BRANDED? NO! AKU CINTA INDONESIA!



Indonesia, sebagai negara yang kaya raya akan hasil alamnya tentunya sangat berpotensi untuk menghasilkan produk-produk unggul. Ibarat sebuah syair lagu yang mengatakan “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Benarlah bahwa kesuburan lahan Indonesia tidak lagi diragukan. Sebagai negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, namun juga seimbang dengan hasil lautnya Indonesia pastinya bisa menjadi negara yang kaya raya.

Namun pada kenyataannya, hari ini kita tak kunjung berkembang. Sumber daya alam yang melimpah disana-sini pun tidak dimanfaatkan dengan baik. Pemilik dan pemodal asing berebut lahan basah Indonesia. Saham asing pun bukan lagi barang langka yang kita dengar. Kita dimiskinkan di rumah kita sendiri. Karena apa? Karena kita sendiri juga tidak bisa menghargai produk dalam negeri.

Kemarin, film The Raid yang sukses di pasar perfilman internasional turut mengharumkan nama Indonesia. Namun pada kenyataannya sebagian besar orang masih enggan menonton film ini dengan sebuah alasan klasik, “Ahh, film Indonesia”. Masing-masing orang terlanjur stereotip pada  produk dalam negeri. Tidak berkualitas lah, tidak keren lah, tidak gaul lah. 

Sementara serangan barang-barang branded terus mempengaruhi gaya hidup anak muda. Setiap ada barang baru produk luar negeri, semua orang berlomba-lomba membeli. Barang KW pun jadi, asal menang merek. Padahal barang itu keren karena nama mereknya yang berbahasa Inggris. Lalu kalau mereknya bahasa Indonesia, apa ketinggalan jaman? Apa kalau merek sepatu Cibaduyut itu terlihat jadul? Apa kalau merek baju itu “Sumber Jaya” kelihatan kayak toko besi koko-koko dan acih-acih? Lalu apa Sumber Jaya harus berubah merek jadi Success Source baru terlihat gaul?

Generasi muda kita sudah terlalu terpengaruh dengan anggapan bahwa barang-barang impor itu kelihatan keren. Padahal setelah ditelusuri, barang-barang branded  itu diekspor oleh Indonesia dan sesampainya di luar negeri Cuma ganti cap (merek) kemudian dijual lagi ke Indonesia dengan harga yang sudah berlipat-lipat. Kebodohan macam apa yang kita lakukan? Beli barang apa beli merek?

Pemerintah yang seyogyanya mengembor-gemborkan penggunaan produk dalam negeri, pun dalam praktiknya ternyata masih menggunakan barang-barang branded dari luar negeri. Seperti yang diungkapkan seorang fotografer jurnalistik yang pernah mendapatkan foto-foto kumpulan sepatu para petinggi negara yang hampir keseluruhan merupakan produk luar negeri. Padahal sama-sama kita ketahui bahwa kualitas sepatu Cibaduyut tak kalah kuat. Kita juga tahu bahwa ada desainer-desainer Indonesia yang menjadi perancang busana bintang Hollywood. Di sisi lain juga ada pabrik tekstil yang memproduksi baju perang untuk angkatan bersenjata di dunia.

So, Indonesia kurang apa? Pemudanya yang kreatif luar biasa, memiliki ide-ide gila nan cemerlang. Seharusnya kita bisa berinovasi untuk membuat produk Indonesia menjadi unggulan di dunia Internasional. Dulu, anak Muda malu sekali memakai batik. Katanya jadul lah, kelihatan tua lah, kayak mau ke kondangan lah. Tapi setelah batik disahkan menjadi pakaian nasional Indonesia dan sangat dikagumi dunia, lihat inovasi batik sekarang. Mulai dari pakaian sampai kendaraan pun sudah bermotif batik. Jadi apa salahnya memakai produk dalam negeri?

Negeri ini terlalu kaya, dengan hasil alam yang berlimpah dan keragaman budayanya. Maka sebagai generasi muda yang menyadari hal ini, harusnya kita menggunakan produk kita sendiri. Dari hasil alam kita, oleh kita dan untuk kita. Pada akhirnya semua itu akan kembali untuk kita juga. Produk dalam negeri tidak selamanya buruk. Kita juga sebisa mungkin harus mempromosikan produk kita kepada dunia, jangan sampai gaya hidup kita diinvasi oleh budaya barat yang sejatinya bukan budaya kita.
Kalau bukan kita yang mengunggulkan produk sendiri, siapa lagi yang mau mengakui keunggulannya. So, mari gunakan produk dalam negeri untuk Indonesia yang lebih maju!

Komentar

  1. maaf...sekadar mengingatkan...

    bagaimana jika gambar kapal layarnya...diganti dengan jenis kapal layar Phinisi...atau yang jenis lain dari Nusantara...
    atau paling tidak...yang berbendera Indonesia...

    maaf...terima kasih

    BalasHapus
  2. Terima kasih sebelumnya, saya mmng belum mahir ngeblog tp templatenya sudah saya ganti dan headernya akan sy revisi lagi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Turkey Day 3 : Konferensi We Are All Mary Part. II

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita