The Concert Trap

Sebenarnya aku bukan penyuka konser, aku tidak suka dengan tempat yang penuh, riuh dan berdesakan.
Tapi suatu hari, di kampusku tertempel brosur konser Nasyid yang mengundang Edcoustic. Yuhuu! Itu munsyid yang masih 'megang' di Indonesia. Lagunya yang paling terkenal dan ber-nas itu ya "Muhasabah Cinta". Nah, karena guest star-nya Edcoustic, akhirnya gak pake mikir panjang kali lebar aku memutuskan untuk datang ke acara itu.

Gak takut riuh, padat, sesak?

Enggaklah. Dimana-mana konser nasyid penontonnya duduk tenang dan bukan bangsa tereak-tereak gak jelas kan? Hehe...

Nah, tepat beberapa hari sebelum aku membeli tiketnya tiba-tiba muncul informasi baru kalau guest star-nya nambah, yaitu Fatin, pemenang X Factor Indonesia.
Duh, aku sama temen-temen yang udah semangat nonton langsung lemes. Bukan apa-apa, jadi ilang feel nonton nasyidnya. Akhirnya beberapa dari kami batal beli tiket, tapi aku dan teman yang lain jadi beli juga. Dengan catatan, "Pas Fatin nampil kita keluar aja gimana?" Begitulah kira-kira kesepakatan kami.

Bukan apa-apa, aku sendiri memang kurang setuju. Begini, Fatin itu muslimah berjilbab, dan dengan didapuknya dia sebagai pemenang ajang itu maka secara otomatis ia mewakilkan pesan kaum liberalis perusak Islam bahwa "Wanita muslimah boleh menyanyi, bergoyang dan menjadi penghibur di atas panggung". Seketika jejak Fatin diikuti oleh muslimah berjilbab lainnya di ajang berbeda, sebut saja di New AFI dan Nez Academy. Terhadap wanita menyanyi saja, aku masih tidak setuju. Apalagi yang sampai menjadi penyanyi sekaligus penghibur...

Well, akhirnya aku berangkat ke konser itu sama adik dan abang sepupu. Sampai disana baru jumpa temen-temen. Nah, sampai disana penontonnya gak terlalu banyak. Sebagai anak Komunikasi, momen-momen gini kami manfaatkan untuk analisis. Jadi dari pandanganku pribadi, konser ini gak ketemu pasarnya.

Kenapa?
* Acara ini sebenarnya launching grup nasyid baru yang alirannya bisa dibilang cukup 'fresh'. Pengisi acaranya juga munsyid-munsyid yang sudah cukup dikenal lagu dan grup-nya secara nasional. Jadi pasar yang paling tepat sebenarnya adalah para ikhwan-akhwat atau anggota harokah lain yang menjadi penyuka nasyid. Tapi tiba-tiba ada Fatin yang cukup 'mengganggu mata Ikhwan' dan 'mengganggu hati Akhwat'. Jelas saja, para Ikhwan tidak akan datang di acara ini karena bakal ada penyanyi wanita. Sedangkan para akhwat juga tidak akan datang karena tidak setuju dengan Fatin.

*Di sisi lain, pasar yang berusaha ditarik adalah penggemar Fatin yang notabene dari seluruh lapisan masyarakat, terutama dari berbagai agama. Dan ketika melihat ada nasyid di dalamnya, apa yang terjadi? Mereka pasti jadi ogah-ogahan datang. Mau mengandalkan Fatinistic Medan? Aku rasa sudah cukup bukti bahwa orang Sumut punya pola pikir yang agak sulit soal artis-artisan begini. Cuek, begitulah. Buktinya Fatinistic yang datang di acara itu cuma berkisar 30-40 orang. 

*Nah, akhirnya yang datang adalah orang yang bisa menerima keduanya atau paling tidak menerima salah satu dan tidak memperdulikan yang lainnya. Berapa audiens yang bisa ditampung dari kedua kondisi ini? Tentu sedikit.

Itu baru soal pasarnya.

Yang paling sedih adalah, aku baru sadar kalau nonton konser itu hal sia-sia. Keselnya minta ampun waktu pulang. Aku merasa terjebak, terjebak dalam kerjaan yang enggak jelas.

Niat kesana cuma satu, mau liat Edcoustic perform langsung. Udah itu aja.
Eh, tiba-tiba di tengah acara masuklah band setengah rock-setengah pop-setengah melayu yang asik nyanyi sendiri tanpa perduli audiensnya. Sampai akhirnya mereka sadar dan minta maaf ke penonton, "Mohon maaf jika lagu yang kami bawakan tidak berkenan di hati anda", kata si vokalis. Ya jelas aja, separuh penonton nungguin Fatin dan separuh lainnya nungguin nasyid. Mau itu band jejingkrakan juga gak bakal ada yang ngikut. Kan penontonnya duduk di kursi semua. Aku sampai mual waktu ni band perform.

Di akhir acara, barulah Fatin dikeluarkan. Bisa lihat dari dekat sih emang, tapi feel-nya biasa aja. Beda dengan nonton konser musik tradisional Jepang "WASABI" sebelumnya. Waktu mereka masuk, penonton ga ada yang kenal karena mereka asli Jepang, terus bawa musik tradisonal juga. tapi begitu mereka menunjukkan musikalitasnya, wow! langsung suka aku. Jadi bukan individunya, tapi skill bermusiknya. Nah, aku ga nemu ini di acara kemarin.

Dan yang paling miris adalah ngelihat fans yang 'tersihir' sama perform idolanya. Duh, itu manusia biasa loh... Seketika aku mikir, lain kali ada konser jenis apapun, aku gak mau ikutan lagi ahh... Merasa kejebak dalam kesia-siaan...
Tapi memang harus gitu kayaknya, manusia ni bakal kapok kalau udah tau jeleknya sebuah kerjaan itu apa. Kayak anak kecil yang dilarang megang api, dia harus megang dulu sekali biar tau kenapa dilarang pegang. Ya, karena panas.

Kalaupun satu hari grup munsyid kesukaanku datang, liat-liat lagi deh konsepnya. kalau konser kayaknya aku kapok, daripada ujung-ujungnya nyesel... -_-"

Wallahu a'lam bisshawaab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita