Sikap Takut Menikah

Tulisan ini aku buat sebagai penjelasan dari status singkat di Facebook kemarin. Status itu muncul karena banyaknya pemberitaan di media tentang kasus rumah tangga publik figur. Dan itu sudah sampai pada tahap eksploitasi bukan lagi sekedar pemberitaan. Bahasa sederhananya terlalu lebay.

Walaupun infotaiment banyak dicekal dan tidak diakui sebagai produk jurnalistik, tapi infotaiment yang dulu tidak melulu berisi masalah artis (atau artis dulu gak banyak buat masalah ya?) tapi lebih banyak berisi kegiatan artis atau info terbaru dari tokoh publik itu sendiri. Belakangan kok berubah, yang diekspose melulu masalah. Yang paling parah itu sampai ke rumah tangga yang seharusnya daerah privat seseorang.



Sebenarnya bukan cuma infotaiment, tapi juga program lainnya.
Contoh :
Sinetron yang mengangkat drama rumah tangga kebanyakan menggambarkan bahwa pernikahan itu mendatangkan banyak masalah, tidak bahagia, rumit, wanita baik-baik selalu tertindas. Langsung aja ya aku sebut tivi mana yang sering menampilkan ini. Tuh, INDOSIAR dengan drama rumah tangganya. Awalnya sinema di tivi ini cukup bagus, tapi belakangan makin menjadi-jadi parahnya. Semua rumah tangga bermasalah, dan semua masalah pasti ujungnya meninggal ketabrak kalo enggak dipenjara. Hidup gak gitu-gitu amat kale...

Sedangkan FTV yang mengangkat kisah cinta bermaksiat a.k.a pacaran digambarkan sebagai hubungan yang manis, penuh romantisme, dan semua perjuangan cinta berujung pada PACARAN bukan PERNIKAHAN.

Lihat bedanya?
Secara tidak langsung media sedang berusaha menciptakan pandangan bahwa menikah itu menyusahkan dan pacaran (beserta cucu-cicit maksiatnya) itu indah. Alhasil, pandangan seperti ini akan menimbulkan sikap takut menikah.

Dalam satu hadits disebutkan bahwa jika dalam satu kaum terdapat sikap takut menikah, maka bisa dipastikan pada kaum itu terdapat kelainan seksual serta maraknya perzinahan.

Kok bisa?
Bisalah. Begini, manusia itu pada dasarnya punya hasrat biologis untuk 'bercampur' dengan lawan jenis. Porno? Ya enggaklah,  itu memang kebutuhan manusia kok. Nah, kalau sikap takut menikah ini muncul, maka kemana kebutuhan itu disalurkan coba?
Mau enggak mau ya jatuhnya bakal ke perzinahan, karena gak berani menikah akhirnya milih 'jajan sembarangan'. Sikap ini juga yang akan mengembangbiakkan populasi LAKI-LAKI PENAKUT yang TIDAK BERANI BERKOMITMEN.

"Tiada obat yang paling ampuh bagi dua orang yang saling jatuh cinta selain menikah" (Al-Hadits)

Allah yang memberikan rasa cinta dan Allah pulalah yang telah memberikan jalan untuk menyalurkannya. Cuma PERNIKAHAN! Selainnya? Tidak ada. Carilah kemanapun, dan tak akan kau temukan yang sesempurna manfaat dan fungsi pernikahan. Karena itu datangnya dari Allah, bukan dari manusia yang serba kekurangan ini.

LALU?
Yuk, ingat hal-hal berikut ini agar kita terhindar dari sikap takut menikah.

Pertama, bagi  media bad news is good news. Berita buruk dalah berita baik. Semakin kuat konflik yang terjadi maka nilai beritanya semakin tinggi. So, wajar saja yang diangkat itu masalah dan masalah. Lihat saja perbandingan di televisi. Coba hitung berapa persen yang mmengangkat keindahan pernikahan dan berapa persen yang mengangkat masalah pernikahan? Yakinlah, lebih banyak yang mengangkat masalah.
Itu juga disebabkan karena budaya masyarakat kita yang dominan negative thinking sehingga doyan dan mudah tertarik pada hal-hal berbau masalah.
Jadi santai sajalah menghadapi serangan media itu, cerdaslah dalam mengelola informasi dari media.

Kedua, kalau pernikahan mendatangkan keburukan pastilah Islam tidak menganjurkannya.
Perkkataan di atas aku dapatkan dari cerita seorang ikhwan yang diajak menikah padahal umurnya masih sangat muda dan belum selesai kuliah. Kemudian ayahnya mengatakan hal tersebut sehingga dia yakin untuk menikah.
Benar juga sih, kenapa Islam anjurkan untuk menikah ya pasti karena di dalamnya banyak kebaikan. Itu janjinya Allah loh, kenapa bisa gak percaya sama yang menciptakan kita?

Ketiga, pernikahan itu tergantung niat. Tanpa berniat men-judge niat pernikahan para artis, aku cuma mau berbagi aja kalau niat pernikahan itu harus dijaga benar-benar. Terutama saat akad nikah tuh, bahaya banget kalau terselip niat yang enggak-enggak. Jadi wajar kalau mengucap akad biasanya disuruh satu nafas, itu gunanya untuk menahan dari niat buruk yang mungkin bisa terselip saat mengucap akad. Sebelum akad juga prosesnya panjang kan? Istighfar dulu, latihan dulu, baca doa dulu, ya itu karena nikah bukan main-main.

Aku sendiri beberapa kali mendapatkan cerita pernikahan yang sesuai niat tadi. Ada yang cuma pengen hartanya, ya dia dapat. Tapi kebahagiaan enggak, kenyamanan enggak. Ada yang cuma butuh status, ya dapat. Tapi ibadah enggak, kesenangan enggak. apa nikmatnya itu coba?
Kalau niatnya karena Allah, untuk beribadah, insyaAllah apapun masalah yang datang akan dibantu Allah menyelesaikannya. Jadi gak ujung-ujungnya kabur, berantem, cerai, saling gugat, saling lapor. Aih, kemana cinta yang (katanya) jadi landasan menikah dulu?

Tirulah pernikahan para Nabi dan Rasul, para Shahabat, kalau mau yang dekat tirulah pernikahan orang-orang beriman dan bertaqwa di sekitar kita.

Semoga kita yang diberi Allah pengetahuan yang baik serta kemampuan berpikir, dapat mempertimbangkan pilihan kita.
Semoga kita menjadi penonton cerdas yang mampu menyaring mana kebenaran dan mana rekayasa belaka.

Wallahu a'lam bisshawab...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita