From His Side

Belakangan aku sering merenung tentang apa yang sebenarnya orang-orang rasakan tentang hidup orang lain.
Ya, orang lain
Seperti saat kita melihat orang yang kelihatannya lebih sukses, lebih bahagia, lebih dicurahi banyak cinta, seperti sempurna
Pertanyaan itu muncul seiring dengan kekhawatiranku tentang 'Apakah hidupku menjadi potensi iri dalam hati orang lain'?
Jadi aku berhenti (setidaknya mengurangi) berbagi cerita baik seperti yang kulakukan dulu
Bukan apa-apa, zaman sekarang potensi penyakit hati semakin banyak seiring terbukanya informasi

Tapi dari semua itu, kalimat ajaib yang kugaungkan saat melihat nikmat hidup orang lain adalah,
"Kamu tidak tahu masalah apa yang tengah dia hadapi"
"Jika kau tertinggal dalam urusan dunia, maka unggulilah dia dalam urusan akhirat"
"Yang di sisi Allah itu lebih baik"

Ya, yang di sisi Allah.
Dari sisi-Nya.

Ketika teman-teman menikah lalu berkeluarga, kubisikkan kepada hati "Mintalah yang dari sisi Allah" sambil mendoakan diriku agar layak baginya
Ketika teman-teman unggul dalam prestasi duniawinya, kukatakan pada hati "Itu dunia, Put. Tidak akan selamanya. Kejarlah keabadian, yang abadi bersama Sang Maha Abadi"

Begitulah.
Dalam tanya, kujawab sendiri.
Jujur, belakangan waktu aku tak pandai curhat lagi
Menikmati rahasia ternyata jauh seru adanya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita