Pacaran, Gladi Resik Gejolak Rumah Tangga

Pacaran, siapa sih yang enggak kenal istilah ini?
Mau pelaku ataupun non-pelakunya pasti kenal dan paham benar soal pacaran.

Tapi tahukah?

Pacaran yang katanya berproses sebagai penjajakan pra nikah justru berlaku sebaliknya. Menurut kacamata aku, pacaran justru masa menjadi gladi resik gejolak berumahtangga.
Ada banyak kasus dimana orang yang berpacaran sangat lama malah bercerai dengan sangat cepat setelah menikah. Pacaran 7 tahun, tiba nikah cuma 7 bulan...
Zaman pacaran katanya cinta, pas udah nikah kemana cintanya?
Padahal yang perjuangan dan pengorbanannya lebih besar adalah menikah kan?

Hmmm, buka pikiran dan jalankan logika!
Sadar nggak sih kalau pacaran itu sangat mengganggu keberlangsungan pernikahan?
Ada banyak kasus dimana pacaran mengganggu pernikahan dan kisah-kisah ini aku himpun dari orang-orang terdekat yang mengetahui ataupun mengalaminya sendiri.



Pertama, Pacaran Berpotensi Selingkuh

Dalam prosesnya, pacaran itu mudah putus karena alasan-alasan yang tidak mendasar seperti :
"Kayaknya kita udah enggak cocok lagi deh..."
"Kamu terlalu baik buat aku"
"Aku nggak mau nyakitin hati orang lain yang mencintai kamu"
"Aku enggak bisa LDR-an..."
"Aku udah bahagia ngeliat kamu bahagia sama dia..."
dan beribu alasan lainnya yang dicaplok dari FTV terdekat.

Sialnya, bagi orang-orang yang terbiasa pacaran, hal-hal seperti ini terbawa sampai ke pernikahan. Wajar kalau banyak orang bercerai karena alasan yang tidak masuk di akal sebab sudah terlebih dahulu gladi resik pas masa mudanya. Dikira nikah itu semacam pacaran yang dilegalkan, jadi kapan dia merasa tak cocok bisa diputuskannya begitu saja.
Pertanyaannya, kalau enggak cocok kenapa nggak nyadar dari dulu?

Aku jadi teringat dengan Quote seorang penulis yang bunyinya begini :
"Mengurus mobil bekas jauh lebih menghabiskan banyak biaya ketimbang membeli mobil baru..."

Kedua, Mantan Pacar VS Pasangan

Banyak kasus dimana pasangan memiliki mantan pacar yang jauh lebih baik dari pasangannya. Akibatnya pasangan akan mengingat-ingat sang mantan dan mulai membanding-bandingkan. Contohnya begini :

"Dulu si *em em* itu kalau masak bumbunya pas banget loh..."
"Jadi inget si *em em*, dia jago banget soal politik"
"Kamu harus belajar sama si *em em* gimana caranya ngejahit baju yang bener..."
Dan setumpuk pujian-pujian lain yang ditujukan ke si mantan.

Kalau kita lebih baik dari mantannya sih mungkin nyantai aja, tapi kalau memori soal mantan dia lebih kuat deuuh... bisa dijadikan perbandingan terus menerus kitanya!

Ketiga, Merasa Memiliki

Iya apa enggak kalau orang pacaran merasa memiliki pacarnya seutuhnya?
Hellow~ Emang dia siapanya kamu?
Pergi harus izin, makan harus bareng, pulang harus dianterin, de-el-el
Huft, perasaan dan diri kamu jadinya harus diberikan pada seseorang yang sebenernya sama sekali enggak memiliki kamu?!
Kalo kata Cak Lontong... "MIKIR!"
Yang begini-begini ini memupuk sikap posesif dan over protective. Padahal dalam pernikahan kita  harusnya banyak berdiskusi, saling memberikan pemahaman dan memahami. Karena bukan siapa yang paling dominan yang dicari dalam pernikahan, tapi bagaimana bisa bekerjasama dengan baik.

Keempat, CLBK

Cinta Lama Bersemi Kembali
Hadeuh... Alesan! Cinta Lama Berkalang Kenangan keleeeus...
Satu lagi yang bahaya ya ini, kalo ada usaha-usaha CeLeBeK sama mantan. Ujung-ujungnya? Apalagi kalo bukan ke arah perselingkuhan.
Kok bisa?
Ya bisalah!
Kemungkinan Pertama, si mantan ternyata masih ngejomblo, kamunya ngerasa dia masih menunggu kamu. Terus kamunya lagi 'gak oke' sama pasangan dna ngerasa bahwa cinta lama kamu adalah jodoh yang terlewatkan *hoaaam*
Kemungkinan Kedua, kamu dan mantan sama-sama sudah menikah. Kamu gak puas dengan pernikahanmu dan ternyata dia juga. Karena merasa senasib sepenanggungan, jadinya rajin curhat (yang modusnya sharing) sambil memberikan perhatian-perhatian kecil *hoaaam lagi*
Ya gitu deh, karena dulunya pacaran toh? Pernah merasa saling mengasihi...


Kelima, Gelimang Kepalsuan

Mau sejujur apapun pacar, yang namanya pacaran itu tetap menunjukkan sisi baik dari masing-masing individu aja. Yaa, perhatiin aja deh gimana kelakuan orang pacaran yang enggak mau terlihat jelek di depan pacarnya, enggak mau berantakan, enggak mau ketahuan lagi bokek, and etc.
Bahayanya kalau udah nikah malah kebongkar semua busuk-busuknya! Aish!
Kekecewaan itu lantas membuat sepasang mantan pacar yang jadi manten itu akhirnya mulai mengeluhkan keburukan pasangan masing-masing. Hufh~

Jadi ingat kata Mario Teguh,

Orang menikah karena satu kata, yaitu "OHH"
Ohh, dia jago basket ternyata...
Ohh, dia sayang binatang rupanya...
Ohh, orang kaya juga toh?

Dan setelah menikah akan berganti menjadi "EHH"
Ehh, taunya tukang kentut...
Ehh. taunya males banget nyari nafkah...
Ehh. taunya cuma ngehabisin uang melulu...

Tuh kan, potensi bergejolaknya lebih besar. Namanya aja udah dimulai dengan ketidakjujuran ya begitulah hasilnya~

Jadi simple aja, kalau kamu enggak mau pernikahanmu dibayangi hal-hal jelek kayak di atas ya ENGGAK USAH PACARAN...
Gitu aja kok repot

"Terus kalau saya enggak pacaran, apa ada jaminan rumah tangga saya akan baik-baik saja..."

Allah gak tidur, Al-Qur'an juga enggak salah cetak. Kamu perbaiki diri terus dan Allah akan pantaskan seseorang bagi kamu.
Hey, pengalaman adaah guru yang terbaik!
Cukup sudah Allah nasehati kamu lewat kasus pada pernikahan orang lain. Jangan enggak sadar-sadar juga, repot entar urusannya...

Oke deh! See U
See U di mahligai pernikahan yang indah dan penuh barokah ya :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita