Mencari "Asisten Dosen" Digital: Pengalaman Mencoba Jajaran Laptop AI ASUS Terbaru

Sebagai seorang dosen dan juga blogger, menghadiri ASUS Blogger Gathering kemarin memberikan perspektif yang cukup menyegarkan. Biasanya, ketika melihat gadget baru, sisi "blogger" saya yang berteriak tentang spesifikasi teknis. Tapi kali ini, sisi "akademisi" saya yang justru lebih dominan bertanya: "Apakah laptop ini bisa mempermudah hidup saya di kampus?"

Di acara ini, kami diberi kesempatan menjajal langsung lini produk terbaru ASUS yang digadang-gadang sebagai laptop masa depan berkat teknologi NPU (Neural Processing Unit). Mulai dari seri Zenbook S 14 OLED, keluarga Vivobook S, hingga lini kreatif ProArt PZ13 dan PX13.

Berikut adalah ulasan singkat dari sudut pandang saya sebagai pengajar yang membutuhkan workstation portabel.

Mengapa Dosen Perlu Peduli soal NPU?

Sebelum masuk ke produk, mari bicara soal teknologi yang mereka banggakan: NPU.

Dalam bahasa perkuliahan yang sederhana, jika CPU adalah otak untuk berpikir logis dan GPU adalah otak untuk visual, maka NPU adalah otak khusus untuk kecerdasan buatan (AI).

Bagi kita para dosen, ini berarti fitur-fitur seperti noise cancellation saat rapat Zoom, live caption, atau penggunaan Copilot untuk merangkum materi riset berjalan jauh lebih cepat dan hemat daya. Laptop tidak cepat panas dan baterai awet—dua hal krusial saat kita harus mengajar dari pagi hingga sore tanpa sempat mencari colokan listrik.


Zenbook S 14 OLED: Impian Mobilitas Akademis

Jujur, ASUS Zenbook S 14 OLED adalah primadona bagi saya. Mengapa? Karena bobot dan ketipisannya.

Seorang dosen seringkali seperti nomaden; pindah dari ruang dosen, ke kelas A, ke kelas B, lalu rapat di rektorat. Membawa laptop berat adalah siksaan punggung. Zenbook S 14 ini menggunakan material Ceraluminum yang terasa mewah tapi tangguh.

Layarnya OLED 3K 120Hz. Bagi mata yang seharian harus mengoreksi skripsi mahasiswa atau membaca jurnal berformat PDF dengan font kecil, layar ini sangat memanjakan mata. Teks terlihat tajam dan hitamnya pekat, mengurangi kelelahan mata secara signifikan.

Vivobook S 14 & S 15 OLED: "Workhorse" yang Andal

Jika Zenbook adalah tentang gaya dan portabilitas ekstrem, maka seri Vivobook S 14 OLED dan S 15 OLED adalah "kuda beban" yang pragmatis.

Saya melihat Vivobook S 15 OLED sangat cocok untuk dosen yang sering multitasking. Layar 15 incinya memberikan ruang lega untuk membuka dua jendela sekaligus: satu sisi untuk melihat draf skripsi mahasiswa, sisi lain untuk membuka rubrik penilaian.

Keyboard-nya juga sangat ergonomis dengan travel distance yang pas. Mengetik silabus atau proposal penelitian berlembar-lembar tidak akan membuat jari cepat pegal. Dan tentu saja, performa NPU di sini memastikan semua aplikasi Office berjalan mulus tanpa lag.

ProArt PZ13 & PX13: Bukan Hanya untuk Desainer

Awalnya saya pikir seri ProArt hanya untuk dosen DKV atau Arsitektur. Tapi setelah mencoba ProArt PZ13 (yang model detachable alias bisa lepas keyboard) dan PX13 (model convertible lipat 360 derajat), pandangan saya berubah.

Bagi dosen pembimbing, ProArt PZ13 adalah game changer. Bayangkan mode tabletnya digunakan untuk mencoret-coret revisi langsung di layar (digital annotation) saat bimbingan mahasiswa, layaknya memeriksa kertas fisik tapi tanpa sampah kertas. Sangat praktis dan intuitif.

Kesimpulan: Mana yang Cocok untuk Dosen?

Dari pengalaman di gathering ini, kesimpulan saya adalah:

  1. Pilih Zenbook S 14 OLED jika prioritas utamamu adalah prestise, mobilitas tinggi, dan sering bepergian untuk konferensi.

  2. Pilih Vivobook S 14/15 OLED jika kamu butuh alat kerja harian yang tangguh, performa kencang, dengan harga yang lebih masuk akal untuk anggaran riset.

  3. Pilih ProArt PZ13/PX13 jika gaya mengajarmu interaktif, sering menggambar diagram, atau suka memberikan feedback tulisan tangan digital.

Kehadiran NPU di lini laptop ASUS terbaru ini bukan sekadar gimmick. Ini adalah investasi waktu. Semakin cerdas laptop kita, semakin banyak waktu yang bisa kita hemat untuk hal lain—entah itu riset lanjutan, atau sekadar istirahat sejenak di sela jadwal mengajar yang padat.

Gimana menurut kalian? Apakah sudah waktunya upgrade laptop dinas?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita

Turkey Day 3 : Konferensi We Are All Mary Part. II

Di Atas Sajadah Illuminati