The Girls : Batu-Batu Merah Jambu

Sudah lama aku ingin menulis cerita-cerita dari The Girls. Setiap kali selesai berdiskusi, aku ingin menuliskan hasil diskusi kami. Hanya, saking banyaknya jadi bingung mana dulu yang harus ditulis. Sampai pagi ini sebuah email masuk, Pututupi minta cerita The Girls ditulis lagi, sudah banyak perkembangan katanya hahaha...


Setelah menulis cerita The Girls pada Januari 2014 lalu, kami telah melalui banyak hal sampai hari ini. Seperti halnya kulit bawang, kami telah mengupas sedikit demi sedikit lapisan kulit masing-masing. Eeeh, bukan-bukan! Ini bukan cerita mutilasi, maksudnya kami sudah mengenal lebih dalam lagi.
Kami banyak bermain kuis-kuis aneh yang kadang-kadang jawabannya betul. Lalu saat berjumpa kami membahas hasil kuis itu. Gunanya apa? Biasanya untuk saling mem-bully! Eits, bukan bully yang jahat loh... Namanya dalam kelompok, pasti selalu ada objek penderita kan? Hihi...
Dulu kami sering menulis di blog masing-masing, belakangan sudah pada hijrah ke tumblr. tak terkecuali Karina. Sekalipun tidak memiliki akun tumblr. tapi dia sedang mengagumi tulisan seorang pegiat tumblr. Eciee ciee, Karina... Hehehe...

Batu-batu merah jambu.
Begitu kan kita?

Para pecinta yang keras kepala.

Let's start with our Onee-san!
Onee-san :

Batu Pertama, batu yang konsisten terhadap prinsipnya. Onee selalu bilang bahwa sekali ia memilih, ia tidak akan melepaskannya. Ya, kami semua dapat melihatnya. Onee mempertahankan pilihannya walau kami sering tidak setuju dengan cara Onee bertahan. Kadangkala kami bertanya-tanya kenapa Onee melakukannya, tapi kami tetap menghargai keputusan Onee. Terakhir sekali Onee bilang dia sudah tidak ada beban lagi soal 'itu'. We can see, no tears in your eyes.

Onee yang bergolongan darah O ini tidak percaya bahwa move on itu gampang. Goldar O memang susah move on dan cenderung merasakan sakit yang berlipat dibanding 3 tipe darah lainnya.

Dan sekarang Onee sedang terpikat dengan segala Sato.
Pertama, Takeru Sato pemeran utama Rurouni Kenshin yang katanya sangat profesional, berbakat dan cetar membahana.
Kedua, Tomoaki Sato. Mahasiswa Jepang yang mengembangkan aplikasi Islamap. Aplikasi yang memudahkan kita untuk menemukan makanan halal sampai rumah ibadah di seantero  Jepang. Onee sempat nggak bisa tidur semalaman gegara dapat pesan balasan dari si Tomoaki Sato ini.
Ketiga, pada Sato-san, biolanya. Kami sempat menabalkan sejumlah nama seperti Onah dan Romlah tapi Onee memilih Sato. Sato yang satu ini enggak boleh disentuh sembarangan, takut jin-nya keluar mungkin.
Keempat, pada Ninja Satori... ehh! bukan-bukan! Pada Ibnu Sato. Siapakah dia? Apakah kelihatan seperti peranakan Arab-Jepang? Hiahahaha... cukup kamilah yang tau bagaimana sikap Onee terhadap Sato yang satu ini.
Onee pun jatuh cinta pada keluarga Sato, ini jugalah yang membuat Onee membatalkan niat saat ingin melamar sebagai anggota BIN. Salah satu syaratnya tidak boleh menikah dengan warga negara asing. Belakangan Onee percaya bahwa dirinya akan menemukan The Real Sato saat dia melanjutkan sekolahnya. Di samping itu dengan melanjutkan sekolah ia bisa memantaskan diri untuk seorang Sato yang sering bermain bersama George Orwell.


Pututupi-chan :

Batu Kedua, dulu Tupi belum memberitahu identitas Uda-uda yang ia temui saat pelatihan itu. Sampai akhirnya terungkap lewat tulisan-tulisannya tentang Hujan dan Gerimis. Rupa-rupanya batu yang satu ini memberikan makna yang dalam terhadap hujan dan gerimis seperti halnya Uda itu.
Dimana batunya?
Justru disinilah letak batunya. Tupi bisa menahan diri walau ikon hijau di kotak chat si Uda menyala-nyala minta disapa. Yey Tupi! That's ur choice.

Kombinasi goldar A dengan sifat Plegmatisnya membuat Tupi lebih banyak diam.
Eh hati-hati aja ya Tupi, nanti diam-diam 'hangat' aja udah... Diam-diam 'lenyap' aja udah :D
Kami gak pernah maksa Tupi untuk cerita, biasanya kalau dia mau mengeluarkannya, ya akan dia katakan.

Anak batak satu ini selain menjadi batu juga sangat mencintai batu. Ia mencintai batu-batu yang menjadi tempat tinggalnya. Ya, dia tinggal di gua! Tupi-chan punya fase lazytime yang ia sebut sebagai menggua. Namanya saja makhluk gua, jangan paksa dia keluar dari guanya itu kalau belum mau bertemu manusia. Pernah suatu kali kami paksa dia keluar gua, sedikitpun dia tidak ngomong dan tidak berkomunikasi dengan kami selama kami berkumpul. Jangankan ngomong, pas aku candain aja dia malah mukulin aku! Untuk nggak diamankan satpam USU kita, tupi... tupi...
Tapi dia sudah berjanji untuk mengurangi masa menggua-nya itu (ingat janjimu itu Tupi... hahaha)

Helen :

Batu ketiga. Kalau ini, kurang batu apalagi coba? Saking batunya, Helen pernah beberapa kali masuk meja persidangan The Girls. Di kami, persidangan digelar kalau ada sesuatu yang urgent dan dirasa amat bahaya bagi salah satu di antara kami. Teman memang harus saling mengingatkan, bukan membiarkan. Helen menyebut kami telah menyobek-nyobek matanya (membuka pandangan) saat ia tanpa sadar 'menjajarkan jeruk' (eh, itu tanpa sadar kan Len?)

Setelah peristiwa jeruk itu Helen sempat berproses dengan seorang Pembeda dan seorang Surga Tertinggi. Seorang Pembeda harus berakhir setelah mereka putuskan untuk tidak dilanjutkan. Kini seorang Pembeda telah menemukan pelabuhan hatinya. Helen sepertinya akan mendendangkan lagu Cita Citata "Sakitnya Tuh Disini" hehe...

Sedangkan dengan Surga Tertinggi, hemm...
Semoga Allah menjadikanmu 'batu' pada sisi yang harus 'membatu' ya Len...
Perempuan memang makhluk yang tercipta dengan sisi kelemahannya tersendiri. Tapi bukan berarti kita tak bisa menjadi batu untuk mengukuhkan eksistensi kita. Kejadian yang sama mungkin bisa terulang lagi kalau kita tak cepat-cepat 'membatukan' sisi yang harusnya menjadi batu.

Sebagai seorang yang bergolongan darah B, Helen harusnya gampang menjadi batu. Dengan karakter 'bandel'nya B, mudah saja untuk menguatkan eksistensi diri itu. Sekalipun biola-biola beterbangan bersama buroq-buroq cinta, kita harus tetap mengakar di bumi untuk mengukuhkan siapa diri kita! Fighting!

Karina-chan :

Batu Keempat. Hello Mrs. Flame~ Hehehe... Karina dapat julukan baru dari kata Flamingo. Kejadiannya sih gara-gara kalau kami jalan ke tempat yang asyik, dia nggak ikut. Giliran ke taman burung bangau dia baru diajak! Hehehe...

Rin-chan adalah batu yang bertahan dalam diam dan dinginnya. Kabarnya dia sudah move-on sih... Tapi yang aku tahu goldar A itu gak gampang move on, apalagi dengan kombinasi sifat Melankolisnya. Gak segampang itu kan, Kar? Hehe...

Dulu aku menyebut orang tersebut sebagai Bambang Sinaga. Sampai suatu hari di momen ulang tahunnya, dia akhirnya terpaksa menyebutkan identitas asli Bambang. Dan, waww! Itu adalah orang yang dekat dengan kami! Dalam perjalanannya, Karina tumbuh menjadi seorang stalker handal (*jiah!) yang terlihat seperti anak magang di BIN. Kenyataan bahwa Bambang secara diam-diam telah memiliki "Karina Lain" yang ia sembunyikan. Yang paling menyebalkan adalah Bambang selalu datang dan pergi tanpa permisi, sesuka hati, sesuka jidat. Itu sangat mempengaruhi tumbuh kembang proses move-on Karina pada awalnya, sering Karina menunjukkan data-data yang ia dapat selama magang BIN ehh... selama stalking si Bambang.

Tapi kami mengenal Karina, soulmate Pututupi ini kadang-kadang membutuhkan waktu menggua pula.Walau tak separah Pututupi, tapi 'meditasi' yang ia lakukan itu membuatnya nyaman. For you Karina, masih ada Bambang di atas Bambang :D
Bukankah kita tengah berusaha untuk setiap Bambang yang akan ditakdirkan untuk kita?

Lalayeye :

Batu kelima. Lalayeye siapa sih?
Ya gue lah! Menurut ngana?
Karena hidup bersama batu-batu, maka tak mungkin aku menjadi pasir atau tanahnya. Akupun turut menjadi batu, bertahan di zona 'tidak berbuat apa-apa'. Ini yang diamukkan The Girls dariku sebenarnya, karena aku menjadi batu yang diam-diam saja, untung nggak datang seekor nyamuk lalu kutangkap! hahaha... (batu apa cicak, sih?)
Biasanya aku membatu pada prinsip, norma, nilai, pakem dan hentah hapah-hapah lagi yang membuat banyak pertimbangan hingga akhirnya memutuskan menjadi batu.
Segala upaya dan bujuk rayu (sampai ancaman) yang dikerahkan pun kadang-kadang tak membuat bergeming, aku tetap menjadi batu.

Tapi dari semua itu, marilah kita melihat BATU yang sesungguhnya.
Sekeras apapun batu yang tidak berubah bentuknya itu, tapi ia bisa bolong hanya karena tetesan-tetesan air yang rutin menghantamnya. Begitulah seharusnya kita. Sebatu apapun diri kita, teman adalah orang yang akan saling mengingatkan. Kita hanya "Tidak Perlu Bosan" dan hal menasehati. Baik bagi yang memberi nasehat maupun yang menerima nasehat. Semoga dengan seringnya nasehat-nasehat itu kita sampaikan, masuklah ia ke alam bawah sadar kita untuk menjadikan diri kita pribadi-pribadi yang lebih baik.

Miss you, Degil's...

Komentar

  1. hahaha
    kata onee yg part lalayeye kurang seru
    onee mau buatin versi serunya

    BalasHapus
  2. Iya... Aku mau buat versi up-grade-nya. Terus kuberitahukan kepada 'yang tersebut di atas'. Hehehe...

    BalasHapus
  3. Iya selo, Lala revisi sendiri aja... Hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita