Rezeki dari Tangan Penjual Jamu

Kira-kira seminggu lalu aku yang waktu itu lagi nungguin kawan mengambil sertifikat tiba-tiba aku dikejutkan oleh Nina, teman seangkatanku. Nina memintaku untuk ceramah di forum ibu-ibu penjual jamu yang diasuh YP2M (Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan). YP2M sendiri adalah bentukan dosen kami di Ilmu Komunikasi FISIP USU. Ada teori namanya Komunikasi Pembangunan Sosial yang mempunyai fungsi untuk menyertakan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu metodenya seperti ini, masyarakat yang diajak membangun harus ditanyai dulu keinginannya. Jadi kebutuhan itu harus berasal dari mereka sendiri. Jangan sampai kita adakan pembangunan tapi ternyata tidak dibutuhkan oleh mereka sehingga menjadi tidak berguna.

Cerita punya cerita, ibu-ibu penjual jamu di Pasar VII Padang Bulan minta untuk ceramah agama. Makanya Nina minta aku untuk mengisi ceramah. Kebetulan hari Rabu itu aku sedang kosong kuliah jadi aku terima aja.

Nah, sebenarnya aku enggak punya banyak informasi soal audience yang akan dihadapi ini. Tapi berhubung aku sudah belajar teori Komunikasi Pembangunan Sosial jadilah aku mengkonsep ceramah yang berhubungan dengan itu. Biasanya aku cuma membahas banyak hal tapi berhubung audience yang kuhadapi kali ini berbeda jadi aku sedikit merubahnya. Sebenarnya dalam menyampaikan ceramah kita harus menganalisis audience terlebih dahulu. Sewaktu di Dai Muda Pilihan kami membagi audience menjadi kelas A, B, C, D dan E. Tanpa bermaksud membeda-bedakan golongan, kami hanya berusaha mengkonsep jenis dakwah yang berbeda-beda agar bisa masuk dan diterima oleh masing-masing kalangan. Baik itu pemilihan kata, cara penyampaian bahkan sampai gimmick yang digunakan.

Akhirnya aku pilih tema "Bekerja sebagai Ibadah" untuk disampaikan sekaligus ada beberapa trik yang mengena ke arah 'perjamuan'. Ini yang disebut proximity alias kedekatan termasuk kedekatan psikologis. Sehingga audience akan menangkap kesan bahwa pembicara adalah orang yang dekat dengan mereka.
Selesai mengkonsep aku segera beranjak untuk sholat Dzuhur. Jujur, sholat adalah hal yang paling menenangkan di saat seperti ini.

Namanya aja manusia yang masih digoda sama syetan, kadang-kadang mau juga terselip niat yang salah sekalipun kita mau berdakwah. Ya karena berdakwah itulah sebenarnya akan menghadapi banyak gangguan dari syetan. Karena kita ingin menegakkan agama Allah dan syetan membenci itu. Untuk menenangkan diri aku sholat sunnah hajat, memohon pada Allah agar apa yang kusampaikan bisa diterima ibu-ibu tadi dan bermanfaat juga. Satu yang ustadzku selalu pesankan :
"PANGGIL MEREKA KEPADA ALLAH BUKAN KEPADA DIRIMU"
Jadi mereka akan tertarik pada pada agama Allah bukan pada sosok diri kita.
Aku terus berusaha agar tidak terselip niat-niat yang salah nantinya. Sungguh, setiap pujian, tepuk tangan, elu-elu, sampai harta adalah sebuah godaan yang menggiurkan. Bisa saja niat tulus luntur karena selembar 100.000, bisa saja keikhlasan luntur karena pujian orang. Bisa saja kan?
Biarlah Allah saja yang menilai kita, pun kalau ada gaji yang lebih baik bukankan lebih menggiurkan 'gaji' dari Allah? :)

Sesampainya disana ada beberapa orang ibu-ibu yang sedang menyetor tabungan mereka. Aku dan Nina masuk dan menyalami satu per satu. Gak lama kemudian serombongan ibu-ibu menyusul sampai ruangan itu cukup ramai. Walaupun Mbak Karti, ketua kelompoknya ngomel-ngomel karena ada beberapa anggota lain yang enggak datang. Akhirnya kita putuskan untuk memulai saja.

Aku pun menyampaikan ceramah yang cukup singkat karena waktu sholat Ashar yang mengejar. Aku buka dengan tilawah pendek dari surat At-Taubah ayat 105. Ibu-ibu pada protes karena katanya susah, kepanjangan juga ayatnya. Enggak apa-apalah yang penting tilawah dulu. Tapi di tengah-tengah ceramah, ibu-ibu tadi secara jujur mengatakan bahwa mereka belum bisa mengaji. Ada yang sudah lupa mengaji seperti apa. Ada juga yang malu dan gengsi karena sudah tua baru mau belajar mengaji.
Tiba-tiba terdetak dalam pikiranku, "Gimana kalau mereka aku tawarin belajar ngaji sama aku?" Jujur, aku juga pingin seperti teman-teman dai lainnya yang punya kegiatan di masyarakat. Kayak Kak Sherly yang mengajar ngaji anak-anak SMA atau Koko Hwa yang mengajar ngaji ibu-ibu. Aduh, pengennya...
Tapi aku tahan keinginan itu karena ada ibu-ibu yang lagi curhat. Tiba-tiba ada seorang ibu yang nyeletuk di pinggir pintu "Mbak Putri, kita mau loh belajar ngaji gitu sama Mbak Putri. Kita ini kan pengen bisa baca Al-Qur'an tapi malu kalau belajar sama anak-anak itu" Ahh, Alhamdulillah jalan itu sudah terbuka... Keinginanku mengajar mengaji sudah dimudahkan Allah. Kenapa setergiur itu aku mengajar ngaji? Karena di dalam Al-Qur'an disebutkan:
"SEBAIK-BAIK PEKERJAAN ADALAH BELAJAR AL-QUR'AN DAN MENGAJARKANNYA"
Jadi rasanya kurang afdhol kalaupun kita sudah bekerja dan bergaji besar tapi tidak mengajarkan Al-Qur'an. Ustadz ku jauh lebih bangga dipanggil Guru Ngaji, bahkan di forum internasional sekalipun kalau ustadz ditanya profesinya apa akan tetap dijawab "Guru ngaji" sekalipun si bule terbengong-bengong karena enggak tahu artinya.

Siapa sangka rezeki besar datang lewat tangan-tangan mereka?
Rasa-rasanya inilah ganti dari bayaran-bayaran duniawi yang menggoyahkan iman itu. Sebuah investasi akhirat dari amalan sederhana namun sangat besar di mata Allah. Mengajar ngaji.
Bagaimanapun setiap orang punya kewajiban belajar agama. Apalagi yang sudah punya ilmu, tiadalah manfaat ilmunya itu kalau tidak ia ajarkan lagi kepada orang lain.

Bismillah, semoga keinginan ibu-ibu itu dan keinginanku juga dipermudah oleh Allah. Bertambah yakin pula lah aku pada dasarnya SETIAP ORANG HAUS AKAN AGAMA tapi lebih banyak yang gengsi dan malu-malu untuk belajar agama. Ini berangkat dari keinginan mereka, berangkat dari semangat mereka untuk belajar mengaji. Semoga Allah menilai segala jerih payah usaha kami.

Ayat Seribu Dinar yang kuhapalkan itu terasa kian tampak kebenarannya, bahwa jika kita bertaqwa kepada Allah maka akan DIA bukakan jalan keluar serta memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Termasuk dari tangan-tangan para penjual jamu itu tadi...
Sebuah investasi akhirat yang jauh lebih berharga daripada investasi dunia
Allahu Akbar...

Wallahu a'lam bisshawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita