Catatan Hati Seorang (Calon) Istri

Bukan hanya para perempuan yang sudah menjadi istri saja yang punya catatan hati. Aku pikir, kita para perempuan yang masih calon istri orang juga harus punya catatan hati.

"Emang Putri udah jadi calon istri orang?"
"Ya udahlah"
"Siapa?!"
"Ya calon istrinya seseorang yang Allah takdirkan nanti"
"-_-"
Iya dong, buat para jomblowati status kita sekarang ini masih calon istri.
Justru karena masih calon istri, kita bisa membuat catatan-catatan untuk masa depan kita nanti.

Jujur, postingan ini akhirnya muncul setelah aku rutin mengikuti sinetron Catatan Hati Seorang Istri. Alasannya, karena aku tahu buku ini karya Mbak Asma Nadia, pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) yang juga menjadi tempat bernaungku sekarang. Karya-karyanya sudah banyak yang kubaca, tetapi entah kenapa yang satu ini belum sempat kubaca. Akhirnya ada senior yang bersedia meminjamkan bukunya. Arigatou gozaimas onee-san...

Penampakan bukunya
Kompilasi sinetron dan buku ini akhirnya menelurkan tulisan ini, Catatan Hati Seorang Calon Istri.
Setelah melihat berbagai konflik yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan berumahtangga, mungkin sebagian kita malah berpikir ulang untuk menikah. Takut disakiti? Takut dipoligami? Takut dicampakkan?
Saya jadi ingin membuat catatan kecil yang kiranya bermanfaat.

1. Nikah itu gampang, yang enggak gampang proses menjalaninya.

Kenapa saya bilang gitu? Karena nikah itu emang gampang. Prosesinya mungkin hanya memakan waktu 10 menit, setelah Ijab Qabul diucap, resmi sudah di hadapan Allah sebagai sepasang suami-istri.
Tapi tunggu dulu! Menikah itu bukan hanya prosesi 10 menit tadi loh! Ia disebut mitsaqon gholizhoo yaitu Janji yang kuat, setara dengan janji Nabi kepada Tuhannya dan janji bayi ketika dalam rahim. Ya, posisinya sedemikian kuat sehingga tidak boleh diingkari.
Orang itu, orang yang dipilihkan Allah itu adalah orang yang akan menjadi partner hidup kita berpuluh kali lipat lebih lama dari prosesi akadnya. Ia akan mendampingi kita, kita akan mendampinginya sampai berpuluh tahun akan datang. Sadarlah, itu bukan waktu yang singkat. Maka untuk menjalani kehidupan selama itu, justru tidak bisa dengan bekalan yang didapati hanya dalam seminggu. Belajarlah, berdoalah, berusahalah agar Allah berikan yang terbaik.

2. Nikah tidak menyelesaikan masalah, justru berpindah ke masalah yang baru. Hanya saja...

Ini perkataan seorang Ustadz yang kami tanya soal pernikahan. Ya, jangan berpikir ketika menikah maka semua masalah akan selesai. Justru kita berpindah ke masalah baru, hanya saja sudah ada seseorang yang mau berbagi dengan kita, yang mendampingi kita menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Karena ada orang yang menikah karena ingin lari dari masalah hidup.
Sudahlah, luruskan niat dahulu. Sebenarnya nikah mau apa? Kalau masih terselip niat-niat yang berkaitan dengan nafsu, coba bersihkan. Ingatlah, setan datang dengan berbagai cara mencoba menyelip di antara hati-hati yang justru sedang dikuatkan.

Tak ada yang pasti tentang kehidupan, begitupun dengan pernikahan.
Tak ada kata Pasti Bahagia
Tak ada kata Pasti Senang

Tak ada juga kata Pasti Merana
Semuanya tentu diraih dengan usaha.

Wamalladzdzatu illa ba'da-t-ta'abi
"Tidak ada kenikmatan kecuali setelah bersusah payah"

PERJUANGAN. Menikah berarti berjuang! Dan ingat pula bahwa perjuangan membutuhkan TEAMWORK yang baik. Tak ada pejuang yang berlari sendirian ke tengah medan perang. Pemenang, adalah mereka yang tahu caranya bekerjasama.

3. Memilih jodoh bukanlah proses cap-cip-cup.

Dalam buku ini ada kasus dimana seseorang sangat percaya dengan orang yang baru ia temui. Tanpa mau mengenal lebih dalam, ia terima saja bahwa itulah jodohnya.
Hey! Tuhan pun menyuruh kita untuk berusaha. Itulah mengapa ada proses ta'aruf, juga ada proses nazhar terhadap calon suami-istri. Itu bagian dari usaha kita mengenali seseorang yang akan menjadi pendamping kita.
Asal kaya, langsung mau.
Asal cakep, langsung mau.
Asal keturunan ningrat, langsung mau.
Entar giliran udah enggak suka, langsung ditinggal. Naudzubillah...
Yuk, lebih cerdas memutuskan. Ada banyak akses untuk caritahu calon pendamping kita. Keluarganya, temannya, gurunya, tetangganya, yakinlah mereka orang yang bisa memberikan penilaian secara netral.


4. Yang bertakwa! Ingat ya, yang bertakwa!

Zaman sekarang apa lagi yang mau jadi jaminan.
Ganteng? Takutnya homo.
Kaya? Takutnya korupsi.
Udah yang bertakwa aja... Harga mati itu...
Inget deh pesan Rasul,
"Nikahkan anakmu dengan lelaki beriman. Apabila dia mencintai anakmu maka dia memuliakannya. Dan apabila dia tidak mencintai anakmu, maka dia tidak akan menyakitinya"
See? Udah enggak cukup jaminan yang itu? Jaminan yang Rasul katakan itu?
Belum cukup juga?
Nggak  mau ngulik-ngulik janji Allah dalam Qur'an, apa sih yang Allah janjikan untuk pernikahan orang-orang beriman? Cek lagi coba...

Oke, sekian dulu catatan hati calon istri malam ini.
InsyaAllah selanjutnya akan ditambah, diupdate dan diperbaharui lagi.

Saya mau membaca lagi, merenung dan muhasabah lagi apa-apa yang perlu dicatat oleh seorang calon istri.
Wassalam...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita