Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Prinsip

Aku     : "Ustadz, ana berprinsip untuk bla..bla...bla..." Ustadz : "Itu prinsip kamu? Yakin?" Aku     : "Iya ustadz..." Ustadz : "Kamu tahu, yang namanya prinsip itu enggak boleh sembarangan dibuat. Dan satu lagi, enggak boleh dilanggar..." Aku     : "Kenapa ustadz?" Ustadz : "Karena orang yang melanggar prinsipnya itu adalah orang yang gagal" Aku     : "Alasannya?" Ustadz : "Dia tidak bisa mengikuti keputusan yang sudah dia buat sendiri, berarti dia sudah kalah dengan dirinya sendiri..." *** Itu sepotong dialog dengan ustadzku sewaktu di pesantren. Tentang prinsip. Sampai hari ini masih kuingat dan kuecamkan dengan benar bahwa yang namanya prinsip tidak boleh dilanggar. Karena saat prinsip dilanggar, maka gagal sudah kita melawan diri sendiri. Pertanyaannya kemudian, ada banyak prinsip yang nggak jelas asal muasalnya darimana. Misalnya gini : "Pokoknya prinsip aku jelas, pengen punya

Hari-Hari Bersama Pramuka

Gambar
Salam Pramuka! 14 Agustus, Hari Pramuka Ahh rasanya sudah lama tak menyentuhmu... Jadi izinkan aku berbagi kisah-kisah selama kita menjalani hari bersama itu... *** Atok kami adalah seorang Pembina Pramuka yang sangat aktif. Berbagai event nasional sampai internasional pernah Atok ikuti. Bahkan Sibolangit yang jadi Bumper (Bumi Perkemahan) sekarang ini juga bagian dari usaha atok saat membukanya. Jejak Atok diikuti oleh anak-anaknya, termasuk mamak. Jadilah aku memiliki kesan yang sangat baik terhadap Pramuka. Apalagi waktu Atok meninggal pada 2009, rekan-rekan dan adika didikannya datang menggunakan seragam Pramuka dan menyebut Atok kami sebagai Atok Pramuka. Pramuka, aku sudah mengenalnya sejak duduk di bangku SD. Ekstrakulikuler yang paling kucari dan paling ingin kuikuti tapi sayang waktu itu Pramuka hanya boleh diikuti oleh kelas 5 dan 6 saja. Jadilah aku menunggunya :D Pramuka di SD itu kan untuk Siaga, jadi wajar saja kalau Pramuka SD banyak main-mainnya ketimbang ket

Biola

Gambar
Hatiku biola Yang senarnya dijalin dari langkah-langkah seekor ulat sutera Sedang kau ingin berbahagia Dengan suara yang kuhasilkan Lantas kau mulai menggesekku dengan sebuah samurai perawan Jangankan lantunan Karena kau hanya akan mendengar rintihan -Kamar, menyampaikan makna-  

Pacaran, Gladi Resik Gejolak Rumah Tangga

Gambar
Pacaran, siapa sih yang enggak kenal istilah ini? Mau pelaku ataupun non-pelakunya pasti kenal dan paham benar soal pacaran. Tapi tahukah? Pacaran yang katanya berproses sebagai penjajakan pra nikah justru berlaku sebaliknya. Menurut kacamata aku, pacaran justru masa menjadi gladi resik gejolak berumahtangga. Ada banyak kasus dimana orang yang berpacaran sangat lama malah bercerai dengan sangat cepat setelah menikah. Pacaran 7 tahun, tiba nikah cuma 7 bulan... Zaman pacaran katanya cinta, pas udah nikah kemana cintanya? Padahal yang perjuangan dan pengorbanannya lebih besar adalah menikah kan? Hmmm, buka pikiran dan jalankan logika! Sadar nggak sih kalau pacaran itu sangat mengganggu keberlangsungan pernikahan? Ada banyak kasus dimana pacaran mengganggu pernikahan dan kisah-kisah ini aku himpun dari orang-orang terdekat yang mengetahui ataupun mengalaminya sendiri.

Akumulasi Perasaan

Aku memulainya dengan usaha keras membuka tulisan ini, entah untuk jujur, entah untuk merangkai kata yang manis. Tapi sepertinya tidak, sebab aku hanya ingin terapi. Ya, lagi-lagi... Karena menulis adalah terapi jiwa. Ini adalah akumulasi perasaan setelah sekian lama menahannya. Bukan, lebih tepatnya menyamarkannya. Sebab aku tak pernah secara jujur mengungkapkannya kecuali pada media yang sekiranya tak dapat diketahui orang lain. Baik. Aku memulainya dengan sebuah usaha move on dari seseorang yang setelah 1,5 tahun kuperhatikan tapi berakhir dengan suatu keputusan untuk move on . Seseorang yang bahkan tidak bisa menyadari keberadaanku, jelas saja karena akupun tak pernah menunjukkan diri di hadapannya. Cinta dalam diam? Tidak. Tapi cinta jalan di tempat. Aku tidak terlalu berani soal yang satu itu, perkara menunjukkan perasaan bahkan sekedar melempar kode. Januari 2014. Finally it's done! Aku sudah menyelesaikannya. Aku jenuh, sebab aku tidak mendapatkan manfaat apapun da

Jeratan Masa Lalu

  Masa lalu... Ahh, kata orang tak mesti dibahas. Tak wajib diungkit pula   Masa lalu itu bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bisa bercermin darinya. Betapapun buruknya masa lalu, yang paling penting adalah bagaimana meninggalkannya dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang. Tapi bagi orang-orang yang masa lalunya masih membayangi, ia tak ubahnya jerat yang membuat kaki tak dapat melangkah ke depan.   Jadi menurutku sebelum kau jauh melangkah, lepaskanlah semua jerat masa lalu itu. Kalau tidak, kau hanya akan menjadi rekanan keledai sebab terjatuh ke lubang yang sama dua kali!

Memenangkan Hati

Lebaran sudah usai, Idul Fitri telah kita lewati Selamat menjadi pemenang!!! ...bagi yang lulus ujian Ramadhannya :) Salah satu sebutan bulan Ramadhan adalah syahrut tarbiyah (bulan pembelajaran) jadi Ramadhan itu adalah masa belajar intensif biar lulus di Syawal dan menjadi pemenang. So, apa yang harus kita menangkan? Salah satunya adalah HATI. Ya, selama sebulan kemarin kita sangat menjaga hati. Kita tekan segala nafsu yang dapat membatalkan pahala puasa. Selain nafsu makan dan minum juga nafsu lain yang sekiranya bisa merusak ibadah puasa. Pembiasaan itu sekiranya bisa dilanjutkan ke 11 bulan ke depan. Kalau kemarin-kemarin bisa nahan diri dari marah, hasad, mengumpat, menggosip dan sejenis keburukan lainnya, berarti kebiasaan inilah yang harus diteruskan. Apa gunanya Ramadhan kalau kualitas diri tak jauh lebih baik? Apa gunanya Ramadhan kalau kesalahan masa lalu masih terulang juga? Selamat memenangkan hati!