Hang On There!



"Kalau enggak kuat-kuat, jangan coba-coba"


Itu bukan tagline iklan minyak kayu putih, tapi itu pesan dari mamak buatku. Pertama kali mamak mengingatkanku waktu aku ingin membaca buku dialog antar-agama sewaktu masih SD. Mamak enggak langsung menyita buku itu tapi mamak mengingatkan dengan kata-kata di atas. Aku yang merasa belum cukup kuat logika untuk menerimanya akhirnya meletakkan buku itu kembali. Aku percaya akan ada waktu dimana aku sudah cukup siap membacanya. Mungkin seperti saat ini.

Dari situ, setiap ada sesuatu yang akan ku hadapi tapi aku merasa belum sanggup maka aku lebih memilih mundur. Sama sekali enggak ada pikiran soal gengsi atau merasa terlecehkan. Karena aku ingat pepatah Arab yang bunyinya :

"Hancurlah orang yang tidak mengenal dirinya sendiri"

Karena aku sudah berusaha mengenali diriku sendiri, maka ada hal-hal yang ku jauhi karena sadar bahwa aku tak cukup kuat jika melakukannya.

Ini cerita tentang temanku. Maaf kalau akhir-akhir ini lebih banyak bercerita temanku dibanding diriku. Kurasa ada i'tibar (pelajaran hidup) yang bisa kita raih dari pengalaman hidup orang lain. termasuk dari teman-temanku ini.

Dia seorang yang kukenal baik. Pertama kali melihatnya di organisasi, aku yakin mata sehat manusia pasti mengatakan dia tampan, kalaupun yang rada picek bisa bilang dia manis. Cuma aku tak terlalu tertarik padanya waktu itu, entah mungkin aku bagian yang picek kuadrat sehingga tidak tertarik dan sangat kontras dengan teman-temanku yang senang padanya. Aku ingat saat menentukan kelulusannya, aku cukup sewot dengan menanyainya pertanyaan yang banyak dan menjebak. Sungguh, aku tak kenal dia lebih dalam saat itu.

Dia dinyatakan bergabung dengan kami, artinya lulus. Dari situlah baru aku mengenalnya lebih jauh, eh dekat, eh dalam, eh apa sajalah! Baru ku tahu bahwa dia anak musholla. Aku paling senang kalau ketemu anak-anak musholla, karena merasa 'dekat-dekat' sama kehidupan pesantren lah. Belakangan kami mulai dekat, termasuk mengerjakan beberapa kerjaan bersama. Ya, aku baru tahu dia. Dan baru tahu bahwa dekat dengannya juga mengasyikkan.

Waktu aku dikarantina, dialah yang paling rajin menelepon juga chatting. Bahkan pernah kami chatting dan telponan dalam waktu hampir bersamaan. Dia bercerita banyak hal, tentang keadaan dirinya sampai organisasi kami. Yang paling kusuka adalah jika berdiskusi soal agama. Entah kenapa aku selalu suka diajak diskusi soal agama, karena aku merasa ada banyak anugerah Allah lewat ciptaanNya yang belum kita kaji. Aku selalu suka itu.

Time gone. Waktu mengubah segalanya termasuk aku dan dia. Perlahan dia mulai terjerembab, ah terjerat ehmm aku tak tahu bagaimana menyebutnya karena aku tak tahu apa yang terjadi dengan dia.
Terakhir, aku benar-benar terkejut dengan keadaannya. Seorang teman dekat memberitahuku bahwa dia sudah tak pernah sholat lagi dua minggu terakhir.

Ya Allah! Sholat itu hal paling prinsip, bahkan dalam agama sekalipun!

Kutanyai temanku ini lagi. Katanya dia 'berubah' sejak membaca buku-buku filsafat yang dipinjamkan seseorang kepadanya. Ya, paradigmanya nyaris berubah. Perilaku, sikap dan tutur katanya yang manis kemarin entah kemana. Lenyap begitu saja. Selera bukunya berubah. Selera musiknya pun sama. Dari Maher Zain ke Secondhand Serenade. Waktu itu aku kecewa, terbayang dengan sosoknya yang lama.
Sosok yang taat beribadah, segan menyentuh dan disentuh lawan jenis, sikapnya yang santun, gaya berpakaian yang enak dilihat. Entah kemana kawanku yang dulu itu.

HANG ON THERE! Seharusnya kamu bertahan saja. Tidak usah coba-coba kalau tak kuat.
Apa salahnya menolak sikap lawan jenis yang ingin menyentuhmu? Apa salahnya menolak buku yang dipinjamkan orang itu kepadamu? Tak ada ruginya toh? Yang rugi adalah dirimu sendiri, pada akhirnya berubah drastis seperti ini.

Beberapa hari yang lalu kulihat ia selesai melaksanakan sholat Jum'at. Dalam hati aku bersyukur kepada Allah dan berharap dia bisa kembali seperti dulu. Bukan tanpa alasan aku menginginkan hal itu, hanya aku tidak bisa membayangkan bagaimana penyesalannya karena sudah pernah hidup dalam naungan Ridho Allah lalu kemudian ia tinggalkan? Ibarat sudah naik bus yang tepat, kenapa memilih sepeda butut yang salah?
Aku memang bukan tuhan yang berhak mengatur segalanya, tapi aku menginginkan yang terbaik buat rekan dan sahabatku.

Begitulah, kalau kawan tak merasa cukup kuat untuk menghadapi sesuatu maka bertahanlah dulu. Sampai ada waktu kau kuat menghadapinya, sampai ada masa kau pantas menerimanya.

HANG ON THERE! TILL YOU STRONG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita