Perjuangan Menjaga Hati

Berat.
Harus kubuka dengan kata itu. Apalagi yang dapat menggambarkan rasanya kecuali "berat".
Mau menyangkal?
Sekarang kutanya balik, jika ringan apa iya Tuhan menjanjikan hadiah besar?
Perjuangan menjaga hati memang berat.

Kita bisa menangis di saat fajar menyingsing atau saat bulan merona. Bahkan di petang nan sejuk seperti sekarang.
Kita bisa menangis lewat airmata yang mengalir atau lewat luka hati yang disembunyikan.
Kita bisa terlihat tegar dengan ketenangan yang ditunjukkan atau 'pura-pura tegar' dengan cuek yang diciptakan.
Tapi yang jelas, kita bisa bertahan...

***

Waktu itu, semasa masih bocah putih abu-abu aku sudah berprinsip untuk tidak pacaran. Entahlah, entah apa yang menjadi alasan tapi aku melihat bahwa teman-temanku yang pacaran justru merugikan dirinya sendiri. Terkena masalah, stres sendiri, prestasi pun tak ada, sikit-sikit curhat... Pening juga kepalaku nengoknya.
Jadi kupikir, apa iya pacaran itu hubungan yang baik? Jika iya, kenapa pelaku pacaran ini ngenes semua hidupnya?
Di sisi lain aku justru mencetak prestasi yang bisa dibilang cukup menyenangkan.
Pas lah! Otakku menyimpan data : "MAU BERPRESTASI? JANGAN PACARAN!"

Tapi itu dulu, semasa di pesantren.
Dimana hubungan lawan jenis seperti itu memang dilarang. Yang jomblo sepertiku justru aman.
Dan saat aku keluar dari pesantren...

JRENG! JRENG! JRENG!
Welcome to the 'jungle' Putri~

Kanan kiri umat manusia pada pacaran. Sebutannya pun beragam, mulai dari HTS, TTM, Friendzone, CLBK, halah! entah apa-apa aja...

Setibanya di 'dunia' ini perjuangan bukan lagi sekedar "Tidak Mau Pacaran" tapi ibarat main game, ada level yang lebih rumit "Menjaga Hati".
Kalo untuk nolak pacaran mah enak, tinggal tegaskan ke lawan jenis yang masih mau gituan bahwa "saya tidak mau" tapi urusan menjaga hati??? Itu kan urusan melawan diri sendiri.
Nafsu maunya apa, hati nurani maunya apa?

Ada sebuah prinsip yang aku pegang, temanku yang memberitahunya, katanya :
"Bersabarlah, maka kamu akan puas"
Tapi sayang, yang nasehatin aku beginian sekarang pacaran juga :D
Tak apalah, aku saja yang mengambil manfaatnya ya kawan...

Jadi, tiap kali aku ngenes karena jomblo, karena ngeliatin temen-temen ada yang anter-jemput (ojek keles...), karena temen-temen asik jalan-jalan ama pacarnya, aku cuma bisa mengingat kalimat tadi banyak-banyak walau sambil nyucurin airmata.
Dan setiap kali itu terjadi, aku teriak dalam hati :

"Ya Allah... Tolong ganti rasa sakit ini... Tolong nilai perjuangan ini... Bukankah ini syariatMu? Aku percaya janjiMu ya Rabb..."

Ngefek sih. Abis itu hati jadi lebih tenang. Pikiran lebih jernih juga, karena yang begituan enggak perlu di-iri-in sebenarnya. Dosa kok di-iri-in? Ya kan? Haha...

***

"Put, kita ini serba salah ya..."
"Serba salah apanya, Kar?" tanyaku pada Karina saat sedang duduk-duduk di koridor kampus.
"Kita jatuh cinta, suka sama orang. Mau pacaran nggak boleh, mau langsung nikah dianya juga belum tentu siap," jawab si Karina. Aku tertawa kecil.

Begitulah. Berat memang. Tapi kan 'hadiah Allah' gede kalau kita berhasil melewatinya. Betul, tak?
Kalau begitu, mari menjaga hati...

Tunggu, Put!

Terus kalau kita nggak bilang bahwa kita suka sama dia, apa nanti nggak diambil orang, Put?

Jemuraaan keles, diambil... :D
Kalau kamu jaga hati, artinya kamu udah melakukan yang terbaik untuk dirimu sendiri. Dan dia, kalau dia memang jodohmu maka Allah akan pantaskan kalian. Allah jadikan pula ia seseorang yang menjaga hati lagi pandangannya.
Pilih mana? Dia yang hatinya tersebar kemana-mana, atau cuma untuk pasangannya seorang?

Kalau dia akhirnya enggak sama aku?

Berarti dia bukan jodoh kamu! Hehehe...
Tenang saja, Allah itu Dzat yang tidak ingkar janji. Enggak si dia, berarti ada yang lebih baik lagi. Itu tergantung kamu, kamunya mau naikin kualitas diri apa enggak
Hokeh?


Ya udah, pikirin aja lagi
Inget loh!

WANITA CUMA PUNYA SATU CINTA.
Masa iya suami kamu entar dapat sisa???

Wallahu a'lam bisshawaab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita