Pesan Kematian Seorang Teman

"Seorang sahabat kami pergi, ia orang kedua di angkatan yang pergi meninggalkan kami. Tak ada yang menyangka, karena janji di alam rahim itu memang tak pernah disangka"

***

Aku memutuskan untuk menulis, setelah tak bisa mengalahkan perasaan sendiri bahwa ada rasa kehilangan yang cukup besar melepas rekan sebaik dirimu. Kita tidak terlalu dekat, jujur kukatakan bahwa untuk pertama dan terakhir kali aku mendengar suaramu adalah saat aku menjenguk dirimu. Di operasi pertamamu, kupikir aku akan menemukan seorang rekan yang tertidur di ranjang ICU bersama dengan selang disana-sini. Ternyata tidak, aku menemukan seseorang yang sudah cukup kuat untuk menyadari kedatangan teman-temannya dan masih bisa bercerita walau pandangan matanya masih lemah. Aku tak berani mendekatimu, aku hanya berdiri di samping seorang teman yang bicara denganmu. Bukan apa-apa, karena pandanganmu yang masih rendah otomatis aku harus berada sangat dekat denganmu kalau ingin bicara. Aku tak bisa. Saat itu aku yakin betul kau akan sembuh, meihat betapa cepatnya engkau pulih pasca operasi.

 Sampai beberapa saat aku tak lagi mendengar kabarmu. Dan malam itu, malam dimana engkau memenuhi janjimu dengan-Nya, aku seolah tak percaya dengan apa yang kubaca di mukabuku. Berulang kali kubaca tulisan itu untuk memahaminya. Sampai akhirnya aku yakin bahwa itu engkau.

Malam itu malam Jum'at, malam yang baik untuk berpulang. Bukankah seseorang yang meninggal di malam Jum'at atau hari Jum'at akan dibebaskan dari siksa kubur? Ahh, mungkin itu yang membuatku iri padamu...

Kepergianmu adalah separuh dari impian matiku.
Impian mati ?
Ya. Aku rasa manusia butuh impian mati, bukan hanya sekedar impian hidup.
Aku terus bertanya, apa amalan yang sering kau lakukan? Paling tidak aku bisa menirunya.
Kepergianmu meninggalkan pesan kepadaku, karena setengah impian matiku sudah engkau dapatkan.

Mungkin cerita ini layak kubagikan...

***

Setahuku, dia anak yang baik. Nyaris tidak pernah membuat masalah. Didukung dengan prestasi akademiknya yang baik. Yang paling membuat iri adalah ia terpelihara dari dosa pacaran (insyaAllah, karena setahuku ia memang tidak pernah) sampai ia dipanggil.
Malam itu semua mengucapkan belasungkawa, memohonkan ampun untuknya, mengingat segala kebaikannya. Ahh, ia layak mendapatkannya
Besar di hati setiap orang, seperti itulah insyaAllah.

Sebuah pesan kematian seorang teman...
Bahwa jika kita terus berbuat baik maka kita akan berpulang dengan cara yang baik, hari yang baik dan diiringi dengan amalan baik.
Jangan pernah sedikitpun terpikir untuk melenceng dari jalan Allah, sebab sekali saja kita berusaha melepaskan Iman dan Islam dari diri, maka setan-setan besar siap membantu jalan untuk semakin melenceng. Na'udzubillahi min dzaalik. Semoga kita tetap berada di  jalan Allah Ta'ala...

Dan untuk seorang rekan yang baik pribadinya...

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa'fu anhu :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita