Cintaku, Cintamu dan CintaNya

Cintaku :

Bagaimana aku harus mendefinisikan cinta? Sedang seorang penyair akhirnya gila karena tak pernah menemukan jumlah pasti definisi cinta. Terakhir ada 5000 definisi yang ia dapatkan sebelum kemudian ia mati karena frustasi.
Lalu aku? Bagaimana mengartikannya...
Sebagai manusia normal tentulah aku pernah merasakannya.

"Cinta yang baik adalah cinta yang membangun", begitu kata salah seorang motivator. Maka aku berterimakasih kepada cinta karena dalam prosesnya ia membentukku menjadi pribadi yang semakin mengenal diriku sendiri, semakin berubah pandangannya soal cinta, semakin memahami hakikat cinta yang lebih baik. Ya, terima kasih.

Cinta mungkin bisa membuat orang gila, akupun sama. Tapi Dia, pemilik cinta yang sesungguhnya senantiasa menunjukkan kemana harusnya cinta mengalir.
Lalu sebuah doa kuutarakan kepadaNya, "Allah, berikanlah aku cinta jika memang telah datang seorang yang tepat itu"
Doa yang kutitipkan seiring dengan lirik sebuah lagu yang senantiasa menjadi nasihat

"Aku ingin rasa cinta ini masih menjadi cinta perawan, cinta yang hanya aku berikan saat ijab kabul telah tertunaikan" - Maidany, Jangan Jatuh Cinta tapi Bangun Cinta
Ajaib!
Ah sebenarnya tidak juga, Allah kan memang Maha Kuasa.
Dan sejak itu aku tak lagi menemukan dada yang berdebar-debar, sikap yang salah tingkah atau malu-malu kucing pada diriku sendiri. Semuanya berjalan sangat tenang. Damai.
Akupun tak tahu kenapa aku bisa setenang itu, tapi aku percaya itu KuasaNya.
Lantas kukatakan,
"Aku tidak ingin jatuh cinta, karena biasanya cinta menuntut imbalan. Jatuh cinta juga akan menutup logika kita dari kesalahan dan kebenaran. Sehingga kadangkala kita mengacuhkan kesalahan dan menerima semuanya sebagai kebenaran. Jadi bolehkah aku hanya tertarik saja? Dengan demikian logikaku masih bisa tetap bekerja. Melihat yang benar sebagai kebenaran dan melihat yang salah sebagai kesalahan"
Dan sekali lagi Dia tunjukkan!
Semua akan baik-baik saja di 'tanganNya', di bawah kendaliNya.
Kadangkala aku resah, takut jika apa yang kulakukan itu salah, tidak sesuai dengan syariatNya. Maka berbagai persiapan dan pertimbangan ikut mengiringi langkah-langkah yang kubuat.
Dan setiap kali perasaan resah itu datang, aku berlari kepadaNya, berlama-lama bersama Dia, menangis seperti anak kecil yang meminta permen, menceritakan semuanya secara gamblang padahal aku tahu bahwa Dia tahu.

Tapi begitulah cinta. Semakin kuat perasaan itu semakin mengemis aku padaNya bahwa aku ingin Dia dulu yang ada di singgasana cintaku, setelahnya baru yang lain.
Dengan demikian porsi untukNya lebih besar. Sebab aku tahu cintaNya tidak pernah berakhir. Sedikitpun tidak.

Dengan begitu aku akan jatuh cinta setelah mencintai Dia
Atau semakin aku jatuh cinta maka semakin aku mencintai Dia.
Begitulah rule-nya...

Cintamu :

Siapa kau?
Itu adalah pertanyaan pertamaku. Semua itu karena aku tak tahu siapa engkau, siapa yang tertulis di Lauh Mahfuzh itu?
Siapa kau?
Itu lagi yang menjadi pertanyaan kedua. Sebab menemukanmu bukanlah hal gampang. Menemukan kau di tempat, waktu, kondisi yang tiada petunjuknya, sedang kau tak menggunakan sebarang penanda apapun pada dirimu. It's gambling. Kita mungkin akan saling menebak, lalu klu dariNya akan mengukuhkan tebakan-tebakan kita.
Apa doamu?
Pertanyaan ketigaku. Apa yang kau doakan untukku selama ini? Sehingga Tuhan begitu kuat menahanku dari hubungan-hubungan tidak halal. Kadang aku tertawa sendiri, bagaimana mungkin ketika aku hanya tinggal mengatakan "Ya" maka jadilah kami, tapi selalu saja ada kejadian yang Tuhan ciptakan untuk membuatku lidahku kelu, tertahan. Atau paling tidak sebelum kata "Ya" keluar maka Tuhan mencerahkan pikiranku dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan lagi sehingga akhirnya aku memilih untuk mengatakan "Tidak." Padahal aku bukanlah seorang yang terpelihara dari dosa, hanya Tuhan senantiasa menggagalkan itu semua. Jadi aku bertanya, apa doamu? Kenapa Tuhan begitu hebat merencanakannya?
Sedang apa dirimu?
Pertanyaan keempat. Sebelum akhirnya kita saling menemukan, aku senantiasa memikirkan dirimu. Sedang apa kau? Adakah Tuhan sedang memantaskan kualitas kita? Ataukah salah satu dari kita tengah berjuang untuk yang lainnya?
Apapun yang kau lakukan kini, lakukanlah hanya untuk Dia. Cukup Dia. Dia saja.
Karena tanpa kita saling meminta pun, Tuhan akan memantaskan kita dengan caraNya.
Jika telah engkau letakkan cintamu kepadaNya, maka kokohlah cinta itu. Selanjutnya mari kita saling berusaha untuk mencari keridhoanNya, lewat cintaNya.

CintaNya :

Jelas tidak ada yang dapat mengalahkan cintaNya, Dia adalah yang paling romantis dari semuanya. Setiap langkah kehidupan ini dinaungi cintaNya. Dia adalah cinta yang sesungguhnya.

Bagaimana tidak?
Kadang kita melupakannya, tapi Dia tetap mengingat kita.
Kadang kita suka memaksanya, bandel, tidak mau mengikuti aturanNya tapi lihatlah... Tak sedikitpun jatah nafas, waktu dan kenikmatan dikurangi olehNya.
Dia adalah Dzat yang senantiasa mengampunkan, memaafkan. Maka Dia terus saja memberi kita waktu, kapan saja kita ingin mengadu kepadaNya, Dia selalu ada. Bahkan pada yang tidak mengakui keberadaannya pun, Dia selalu ada! Siapa yang bisa memberikan cinta seluas, sedalam, setulus ini kalau bukan Dia.

Maka kelak, jika aku jatuh cinta, aku berharap cinta dariNya lah yang akan menaungi cintaku. Sebab cintaku bisa saja pudar, tapi aku percaya naungan cintaNya akan mempertahankan cintaku.
Untuk Dia yang cintaNya tidak pernah terhenti, aku ingin sekali mendapatkan keistimewaan untuk bertemu denganNya. Sebab perjumpaan denganNya adalah yang terbaik.
Dan aku tahu, salah satu cara untuk menjumpaiNya dengan baik adalah menjaga cintaku pada jalan yang benar, jalan yang ia cintai juga.
Selamanya, naungilah aku dengan cinta itu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita