Tameng

Sore itu aku dan dua orang juniorku baru selesai mengikuti kajian 'Ulumul Syar'i tentang Munakahat (pernikahan), setelah itu kami pergi mencari makanan untuk berbuka. Karena aku lagi enggak bawa motor, akhirnya aku nebeng di mobil juniorku. Sebelum masuk mobil, kami keliling-keliling dulu jalan kaki. Aku paham, dia memang enggak terlalu suka kalau ada yang tahu dia bawa mobil. Maklum, disini motor lebih umum digunakan, terutama untuk mahasiswa. Setelah aman liat kanan kiri barulah kami masuk ke dalam mobil.



Iseng, aku nanya ke dia. Kenapa takut banget kalau ada yang lihat dia bawa mobil. Ternyata cerita punya cerita, dia bersimpati kepada seorang ikhwan (temenku ini akhwat) yang mana ikhwan ini orang biasa-biasa saja. Then, sebelumnya dia juga pernah gagal naik pelaminan (a.k.a nikah) gara-gara calonnya merasa kalau temanku ini jauh lebih tinggi statusnya dibanding dia.

Makanya, dia enggak pengen itu terjadi lagi. Tapi jadi dilema, karena orangtuanya yang minta dia bawa mobil. Padahal, bawa mobil disini dianggap prestisius terutama buat mahasiswa. Akhirnya dalam mobil kami jadi ngobrolin soal ini.
Soal TAMENG.

***

Ya, kadangkala banyak dari perempuan yang mungkin tidak sadar bahwa dia sudah memberi tameng pada dirinya. Tameng itu sebenarnya gunanya untuk melindungi diri, tapi bagi orang yang ingin mendekat tameng bisa berarti halangan.
Sama, mungkin bagi perempuan memiliki karir yang baik, pekerjaan yang sukses, harta yang banyak merupakan tameng bagi dirinya. Sebab, dengan demikian karyanya diakui, eksistensinya pun diakui, selain itu hal-hal di atas menjadi bukti dari kompetensi diri.
Sayangnya, kadangkala hal-hal di atas jugalah yang membuat lelaki takut mendekat.
Kita bahas yuk...

Buat perempuan :
Enggak masalah sih kalau kita mau mengembangkan diri, toh sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Jadi kalau karya-karya kita bisa memberi manfaat, tidak masalah sebenarnya. Namun, jangan terlalu memprestisiuskan diri. Wanita sudah mahal, terutama cara Islam memuliakan wanita. Disuruh menutup aurat, menjaga pandangan, menjaga suara, kemudian dinikahi terhormat, dengan syarat yang tidak sembarangan, harus ada maharnya pula. Bukankah semua hal itu sudah menunjukkan bahwa pada dasarnya wanita itu sudah mahal.
Aku pernah membaca suatu artikel bahwa lelaki juga butuh sisi lemahnya wanita, sisi manjanya wanita, sisi rapuhnya wanita. Untuk apa? Karena laki-laki butuh menjalankan perannya sebagai pelindung. Maka dari beberapa case, wanita yang terlalu tangguh membuat laki-laki enggan mendekat. Maklumlah, laki-laki diciptakan untuk menjadi pemimpin, pelindung dan sejenisnya. Jadi mana mungkin pelindung lebih lemah dari yang dilindunginya?

Buat lelaki :
Kalau ada perempuan yang secara materil dan status jauh lebih tinggi di atas anda, kemudian dia mau dengan rela menerima anda, yakinlah bahwa wanita ini TIDAK MATRE. Bukankah seharusnya anda bersyukur bahwa wanita yang anda pilih itu tidak mempersoalkan status dan harta yang anda punya? Toh, kesuksesan sesungguhnya akan diraih setelah menikah kan? Jadi, biarkan dia yang menemani anda dari NOL.

So, fungsikan tameng itu sebagai pelindung diri bukan sebagai tembok pembatas diri ya...
Wallahu a'lam bisshawaab...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita