Dinosaurus pada Zamannya, Manusia pada Zamannya

"Hikmah selalu berada dimana saja, tugas kita adalah mencarinya"

Satu hari aku membaca komik Doraemon yang bercerita tentang Nobita yang pergi ke masa lalu dimana Dinosaurus hidup. Nobita ingin alam yang masih ramah dan tidak diganggu oleh kebisingan-kebisingan yang ia temui di masa kini. Doraemon memenuhi keinginannya, Nobita hidup di zaman dulu dan berusaha menyesuaikan diri dengan manusia zaman purba.  Awalnya ia merasa senang, tapi kemudian hidupnya terganggu dan terancam dengan kehadiran dinosaurus yang sangat liar. Nobita menangis kemudian mengadu pada Doraemon. Di ujung cerita Doraemon bilang :

"Semua makhluk diturunkan pada zamannya, kamu sudah ditakdirkan hidup di masa kini dengan kemampuanmu"



Simpel.Tapi sampai saat ini aku tetap ingat pesan dari cerita itu. Bahwa setiap kita diturunkan pada keadaan yang kita sanggup untuk menjalaninya. Persis kayak apa yang disebutkan dalam Al-Qur'an, bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya melebihi kemampuan hamba itu sendiri.
Cobaan itu enggak cuma berupa musibah, tapi keadaan hidup juga termasuk bagian dari ujian.
Misalnya aja itu tadi, hidup di zaman dinosaurus sama hidup di masa kini pasti beda. Kita pun butuh kemampuan yang beda untuk hidup di zaman-zaman itu. Butuh penyesuaian bukan?

Satu hari aku dan adik kelasku habis sharing, kami saling mengoreksi setelah menyelesaikan sebuah kepanitiaan. Aku mengkritik ia yang terlalu lembut dan kelihatan tidak tegas. Susahnya minta ampun buat marah dikiiit aja. Tapi dia punya kelebihan well-organized yang menurut aku beruntung banget dia bisa dapatin itu dalam waktu singkat. Gak harus jatuh bangun kayak aku dulu, hehe...
Lantas dia mengkritikku, katanya aku terlalu ego, oke redaksi katanya aku perbaiki "Otoriter?" tanyaku. Ya, ya, ya aku juga sadar bahwa ada ego yang sangat keras kupertahankan.

"Aku nggak bisa marah, kak...Soalnya di rumah gak ada yang marah-marah. Orangtua juga selalu ngajarin untuk empati, rasain perasaan orang lain..." katanya.

Aku tertawa, berbanding terbalik denganku. Aku hidup dan besar di kultur Batak yang notabene sangat keras. Sekalipun enggak marah, orang Batak akan kelihatan sedang marah. Padahal ngomong biasa. Bawaan fisik memang, kerongkongan orang Batak besar, kali! Hehe...

"Kita ini sudah diturunkan pada keadaan terbaik untuk masing-masing. Kalau saja aku dibesarkan di posisimu pasti aku akan rusak. Kenapa? Karena kalau tidak dididik secara keras, aku akan sangat loyal. Pasti aku bisa nakal karena dibebaskan seperti itu. Dan kalau kamu di posisiku, kamu juga bisa sama hancurnya. Kamu bisa dididik sangat keras dan itu bisa jadi membuat karaktermu hancur, karena pada dasarnya kamu bisa dididik lembut," ucapku.

Sebuah pelajaran dari perbincangan sore itu.
Inilah keadaan terbaik yang sudah Allah berikan. Jangan pernah salahkan dan jangan pernah minta yang lain. Kita sudah pada zaman yang tepat, keadaan yang tepat serta dengan kemampuan yang tepat.

Wallahu a'lam bisshawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita