Nasihat Pernikahan untuk Dua Adinda yang Berbahagia


“Tidak ada sepasang anak manusia yang benar-benar cocok.
Sebab dilahirkan dari rahim yang berbeda, keluarga, pendidikan, lingkungan dan pengalaman yang tentu berbeda.
Yang ada hanyalah : dicocok-cocokkan"

-Untuk dua Cok ku, Azhari si Ucok rekan berjuang dari Medan, Syifa si Eneng dengan jargon “Cok Gali Gacok”-

Credit : Kak Sherly on FB

Sampaikah pesan itu pada hadiah yang kutitipkan untuk kalian?

Ahh, maafkanlah aku yang tak bisa hadir pada hari bahagia kalian. Izinkanlah tulisan ini menjadi hadiah setulus hati dariku sekaligus ucapan turut bahagia dengan perayaan cinta kalian.

Entah pantas atau tidak menyampaikan ini tetapi yang kuyakini adalah : “Tak harus naik haji dulu untuk menasihatkan Haji, tak harus mati dulu untuk menasihatkan kematian, tentu tak harus menikah dulu untuk layak menasihati pernikahan”

Bukankah begitu?

Ingatanku melayang ke masa lalu, pada bulan yang sama tepat empat tahun yang lalu sebuah acara bernama Dai Muda Pilihan ANTV mempertemukan kita semua, kalian berdua pada khususnya.

Adalah Azhari, si bungsu para dai, rekan berjuang bersama dari Medan, bersama Koko Hwa kita menyebut diri sebagai Trio Optimis. Mungkin kita adalah peserta dari satu kota audisi yang sangat akur. Setiap kali selesai tabligh kita saling mengevaluasi serta memberi masukan. Menjadi asing di tanah orang membuat kita bertiga saling menguatkan. Beberapa kali kuajak engkau bercerita, membahas apa saja yang menjadi kendalaku. Dan padamu Ari (begitu kupanggil) sungguh telah kuanggap adik sendiri, seperti halnya engkau pun tetap mengingatku sebagai kakak seperjuanganmu.

Adalah Syifa, si Bungsu para daiah, yang pertama kali dekat denganku. Waktu itu sesi pembuatan vignete, dengan cepat kita membaur lalu foto-foto bersama. Aku memotretmu dan kau memotretku. Sejak hari itu kaulah temanku bercerita, bahkan saat aku harus pulang dieliminasi, kau yang pertama menangis memelukku, kau marah karena tahu sesuatu (yang juga kutahu). Saat berpisah, kau titipkan sebuah tasbih hijau kesayanganmu, kau minta aku menyimpannya. Dan di lain kesempatan, kau beri aku sebuah wadah, katamu kau mengingatku saat membelikan itu. Sebegitu dekatnya kita.

Tentang kalian berdua...

Saat banyak yang terkejut dan tidak menyangka, sesungguhnya aku tidak terkejut dan sudah menyangka. Aku hanya tidak tahu sejak kapan rasa itu bermula. Suatu hari aku pernah bercerita dengan Syifa, “Neng, kalau di acara begini biasanya ada aja yang cinlok, terus entar jadi deh...”. Saat itu Syifa tampak tak percaya. Pun aku tak memaksudkan kalian, karena dugaanku justru pada rekan kita yang lain.


Ehh, baru sadar... Ternyata pas PressCon kalian fotonya deketan yaa... Pertanda 'alam' mungkin

Tetapi suatu hari, setelah acara ini selesai, kita (alumnus DMP 1) berkumpul di AQL dan mendapat pengarahan dari Ustadz Bachtiar Nasir. Aduhai! Habis kita di-doktrin tentang nikah muda! Sesungguhnya Ustadz tidak menyuruh apa-apa, hanya saja motivasi beliau saat itu membuat kita semua (ya! Sungguh kita semua) mendadak ingin menikah sekalipun belum ada calonnya. Sebab beliau berpesan, bahwa dai dan daiah haruslah membangun keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah wa DAKWAH. Kita semua kembali ke apartemen dengan isi kepala yang sama, MENIKAH!

Seingatku waktu itu Azhari baru berusia 18 tahun. Ia segera menelepon kedua orangtuanya di kampung halaman dan menyampaikan keinginannya untuk menikah. Tentu mengagetkan! Yang kutahu ibunya menangis-nangis, mungkin tak menyangka anaknya akan menyampaikan itu. Tetapi ibunya masih berat karena kakaknya belum menikah. Maka meredalah Azhari dan keinginan menikahnya.

Syifa? Aku mulai melihat ‘sesuatunya’ dengan Azhari. Ya, persis sama. Pulang dari AQL dan isi kepala yang sama, menikah muda dan segera. Matanya tidak dapat menyembunyikan itu, mungkin seperti sudah saling tahu.

***

Suatu hari Syifa datang ke kota ini, menghadiri pernikahan kakak dari Azhari. Selama di Medan, ia bersamaku. Dan disitulah aku melihat dengan jelas ‘sesuatu’ antara kalian. Sempat aku berbicara dengan Azhari, “Segera halalkan, mampukan dirimu. Kita da’i, semoga menjadi contoh yang syar’i” pesanku padanya. Ari tertawa, tapi meminta didoakan. Tentu, untuk kedua adikku ini, doa adalah hadiah terbaik.

Dan pada tahun ini, beberapa bulan lalu, seorang kakak dari AQL yang sama-sama orang Medan menyampaikan rencana bahagia kalian. Tentu tanpa sepengetahuan kalian berdua, hanya antara kami saja. Aku tak terkejut, karena sejak lama mengetahui cerita kalian berdua.

Dan pada suatu siang di pertengahan September, ponselku berdering memunculkan nama Azhari di layarnya. Itulah dia, perayaan cinta yang telah ditunggu sejak lama. Azhari akan segera menikah dua pekan setelahnya, bersama seorang gadis di Bogor (Cibinong lebih tepatnya). Tentu tak perlu kusebut nama, aku hanya bertanya usia.

“Umurmu berapa sekarang?” kataku ke Azhari.
“Dua puluh satu, kak”
“Syifa?”
“Loh kok langsung ke Syifa?”
“Udah nggak usah ngelak, cepat jawab nggaaak...”
“Hehehe, iya... Syifa dua puluh”
Muda sekali... batinku. Sebab Allah memberiku dua jempol, kuacungkan dua-duanya kepada kalian. Salut!

***


Barakallah Lakuma wa Baraka ‘Alaikuma wa Jama’a bainakuma fil khayr...

Adindaku, pernikahan adalah sebuah mahligai suci, satu-satunya penghalalan bagi perasaan sepasang insan. Ia adalah obat paling mujarab bagi dua insan yang jatuh cinta.

Sesungguhnya akad yang baru saja kalian langsungkan, bisa jadi adalah akhir dari penantian. Tetapi di sisi lain ia adalah babak baru yang akan segera kalian jalani.

Pernikahan bukanlah penyelesaian masalah, tetapi pernikahan sesungguhnya berpindah ke masalah baru. Tetapi kali ini, ada seseorang yang akan mendampingi, menjadi tempat saling berbagi.

Pernahkah mendengar kisah dongeng seperti Cinderella? Jangan engkau kira pernikahan akan berlangsung seperti negeri dongeng “Hidup bahagia selama-lamanya”. Sebab jika itu yang engkau yakini, maka engkau akan terkejut manakala mendapati gejolak-gejolak dalam rumah tangga.

Cinta dalam rumah tangga juga tidak selamanya berbentuk sama. Akan ada momen engkau tidak sepakat, kesal, kecewa bahkan mungkin marah, tetapi keputusanmu untuk bertahan dengan komitmen yang engkau punya, itulah cinta. Cinta itu pekerjaan merawat, ia tidak akan tumbuh seperti semak belukar. Rawatlah, rawatlah ia sebagaimana engkau merawat hatimu sebelum perjumpaan. Rawatlah, sampai cintamu mungkin akan menua, ringkih, beruban dan tiada daya.

Tetapi Adinda, sebanyak-banyaknya definisi cinta, kelak tumbuhkanlah rasa sayang. Seperti yang telah ditanamkan pada kita, dakwah adalah kasih sayang, kau tak ingin saudaramu diazab olehNya sebab itu kau dakwahi dia. Seperti itu juga, tumbuhkanlah sayang karena istri adalah amanah bagi suami dan suami adalah pemimpin bagi istri.

Jangan pernah berhenti belajar, tak usah sungkan bertanya pada mereka yang telah lebih dahulu menjalani kehidupan berumahtangga. Seseorang pernah menasihatiku, “Di umur berapapun engkau menikah, statusmu sama. Kau akan tetap belajar dari NOL”. Anggaplah diri sebagai seorang faqir ilmu yang setiap hari tak henti mengemis ilmu, anggap saja begitu.

Aku mengutip sebuah definisi cinta yang indah dari seorang penulis, kubagi pada kalian.


Akhirnya, tiada hadiah paling indah kecuali doa yang tulus. Semoga pada setiap yang membaca ikut mengaminkan doa-doa yang kita punya.


“Ya Allah, persatukanlah mereka dalam ketaatan kepadaMu. Naungilah perjalanan keduanya dengan bimbingan dan hidayah-Mu. Berikan keridhoan selalu. Jadikanlah mereka keluarga sakinah, mawaddah, rahmah wa dakwah yang selalu menautkan hatinya hanya kepadaMu, memupuk cinta yang mengakar kuat pada agamaMu yang lurus ini. Berikanlah mereka dzurriyat yang baik lagi sholih sholihah, menjadi mujahid mujahidah yang senantiasa meninggikan agamaMu. Qobuul ya Allah... Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin”

Adinda,
Pernikahan adalah ibadah paling lama dari segala ibadah. Kau bisa sholat 5 menit, 5 kali dalam satu hari dengan jeda-jeda waktu di antaranya. Kau bisa puasa sehari penuh, tetapi setelah matahari terbenam akan menjadi jeda-jeda waktu di antaranya. Kau bisa naik haji hanya pada musim haji.
Tetapi tidak dengan pernikahan. Ini adalah ibadah terlama yang akan engkau jalani, semoga sampai maut memisahkan dan Jannah adalah tempat bersatunya kalian. Beribadahlah dengan khusyuk, menikahlah dengan khusyuk.

Selamat berlayar dengan bahtera rumah tangga yang penuh cinta dan keridhoanNya...

Komentar

  1. Subhanallah...
    Maa ajmala ad-du'aa.....

    Ajari ukhti lah put,jdi seorang muslimah yang lebih baik :)

    BalasHapus
  2. Semoga adik cantikq yg satu ini juga disegerakan jodohnya,..
    Selalu senang dgn tulisan2 dan pemikiranmu,..
    miss u adikq,..

    BalasHapus
  3. بارك الله لكما وبارك عليكما
    وجمع بينكما في خير

    BalasHapus
  4. Subhaanallaaah subhaanallaaah subhaanallaah...
    بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى خَيْرٍ Tulisan yang sangat menyentuh ukhti...
    Sampai menangis terharu melihat kak syifa di pelaminan. Indahnya melihat bidadari surga seperti kalian wahai daiyah muda. Doakanlah adik2mu ini agar kami terus belajar menjadi wanita shaleha seperti kalian. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita