Dialog dengan Ayah

Hujan.
Seorang gadis duduk di dalam mobil bersama ayahnya, keduanya melanjutkan pembicaraan yang sempat terhenti dibahas di rumah. Pertanyaan dari seorang kerabat kepada gadis itu, bagaimana mungkin menikah tanpa pacaran.

"Ayah, bagaimana kami harus diambil dari Ayah satu hari nanti? Kenapa banyak yang heran karena kami tidak pacaran? Kesannya gak laku gitu ya?"

"Ayah dan Ibu justru bahagia kalian tidak pacaran. Karena nantinya justru makin susah nyari yang seperti kalian ini. Mereka yang sudah pernah pacaran biasanya terikat dengan kenangan masa lalu. Banyak teman-teman Ayah yang kehidupan pernikahannya tidak bahagia perkara mantan-mantan di masa lalu. Lihat yang suka gonta-ganti pacar seperti si fulanah itu, secara mental dia sudah rusak."

"Terus bagaimana mempertemukan dia kepada Ayah?"

"Datanglah sebagai lelaki yang jantan dan lakukan mengikuti tuntunan agama. Dulu Ayah dan Ibumu memang belum begitu dalam mempelajari agama sehingga tidak mengenal ta'aruf seperti sekarang ini. Kami mungkin sempat berpacaran tapi ketika sekarang kami sudah memahami agama, kami harap itu dilakukan oleh anak-anak kami. Kami bahagia sekali, sekalipun bukan tangan kami yang melarang kalian pacaran tapi kalian menemukan sendiri kenapa tidak pacaran."
 
"Apa alasan Ayah memilih Ibu dahulu?"

"Banyak yang bertanya kepada Ayah kenapa dari sekian perempuan cantik di sekitar Ayah justru memilih Ibumu yang biasa saja. Ayah melihat kebaikan hatinya, karena kebaikan hati akan memancarkan kecantikan wanita seutuhnya. Ayah percaya Ibumu perempuan yang baik. Itu yang membuat Ayah selalu merindukan Ibumu"

***

Gadis yang duduk bersama Ayahnya itu kini berbaring di sampingku, di atas kasur tempat kami melepas lelah setiap malam. Dia menceritakan semuanya...

"Begitulah ceritanya tadi, Kak..." tutupnya.

-bersama Adik, di atas kasur-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita