Danger of Star Syndrome


Star syndrome. Apakah bintang selalu indah? Enggak, buat star syndrome.
Apa sih star syndrome itu? Star syndrome adalah istilah untuk orang yang baru masuk ke dunia entertaint kemudian sangat terkejut dengan popularitas yang dia dapatkan.
Enggak ada definisi pasti soal star syndrome sebenarnya, tapi keadaan ini sudah dikenal luas terutama bagi pekerja dunia hiburan.

Istilah simpelnya "KACANG LUPA KULITNYA"

Well, akhirnya aku harus ngomong soal star syndrome.
Kenapa? Ceritanya gini...

Kemarin pas lagi aku streaming di Youtube, tiba-tiba nemu video dari salah satu ajang pencarian bakat terpopuler di Indonesia. Tanpa harus sebut merek, mungkin yang seumuran denganku tau betul acara ini beken di jaman kita SD. Iseng-iseng aku searching soal kabar mereka sekarang. And you know what?!!
Yang sering nongkrong di forum-forum diskusi pasti tahu. Entah aku yang telat dapat kabar atau karena aku gak bakat jadi wartawan infotaiment, gak tau deh... Yang pasti aku kaget (maaf kalau telat).
Nasib mereka miris banget. Terutama yang pada akhirnya menuai hutang setelah ikut reality show tersebut. Insya Allah aku posting selanjutnya menyoal di balik acara reality show atau talent search dan saudara-saudaranya lah.

Tidak lain dan tidak bukan si Star syndrome lah yang aku tengarai sebagai penyebabnya. Mungkin sangat berguna dan pelajaran hebat juga untukku waktu terjun ke dunia itu dan mengalami star syndrome itu sendiri. Sayangnya sebagian orang enggak sadar kalau dia berada di kungkungan star syndrome, dan memilih nyaman berada di dalamnya walau tahu akan sangat sakit.
Lebay? Enggaklah.
Ini diakui sendiri oleh beberapa peserta dari ajang pencarian bakat tersebut. Kemudian star syndrome semakin menggila sampai mengontrol diri si empunya untuk berbuat apa saja demi kepopuleran yang mereka impikan. Catat! APA SAJA.
Disinilah popularitas bekerja semacam candu. Maka wajar kalau ada banyak artis cari sensasi, buat masalah atau punya skandal. Terang saja, sekali lagi karena candu popularitas.
Terkadang dengan popularitas orang bisa mendapatkan apa saja. Tapi apa kemudian untuk mendapatkan popularitas, lalu melakukan apa saja?

Dari awal tuan guru kami, ustadzuna Bachtiar Nasir udah wanti-wanti soal star syndrome ini. Jelas saja, gimana mungkin nafsu dunia menyelip di dalam niatan dakwah? Seperti mencampurkan minyak dan air, takkan menyatu. Dan tahu apa yang terjadi? Tanpa diduga ustadz memplonco kami selama DUA JAM!
Ibarat kata, mental kita dijatuhkan habis-habisan, serendah-rendahnya sampe kita lemas dan sadar kesalahan kita. Padahal waktu itu mungkin cuma ada beberapa orang saja yang baru terkena star syndrome. Tapi ustadz yang melihat 'bibit' star syndrome itu di kami langsung bertindak tegas.

Itu momen terparah selama aku berada di Majelis Ilmu, karena momen dua jam itulah sampai sekarang aku merasa nyaman dengan unpopularity yang aku punya. Ya! Aku hampir gila gara-gara popularitas instant! Dan sungguh benar-benar menikmati hidup sebagai seorang mahasiswa biasa yang ingin berkarya. Bukan dibentuk image oleh media atau sejenisnya. AKU HANYA INGIN MENJADI AKU!

Beberapa waktu lalu, aku nonton video Marshanda lagi marah-marah di Youtube. Jujur aja, waktu itu aku enggak 'ngeh' sama beritanya karena masih di pesantren kayaknya jadi baru nonton sekarang. Waktu menontonnya aku merasa ngerti perasaan dia. Sebab? Ya karena aku juga pernah terpikir untuk berbuat itu. Dia udah berapa tahun di dunia entertaint, kan? Sedang aku yang hitungan bulan udah tertekan setengah idup gitu.

Itulah star syndrome, bahaya banget kalau menyerang, semacam ada kecanduan yang kalau enggak dipenuhi rasanya pengen mati. Aku sendiri enggak tahu pasti apa aku kena star syndrome atau enggak. Yang jelas selesai karantina stres itu pasti ada, tertekan juga, kecewa apalagi. Banyak hal yang mungkin terlalu panjang untuk aku jelaskan disini dan akan dirincikan di postingan selanjutnya InsyaAllah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita