Dari Seorang Hatta dan Jam Gadang

Beberapa saat yang lalu, aku baru mengikuti Forum Indonesia Muda (FIM) 14B yang diadakan di Bukittinggi. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, FIM kali ini memang diadakan di Bukittinggi dalam rangka memperingati Bung Hatta. Makanya tagline dari acara ini, "Bung Hatta, Tokoh Teladanku!"

Aku belum pernah ke Padang sebelumnya, terutama ke Bukittinggi. Aku juga tidak tahu banyak sosok Bung Hatta, karena yang selama ini digembor-gemborkan adalah Bung Karno.
Tapi selama di FIM aku kenal seorang Bung Hatta yang apa ya? Harus bilang FANTASTIS!


Tapi ada satu hal paling menarik dari Bung Hatta, cerita soal sepatu BALLY nya...
Jadi, ketika meningal di saku baju Bung Hatta itu ada semacam selebaran promo sepatu Bally. Ini sepatu pasti mahalnya bukan main, SBY aja punya sepatu Bally jadi perbincangan di masyarakat. Iya! Ini sepatu berkelas banget memang.
Sampai akhir hayatnya, seorang negarawan sekelas Bung Hatta pun enggak sanggup beli sepatu Bally, sepatu yang diimpikannya itu. Padahal, kalau saja Bung Hatta mau dia bisa meminta dari kolega-koleganya yang kaya raya itu. Berapa sih harga sebuah sepatu Bally bagi seorang presiden?
Tapi apa? BUNG HATTA TIDAK MAU!
Sampai meninggal Bung Hatta bertahan tidak punya sepatu Bally daripada harus menjual harga diri bangsa! GREAT!

Terus, waktu jalan-jalan ke Jam Gadang aku menyempatkan diri untuk membaca sejarah pembuatannya. Ternyata Jam Gadang itu didatangkan langsung dari Inggris untuk penjajah-penjajah yangs edang berada di Indonesia. Konon, mesin yang digunakan sama dengan Big Ben yang ada di London.
Yang menarik adalah menaranya dibangun tidak menggunakan semen melainkan putih telur!
Tentu pembangunan Jam Gadang memakan banyak biaya yang tentunya tidak kecil pula. Tapi apa? Semua itu terbayar dengan kemasyhuran dan kekokohan Jam Gadang hingga menjadi primadona di Bukittinggi bahkan Sumatera Barat.

Dari dua hal ini aku belajar, bahwa dengan pengorbana yang besar kita akan mendapatkan hasil yang berkepanjangan dan besar pula.
Seorang Bung Hatta merelakan impiannya memiliki sepatu Bally hanya karena ia tak memiliki uang pribadi. Untuk meminta, tentu ia tidak mau!
Tapi pengorbanannya itu berbuah manis. Bung Hatta dijadikan sosok teladan yang banyak dicontoh karena kesederhanaan dan kekukuhan prinsipnya. Namanya tetap dikenang hingga saat ini.
Di dalam Al-Qur'an mereka disebut Syuhada, dimana para syuhada itu hanya mati jasadnya namun tetap hidup. Artinya apa? Ilmu, amal dan jasanya tetap bermanfaat sekalipun jasadnya telah terkubur.

Begitupun dengan jam Gadang.
Walau harus mengeluarkan biaya yang sangat besar, namun semua itu membuat Jam Gadang menjadi ikon yang terkenal sepanjang masa. Memang sangat mahal pengorbanan awalnya tapi tentu terbayar dengan kemasyhurannya sampai saat ini.

Dari seorang Bung Hatta dan Jam Gadang
Dari ranah Bukittinggi
Aku belajar...
JANGAN RAGU UNTUK BERKORBAN BESAR
SEBAB EFEK DAN MANFAATNYA PUN AKAN BESAR DAN UNTUK JANGKA PANJANG
Sebab yang berkorban sedikit, akan mendapatkan manfaat yang sedikit pula untuk jangka waktu pendek. Selanjutnya? Akan terlupakan...

Wallahu a'lam bisshawab

Komentar

  1. "JANGAN RAGU UNTUK BERKORBAN BESAR
    SEBAB EFEK DAN MANFAATNYA PUN AKAN BESAR DAN UNTUK JANGKA PANJANG
    Sebab yang berkorban sedikit, akan mendapatkan manfaat yang sedikit pula untuk jangka waktu pendek."
    nice one kak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita