Hari-Hari Bersama Pramuka


Salam Pramuka!
14 Agustus, Hari Pramuka
Ahh rasanya sudah lama tak menyentuhmu... Jadi izinkan aku berbagi kisah-kisah selama kita menjalani hari bersama itu...

***

Atok kami adalah seorang Pembina Pramuka yang sangat aktif. Berbagai event nasional sampai internasional pernah Atok ikuti. Bahkan Sibolangit yang jadi Bumper (Bumi Perkemahan) sekarang ini juga bagian dari usaha atok saat membukanya. Jejak Atok diikuti oleh anak-anaknya, termasuk mamak. Jadilah aku memiliki kesan yang sangat baik terhadap Pramuka. Apalagi waktu Atok meninggal pada 2009, rekan-rekan dan adika didikannya datang menggunakan seragam Pramuka dan menyebut Atok kami sebagai Atok Pramuka.

Pramuka, aku sudah mengenalnya sejak duduk di bangku SD. Ekstrakulikuler yang paling kucari dan paling ingin kuikuti tapi sayang waktu itu Pramuka hanya boleh diikuti oleh kelas 5 dan 6 saja. Jadilah aku menunggunya :D
Pramuka di SD itu kan untuk Siaga, jadi wajar saja kalau Pramuka SD banyak main-mainnya ketimbang keterampilan yang didapatkan di Penggalang atau Penegak. Tapi disinilah aku menemukan cinta pada Pramuka. Sayangnya Pembina kami waktu itu sempat berganti beberapa kali dan sedihnya lagi kami tidak bisa melaksanakan kegiatan outdoor hanya karena izin dari pihak sekolah. How pity...

Masuk pesantren Pramuka menjadi ekstrakulikuler wajib disana, semua orang harus ikut, suka atau tidak suka. Pramuka secara rutin diadakan hari Kamis siang, hari terakhir sekolah karena Jumatnya libur. Otomatis Pramuka menjadi ajang kami mengobati kepenatan selama seminggu dan menjadi hiburan akhir pekan yang menyenangkan. Maklum saja, saat Pramuka kami menyanyi, bermain game, mendapat keterampilan, diberi tantangan dan semua itu menjadi obat bagi kami.

Aku tidak mau jadi anggota Pramuka biasa. Saat duduk di kelas 2 Tsanawiyah, aku mengikuti ujian untuk menjadi anggota khusus yang saat itu bernama DKK (Dewan Kerja Koordinator). Pasukan ini menjadi 'anak emas'nya Pramuka karena selalu ikut dalam berbagai event serta mendapat latihan keterampilan yang jauh lebih intens disbanding anggota biasa. It's WOW!
Setelah mengikuti ujian, akupun dinyatakan lulus sebagai anggota DKK. Wuuuah...

Sayangnya saat duduk di kelas 3, aku harus melepaskan DKK karena kesalahanku sendiri. Ya, waktu itu ada Lomba Tingkat I (LT I) yang mana salah satu uji mentalnya bernama Jeritan Malam, semacam jurit tapi horornya minta ampun! Di malam sebelumnya aku sudah mengikuti Jejak Kasus yang diikuti oleh kelompok, tapi Jeritan Malam harus dihadapi sendiri-sendiri. Karena merasa nggak cukup berani akhirnya aku kabur dari LT I dan malam itu aku sembunyi di kamarku sendiri karena ketakutan. Akhirnya aku tidak ikut LT dan esoknya memilih masuk kelas seperti teman-teman lain. Konsekuensinya adalah keanggotaanku dicabut karena dianggap pengecut. Aku siap dan mengambil konsekuensi ini sebagai bentuk tanggung jawabku.

Aku dikembalikan ke MD 12 (kelompok kecil latihan) tempat aku menjadi anggota biasa dahulu. Tapi disinilah semua bermula... Justru saat dikembalikan ke MD, aku malah bisa menjadi pemimpin di antara teman-teman serta sering mencetuskan ide-ide untuk latihan kami. Otomatis aku kembali aktif bahkan jauh lebih produktif ketimbang di DKK dulu. Ahh, kita justru akan menjadi kuat dengan masalah :')


Foto bersama Pengakap Malaysia
 Tak sampai setahun, di akhir kelas 3 aku mengikuti seleksi Peserta Jambore Nasional Malaysia ke-11 atau yang disebut Jambori Pengakap. Banyak pendaftar yang ingin mengikuti event ini, apalagi dibuka untuk 3 angkatan. Bayangkan, aku nyaris putus asa karena yang diambil hanya 11 orang saja. Akhirnya, pada suatu malam *eciee* ada 11 nama yang dipanggil ke ruangan Mabikori dan... Yes! Aku lulus beserta 10 teman lainnya. Setelah proses panjang mulai dari pembuatan paspor, visa, izin sekolah sampai persiapan perlengkapan, berangkatlah kami dari Belawan untuk mengikuti Jambori Pengakap ke-11 di Hutan Lipur Ulu Bendol, Negeri Sembilan.

With Naura
Alhamdulillah, kepercayaan dari kakak-kakak pengurus Koordinator terhadap kami lalu mengantarkan tim kami kembali mengikuti event. Di kelas 4 (1 Aliyah) kami diikutkan pada Perkemahan Pramuka Santri Se-Sumut I! Ya, ini event perdana untuk pramuka santri di Sumut. Mengingat Pramuka di pesantren justru lebih aktif dan produktif terutama dalam memenangkan perlombaan Pramuka selama ini. Sebagai peserta kami mendapatkan banyak sekali pengalaman dan teman baru. Belum lagi keterampilan yang diajarkan disana, seperti mengenal Saka (Satuan Karya) yang mencakup banyak aspek, Orientasi Hidup Bersih dan Sehat, Keterampilan Berwirausaha seperti menyablon dan ternak lebah. Pokoknya berkesaaan banget! Disini juga untuk pertama kalinya aku memenangkan lomba kaligrafi setelah 7 kali ikut lomba Kaligrafi di pesantren tapi ga menang. Juara 3 sih, tapi lumayan pialanya bisa bawa pulaaaang :D

Di Kelas 4 ini juga daya tahan *eleeeh* aku diuji. Jadi ada yang namanya Perkajum (Perkemahan Kamis Jumat) yang wajib diikuti seluruh anak kelas 4. Waktu itu status keanggotaan kami baru Penegak Laksana alias baru Penegak pemula. Nah, Perkajum itu adalah ujian untuk naik tingkat ke Penegak Bantara yang nantinya sudah boleh pakai Bantara (diletakkan di bahu kayak di baju jenderal atau kapten gitu deh). Terus kenapa, Put?
ADA UJI MENTALNYA, TONG!!!
Bayangkan, di Sibolangit yang masih alami itu kami dilepas satu persatu tepat pada tengah malam di malam Jumat! Eeet dah, udah ujian ini yang bikin aku takut dulu...
Sialnya lagi, aku dipilih menjadi Ketua Unit yang membawahi sekitar 5-6 kelompok di bawahku. Selain jadi ketua unit, jeleknya lagi aku dipilih temen-temen jadi Pradana (pimpinan kelompok).

Kok jelek, Put??

Iyalaaaah!!! Mana bisa pimpinan nunjukin rasa takutnya?! Mana bisa pimpinan ngundurkan diri dari ujian?!!! Kecuali aku tiba-tiba sakit bengek dan ga bisa jalan, mungkin baru diizinkan sama Pembina untuk ga ikut Perkajum...

Akhirnya aku pilih minta tolong ke Allah Ta'ala. Aku sholat dan doa ke Allah semoga aku diberikan keberanian satu malaaaam aja pun jadi, pas malam Perkajum itu... Sampai di Sibolangit aku ga berhenti dzikir dan malanya aku ga tidur karena aku paksain baca Quran surah Al-Mu'minuun banyak-banyak dipala-palai pake senter mancis karena lampu sudah dimatikan semua.
Subhanallah walhamdulillah, Allah kabulkan doaku... Malam itu aku sama sekali enggak takut dan lolos naik tingkat jadi Bantara! *senaaang*

Kepercayaan berlanjut saat duduk di kelas 2 Aliyah, aku diikutsertakan lagi di Perkemahan Pramuka Santri yang ke-2. Tapi kali ini enggak sebagai peserta lagi, melainkan Bindamping (Pembina Pendamping) bersama 3 orang teman lainnya. Jadi Bindamping tuh gampang-gampang susah. Gampangnya ya karena enggak harus ikut semua jadwal peserta yang padat, susahnya yaaa jadi emaknya anak-anak itu :D




Bersama Ibu Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur
Di kelas 5 jugalah kami mendapatkan amanah sebagai Pengurus Koordinator di Pesantren. Awalnya aku pikir akan diletakkan di bagian Kesenian mengingat selama ini aku aktif sebagai Dekorator setiap kegiatan. Tapi nasib berkata lain, pengurus lama menyenterku sebagai Andalan Koordinator Urusan Kesekretariatan (Ankuset) karena aku aktif di Pramuka dan juga sebagai anggota mading sekolah Raudhah Pos. *lu aktif dimana aja sih sebenernya???*
(Atas) Membaca sumpah pelantikan (2009) |
(Bawah) Foto Bersama setelah turun jabatan (2010) 
Selama jadi pengurus banyak kesan yang aku dapatkan. Bahkan pertama kali diangkat menjadi pengurus aja udah bikin heboh!
Jadi gini, setelah serah terima amanat kami bertukar posisi dengan pengurus lama. Jadi pengurus baru naik ke atas panggung dan pengurus lama turun ke bawah. Nah, Ankuset lama itu sebenarnya mau buat semacam 'Welcome Sign' untuk aku dan partnerku Tia. Kursi yang kami duduki ternyata sudah dibaluri dengan sabun colek yang kalo sampai kami duduki akan menimbulkan rasa panas serta noda putih-putih di rok kami yang berwarna gelap. Aku sih seneng-seneng aja dikerjain, namanya juga Welcome Sign dari senior. Tapi ternyata sebuah kejadian yang enggak diduga terjadi!
Welcome Sign itu ga cuma di bangkuku tapi juga dibalurkan di bangku beberapa pengurus lain termasuk pengurus Putra! Alhasil bau sabunnya menyengat dan menggoda hidung Ustadz-ustadz petinggi untuk mencari tahu bau ini. Ustadz akhirnya keliling meja pengurus untuk mencari tahu.

Pas bagian cewek kenalah aku karena aku di bagian depan, ustadz itu lalu nanya,
"Apa itu yang di bangku kamu? Sabun juga?", kata ustadz Agis.
Aku yang memang nggak bisa duduk gara-gara ada sabun itu akhirnya ngangguk, "Iya ustadz..." dengan suara pelan karena aku tahu Ustadz pasti marah banget sama cara-cara kayak gini. Walhasil, seniorku itu dipanggil ke depan dan bersama dengan beberapa senior lainnya mereka kena hukuman. Yang laki-laki dibotakin dan perempuan pakai jilbab merah selama sebulan! Oh my God! Neraka lah itu rasanya...
Aku akhirnya dituduh "Ember" karena disangka membocorkannya. Padahal saat kami berusaha minta maaf, senior itu udah keburu nangis duluan sampai akhirnya ga mau dengar penjelasan kami. Ada sebulan lebih aku enggak berani deket-deket si senior ama angkatannya, karena setiap kali lewat aku diteriakin "DALWUUUN!! DALWUUUN!!" yang artinya "EMBER!! EMBER!!". Aku jadi nggak mau sarapan pagi karena memilih masuk kelas pas orang-orang pada sarapan biar nggak ketemu senior-senior itu. Menderita banget boiii *hiks*

Akhirnya permasalahan itu selesai setelah hukuman mereka pun selesai. dengan ukhti Nida bisa dijelaskan sama partnerku Tia. Tapi dengan ukhti Wina baru selesai pas mereka tamat. Ternyata aku dan dia sama-sama ingin menjelaskan tapi terlalu takut untuk memulai. Akhirnya pas sesi salam-salaman dengan para alumni akupun minta maaf dan dia bilang sudah tau kejadiannya dan sudah memaafkanku. Jadilah kami banjir aermata disitu...

Pas sesi salam-salaman itu jugalah aku ikut dalam Upacara Pelepasan Kontingen Pramuka ke Bandung, Jawa Barat. Ya, Alhamdulillah aku dipercaya lagi sebagai Bindamping untuk 1 kontingen putri dari Sumut dalam Perkamahan Pramuka Santri Nasional yang ke-5 (PPSN V) di Jatinangor. Aku bertemu dengan seluruh santri dari Aceh sampai Papua. Yang paling takjub justru Papua sudah punya banyak pesantren dan santrinya berjilbab sangat rapi! Satu lagi, Bali! Sudah ada pesantren juga disana dan santrinya juga bagus-bagus. Subhanallah... Santri emang beda, euy! :D



(Atas) Awal periode bersama Tia |
(Bawah) Akhir periode bersama Kywir
Selama jadi Ankuset, aku belajar banyak hal terutama soal Kesekretariatan. Pada tahun itu pula Pramuka di Pesantren sedang bangkit-bangkitnya. Kami mengikuti berbagai perlombaan di banyak tempat dan berhasil bawa pulang piala-piala dan hadiah-hadiah untuk pesantren. Di dalam pesantren sendiri berbagai event juga digelar. Dan kami jadi panitianya. Rasanya sudah tidak terhitung berapa banyak kegiatan yang sudah kami koordinir.
Di akhir tahun, pengurus di-reshuffle, wakilku di semester pertama, Tia harus pindah ke Ankumaba dan digantikan oleh Kywir dari Ankukuang.



(Atas) Sedang membacakan LPJ |
(Bawah) Alhamdulillah diterima... (laporannya)
Setahun berlalu, amanah sudah selesai dan kami harus mengembalikannya ke pesantren untuk diserahkan kepada pengurus baru (kayak gitu bunyi surat Sertijab-nya :D)Akupun membacakan laporan pertanggungjawaban di depan seluruh adika dan pengurus pesantren. Semua terasa flashback, karena awalnya aku tak percaya diri sebagai sekretaris. Bayanganku tentang sekretaris adalah seorang yang anggun, cantik, menarik, supel. Jauh berbeda dari sekretaris yang satu ini. Sukanya pake training kemana-mana, berantakan, moody, setengah lakik karena ga feminim sama sekali. Tapi di akhir kepengurusan aku justru merasa bahwa inilah takdir Allah untukku, aku percaya suatu aku pasti mengerti kenapa aku diberi amanah sebagai Pembina Pramuka bukan sebagai Bagian Kesenian, dan menjadi sekretaris yang justru 'Gak Aku Banget'. LPJku diterima dengan baik, Alhamdulillah... Banyak program kerja yang mampu kami laksanakan dan kami bisa menyisakan kas yang mengalami peningkatan sekitar 90% dari periode sebelumnya. Maklumlah, aku sama Kywir cukup perhitungan soal dana Andalan, padahal bukan Ankukuang :D

Akhirnya status terakhirku dalam Pramuka sudah mencapai Pembina. Pesantren mewajibkan dan memfasilitasi kami untuk ikut Kursus Mahir Dasar (KMD) yang merupakan pelatihan awal bagi Pembina Pramuka. Aku juga sempat melanjutkan karir Pramuka sebagai Pembina Pramuka di CT Foundation bersama 5 teman lainnya, namun harus berhenti saat mengikuti karantina Dai Muda Pilihan.

With Kywir, Last Vice-chief
Apapun itu aku percaya Allah telah pilihkan jalan. Selama di Pramuka aku mendapatkan PERCAYA DIRI, KREATIVITAS, KEMANDIRIAN, KEBERANIAN dan KEPEMIMPINAN. Semua itu aku rasakan sebagai proses yang mengubah Putri dahulu menjadi Putri sekarang.
Alhamdulillah, Allah pilihkan jalan.
Juga untuk Opung Lord Baden Powell (dulu di pesantren gitu manggilnya) makasih untuk ide-idenya dan konsep Scouting yang dihadirkan untuk kami.

Walaupun semangat kepramukaan tidak lagi membara seperti awal kemunculannya dulu, aku cuma ingin bilang ke siapapun yang gak mau coba, belum coba atau males nyoba Pramuka... "COBALAH!"
Pramuka memang gak bisa membuatmu keren sekeren ikut les piano, les bahasa asing, kursus dance... Tapi Pramuka bisa membentuk karaktermu, dan saat kamu sudah berkarakter, kamu bisa bertahan hidup dimana saja. Seperti tunas kelapa, lambang Pramuka...

Salam Pramuka!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita