Completed Puzzle!



"Orang yang mendapatkan cukup kasih sayang tidak akan pacaran, karena dia merasa kasih sayang dari pacarnya tidak bisa mengalahkan kasih sayang yang ia dapat. Ibaratnya puzzle, ada bagian yang tidak lengkap. Sehingga seseorang itu perlu mencari pelengkapnya. Nah, orang-orang yang pacaran itu kasusnya seperti ini. Mencari bagian yang belum lengkap..."

-Dosen, suatu pagi di kuliah Psikologi Komunikasi-

***


Mungkin ada banyak hal, pertimbangan dan keadaan yang membuatku memutuskan untuk tidak pacaran. Tapi bagiku hidup adalah asas manfaat. Selama sesuatu itu tidak memiliki manfaat, lebih baik kkutinggalkan saja. Simpel.

Bicara soal pacaran, berarti bicara soal puzzle diri. Manusia ini punya banyak ruang keinginan yang harus diisi. Ingin diakui, ingin aman, ingin dihormati, dan segala jenis kebutuhan lainnya. Akupun sama, sebab aku juga manusia. Puzzle diriku pun pada dasarnya tidak begitu sempurna, masih ada ruang-ruang kasih sayang untuk diisi.
Sayangnya, ruang kasih sayangku sudah penuh (untuk saat ini). Aku mendapatkan kasih sayang yang cukup dari keluarga juga dari teman-teman, sehingga aku tidak berpikir untuk mencari sumber kasih sayang lain.

Sekarang tinggal cara kita menikmati kasih sayang yang ada. Keluargaku bukan keluarga romantis yang bertabur ucapan manis atau buket bunga setiap harinya. Kami adalah mayoritas keluarga Batak yang keras dan straight. Orangtuaku mendidik dengan keras dan tegas, sehingga sekali berani melenceng maka hukuman menanti. Tak jarang aku dimarahi atau dipukul, tapi bagiku semua itu membentuk karakter baik. Bagiku, itulah cara orangtuaku menyayangiku.
Kalau pola berpikirku "Orangtua yang baik adalah yang memberi segalanya dan berlaku lembut" maka apa yang orangtuaku berikan pastilah kupandang sebagai sebuah kesalahan. Dan yang muncul tentunya rasa ketidakpuasan yang menyisakan ruang kosong.
Tapi aku yakin, orangtuaku memahami karakterku. Mungkin kalau pola didikku diubah, maka aku akan menjadi pribadi yang kurang baik. Jadi, semua itu hanya soal POLA PIKIR.

Begitupun dengan lingkungan. Ada lingkungan yang memiliki penerimaan yang baik terhadapku, tapi di sisi lain juga ada yang tidak. Tak masalah bagiku, karena hidup memang tak selalu bisa memuaskan semua orang. Yang senang ayo ikut, yang enggak senang yoo wes lah...
Aku memang banyak menghabiskan waktu dengan teman. Enam tahun di pesantren otomatis membuatku akrab dengan teman daan sampai di bangku kuliah pun aku memang banyak bergabung dengan teman. Tidak perduli teman yang seperti apa, bagiku memiliki teman-teman yang baik adalah bentuk kasih sayang yang besar. Rasanya bahagia sekali mendapatkan kasih sayang dari banyak orang. Kalau pacaran kan cuma satu orang tuh, tapi kalau tidak terikat hubungan berarti semua orang boleh menyayangi kita kan? Lebih untung mana coba? Hehehe...
Sering aku pulang ke rumah dengan senyum yang merekah. Bukan karena setiap harinya kami bersenang-senang, tapi merasa bersyukur dengan adanya teman-teman yang baik. Tak jarang kami berselisih paham, tidak enakan, salah bicara, atau kadang-kadang aku dimarahi juga dijahili tapi itu semua aku yakini sebagai sebuah perekat hubungan pertemanan. Bukan perbuatan yang berlandaskan kebencian.
Sekali lagi, ini soal POLA PIKIR.

Terlepas dari larangan berpacaran, sepertinya aku memang tidak butuh pacaran. Mungkin kalau aku punya pacar, itu malah akan menyiksa dia sebab aku tak akan menganggapnya apa-apa.
Soal kasih sayang? I Am COMPLETED PUZZLE! Insya Allah... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita