak bicara sedang aku tak tahu bisa membicarakan apa dengannya. Sampai satu hari kita membicarakan s

Ayah, Selamat Hari Ayah...

Gambar
12 November, Hari Ayah Nasional Ayah, Dari kecil aku memanggilnya begitu, tidak pernah berubah. Ayah adalah lelaki pertama yang aku kenal di dunia, tentu. Seorang lelaki yang pertama sekali mendengungkan kalimat-kalimat Allah yang indah di telingaku. Yang itu aku tak ingat, tapi aku tahu... Siapapun yang pertama kali berjumpa dengan Ayah akan berpendapat sama, "Galak" atau "Seram" Lalu semua pendapat itu luruh di sekian menit berikutnya, saat Ayah mulai mengeluarkan lawakan-lawakannya. Sontak opini itu berubah, "Lucu ya..." atau "Kocak banget..." Ayah selalu punya bahan lawakan untuk diceritakan kepada siapapun. Maka kemanapun Ayah pergi, orang-orang sering mencarinya. Layaknya lelaki, Ayah begitu gengsi untuk menangis. Padahal hatinya begitu gampang tersentuh. Waktu itu, saat aku dinyatakan lolos sebagai finalis Dai Muda Pilihan, Ayah mengucapkan begini di atas motor, "Tadi Ayah nonton iklan Uti di tivi, nangis Ayah..." Aku

Tugas Besar Sebuah Pernikahan

Gambar
Bicara tentang hubungan dua insan berbeda jenis tentulah kita sepakat bahwa tidak ada jalan lain yang menghalalkannya kecuali sebuah pernikahan. Sebagian orang melakukannya atas dasar ibadah. Sebagian ada yang mengaku nekat. Dan sebagian lainnya ada yang merasa terpaksa. Semoga kita menjadi golongan yang pertama saja. Tapi sesungguhnya ada sebuah tugas besar yang menanti di depan sana. Tugas besar ini bisa dilakukan lewat pernikahan. Apa itu? MEMBANGUN PERADABAN. Mari buka mata sejenak. Hari ini entah berapa banyak keluarga yang terpecah karena alasan-alasan seperti 'tidak cocok lagi' Hari ini entah berapa banyak anak-anak yang menjadi korban dari alasan itu. Anak-anak yang tidak mengenal konsep keluarga sehingga tidak mampu menghargai dirinya sendiri. Hari ini anak-anak yang tidak menghargai dirinya itu cenderung berbuat tidak baik. Bukan karena jahat, tapi karena mencari perhatian yang hilang. Hari ini begitu banyak keluarga yang tidak duduk pada fungsi kel

Rasanya Dikerjain Tuhan

Ngajak berantem banget gak judulnya? Hehehe, maaf... Kenyataannya memang begitu. sering sekali kita merasa tengah dikerjain Tuhan. Dikerjain dalam hal apa? Hohoho, banyak... Belakangan ini aku merasa sangat-sangat sedang dikerjain Tuhan. Siapa yang terlebih dahulu kutertawakan kalau bukan diri sendiri? Menyadari betapa 'sok kuatnya'. 'sok hebatnya', 'sok kerennya' diri ini dengan kemampuan yang dimiliki. Padahal status diri ini HAMBA. Kalaupun memiliki kemampuan, itu sifatnya pinjaman dari Allah. Begitu kan? Beberapa bulan yang lalu, ada seseorang yang sok-sok kuat bertahan di balik lukanya. Seolah-olah sudah sembuh, seolah-olah sudah menyelesaikan masalah. Sok-sokan logis berpikir, bertahan pada prinsip, nilai dan pakem yang sudah dipegang lama. Udahlah sok kuat, giliran punya masalah masih nangis, ngadu juganya ke Allah. Selain sok kuat, sok hebat juga dia! Seolah-olah harapan-harapannya, rencana-rencananya bisa berjalan sesuai perkiraaannya. Dipikirn

Cintaku, Cintamu dan CintaNya

Cintaku : Bagaimana aku harus mendefinisikan cinta? Sedang seorang penyair akhirnya gila karena tak pernah menemukan jumlah pasti definisi cinta. Terakhir ada 5000 definisi yang ia dapatkan sebelum kemudian ia mati karena frustasi. Lalu aku? Bagaimana mengartikannya... Sebagai manusia normal tentulah aku pernah merasakannya. "Cinta yang baik adalah cinta yang membangun" , begitu kata salah seorang motivator. Maka aku berterimakasih kepada cinta karena dalam prosesnya ia membentukku menjadi pribadi yang semakin mengenal diriku sendiri, semakin berubah pandangannya soal cinta, semakin memahami hakikat cinta yang lebih baik. Ya, terima kasih. Cinta mungkin bisa membuat orang gila, akupun sama. Tapi Dia, pemilik cinta yang sesungguhnya senantiasa menunjukkan kemana harusnya cinta mengalir. Lalu sebuah doa kuutarakan kepadaNya, "Allah, berikanlah aku cinta jika memang telah datang seorang yang tepat itu" Doa yang kutitipkan seiring dengan lirik sebuah