Being The ‘20’ : Dai Muda Pilihan ANTV
Menjadi bagian dari 20 finalis Dai Muda Pilihan ANTV adalah
hal yang tidak pernah kuduga dalam hidupku. Aku besar bukan dalam keluarga dan
lingkungan dakwah. Aku juga bukan orang yang pernah berkecimpung dalam organisasi
atau lembaga dakwah. Hanya, aku punya misi dakwah dalam hidupku. Karena aku
tahu bahwa dakwah adalah kewajiban setiap orang.
Im 18 years old dan harus mengemban amanah ini merupakan hal
yang cukup berat. Di saat teman-temanku sibuk bermain dan hura-hura
menghabiskan masa muda, aku harus berjuang untuk hal lain. Ini tidak mudah
kawan, sulit memang. Tapi jauh lebih sulit lagi ketika kita nyaris tidak
berbuat apapun demi mengubah banyak orang. Mengapa harus kita biarkan mereka
dalam kegamangan?
Berangkat dari modal nekat (tapi bukan niat coba-coba loh!)
aku datang ke Garuda Plaza Hotel di Medan dan mengikuti audisi dai muda. Waktu
itu aku ingat banget, aku nekat hadir dengan penampilan sedikit berbeda dari
kebanyakan peserta. Aku pakai topi pet seperti khas Maher Zein tapi dipakai
miring. Saat itu aku hanya ingin berbeda dengan orang lain, tapi karena aku
tidak tahu harus berbeda bagaimana ya sudah, pakai topi saja biar sedikit aneh.
Hahaha…
Saking pengen komplitnya, malamnya aku enggak tidur sampai
jam 2 malam demi menghapalkan isi khutbah. Lalu aku tidur dan paginya setelah
aku mandi, aku mengundang temanku yang bisa dandan untuk mendandaniku sebelum
audisi. Ya hasilnya lumayan memperPD diriku ini.
Pendaftaran dibuka pukul 8.00 tapi aku baru hadir sekitar pukul
8.30 lewat. Aku mendapat nomor urut 64 (it was lucky number later) dan baru
diaudisi ba’da Ashar. Well, sebelum aku ada beberapa orang yang dipanggil untuk
audisi dan keluar tanpa membawa kertas biru alias tidak lulus. Ketika nomor 61
mulai dipanggil, aku jadi tidak yakin apa aku lulus di audisi pertama ini?
Sedangkan banyak yang bagus-bagus dan aku biasa saja. Akhirnya beberapa orang
di kelompok 60-an ini ada yang membawa kertas biru. Arrgh,,, kertas biru itu
bisa membuat iri plus menegangkan. Aku pun dipanggil, aku langsung mengenakan
topi pet yang tadi kulepas. Hmm, banyak mata yang menatapku aneh sebenarnya,
termasuk kru yang menunggui aku. But I don’t care, aku enggak peduli sama
tatapan orang. Yang penting aku akan laksanakan sesuai yang aku rencanakan.
Masuk ke ruang audisi aku tidak banyak ditanyai seperti
peserta-peserta sebelumnya. Padahal aku ingin ditanya-tanya (narsis banget gak
sih??!). Oke, mbak-mbak yang menjadi juri perwakilan ANTV (belakangan aku baru
tahu dia orang penting di ANTV) menyuruhku memulai. Well, aku pun memulai
dengan deg-degan yang tidak cukup parah. Karena aku biasanya deg-degan setelah
audisi selesai :D .. Waktu yang ditoleransi sekitar 5 menit tapi dalam 4 menit
aku sudah selesai. Setelah itu aku disuruh membaca Al-Quran. Aduh aku hanya
bisa tartil… Mana bisa qiroah kayak peserta lain??? Tapi aku yakin saja dengan
kemampuanku. Ahamdulillah, ustadznya tidak mempermasalahkan bacaanku, tapi isi
taushiyahku dikritik. Katanya sepertu bercerita tapi tidak jelas mana intinya. Ahh,
mataku bolak-balik melirik si kertas biru itu. “Aku dikasih kertas biru itu
nggak ya?”, tanyaku dalam hati. Akhirnya setelah dinasehati panjang kali lebar,
ehh panjang lebar aku pun mendapat kertas biru itu. Yaiy!! Alhamdulillah… Aku
pun keluar dengan wajah tersenyum layaknya menerima gaji ke tiga belas.
Sampai diluar aku langsung melapor kepada kru yang bertugas
mencatat peserta yang lolos audisi. Well, seorang kru perempuan datang
menghampiriku lalu mengajakku bercerita sedikit. Dia bertanya apa aku suka
fashion? Dalam hati aku tertawa karena ini pertama kalinya aku berdandan
sedemikian rupa. Maklum, sebelumnya aku hanya jurnalis kampus plus penyuka seni
yang lebih nyaman tampil apa adanya. Akhirnya mbak-mbak ini mewawancaraiku, dan
waktu itu aku merasa gara-gara si topi ini nih :D
Selesainya disana aku pulang ke rumah untuk mencari materi
baru. Akupun ke pesantren untuk mencari ‘wangsit’ alias bimbingan dan saran
ustadzku di pondok. Malam itu aku nekat ke warnet jam 1 malam untuk mencari
bahan dan langsung membuat materi. Akhirnya aku baru tidur pukul 4 pagi.
Paginya aku menerima sms dari tim bahwa kami harus hadir
pada pukul 11.00 untuk audisi lanjutan DAN hanya diperbolehkan membawa Quran.
Dasar bandel, aku bawa banyak kitab sampai laptop (padahal ujungnya emang nggak
kepake juga sih). Pas pilih-pilih tema aku dapat tema “Selingkuh”. Aduh!
Langsung puyeng nih kepala. Punya pasangan aja belum pernah, gimana bisa
selingkuh??? Akhirnya aku buka-buka Al-Quran sambil nanya ustadzku.
Alhamdulillah ada solusi dari beliau. Hanya ada satu setengah jam untuk membuat
materi sekaligus menghapalnya. Gimana mau menghapal padahal kertas udah
dikumpulin? Pikirku. Syukurnya sempat ada coretan yang kubuat. Itu saja yang
kuhapal.
Selesai dzuhur, satu-satu diaudisi. Aku nggak dengar kalau aku
diaudisi nomor 14, akhirnya aku santai mengapalnya.Eh tiba-tiba salah satu kru
datang. “064 mana? Kamu habis ini ya”, katanya. WHAT?! Serrrius?! Wah, aku
langsung kalang kabut menghapal materi. Parahnya, saking groginya karena waktu
udah mepet aku malah enggak bisa menghapal sama sekali. Aih, sudahlah… Aku asik
menggambar ilustrasi orang selingkuh aja (*apa coba?)
Well, sampailah di audisi paling mendebarkan karena gosipnya
audisi ini yang akan menentukan siapa yang lolos ke Jakarta. Katanya hanya akan
ada 2 orang dai dan daiyah yang lolos. Wah, aku jadi pesimis. Tapi aku yakin
saja berapapun yang lolos salah satunya adalah aku. (Kepedean banget!). Dan
ketika audisi---- Parah! Ini parah banget karena kesalahanku itu lumayan
banyak. Masa iya aku baca pembukaan “Hamdan wa syukron lillah sholatan wa
salaaman ‘ala Rasulillah, Asyhadu an la ilaha illallah..” Nah loh?! Kok lari ke
syahadat ya waktu itu? Dan pas baca ayatpun aku itu sempat nggak tahan nafasnya.
Parahnya, juri enggak komentar apa-apa. Mereka cuma nanyain aku bisa Bahasa
Inggris apa enggak dan coba praktekkan. Lastly juri pun ngomong, “Kamu itu
ngomongnya kecepetan. Saya jadi enggak bisa ngerti maksudnya. Lain kali
diperlambat ya…”, kata si Juri. Hekkk! Nusuk banget ke jantung. Kata-kata “lain
kali” seolah mengindikasikan “Coba di lain waktu ya, kalau sekarang sih nggak
lulus”. Gitu! Aku pulang ke rumah sambil nangis, capek, plus hopeless. Sampai
waktu orangtuaku nanya aku Cuma jawab “Bismilah aja lah, mak…”. Mata udah
bengkak aja gara-gara nangis, aku perbanyak sholat hajat dan membaca Quran.
Bahkan sampai saat pengumuman pun aku sempatkan baca Quran, karena aku benar-benar
hilang harapan saat itu.
Seluruh peserta disuruh kumpul kembali di tempat audisi pada
pukul 9 malam. Aku datang agak lama dan ternyata sampai disana, audisi pun
belum selesai juga. Aku memilih berdiam di mushola hotel, sedangkan orangtuaku
menunggu dibawah. Sambil enggak lupa smsin teman-teman untuk ngebacain Fatihah
buat aku. Audisi selesai sampai jam 11 malam, tapi juri dan para kru masih
berunding untuk menentukan siapa yang masuk nominasi. Di akhir-akhir gini mulai
deh macam desas-desus keluar. Katanya langsung dipilih 2 orang untuk ke Jakarta
lah, yang katanya 3 orang lah, yang katanya bisa jadi Cuma dai lah… Aduh,
apapun desas-desusnya saat itu aku sama sekali engak mau ambil pusing. Yang
penting keyakinan harus diperkuat, pikirku. Karena salah seorang mentorku
pernah berkata, “HATI-HATI DENGAN KEYAKINANMU, BISA-BISA ITU YANG MENJADI
SENJATAMU”. Maka saat itu aku yakin, sekalipun yang lulus cuma satu orang,
orang itu adalah AKU. Whohoho, kePDan yak?? Ya tapi begitulah kekuatan
keyakinan. Dalam doaku hanya satu, “Ya Allah luluskan aku ke Jakarta malam ini”.
Soalnya aku enggak dikasihtau prosedurnya ya kan? Yang penting luluslah! Pikirku
waktu itu.
Sampai tengah malam hasil audisi tak kunjung diumumkan.
Untuk menghilangkan bosan dan kantuk, para Dai menyanyi dan bermain gitar.
Sedang sebagian kru sudah banyak yang tidur-tiduran di kursi. Ternyata acara
nyanyi-nyanyi ini nggak bisa mengalahkan rasa kantuk kami yang sudah audisi
dari siang hari. Akhirnya satu persatu dai dan daiyah keluar lalu mulai tidur
dimana-mana. Ada yang di meja, nyandar sama temennya, di mushola, dan di
berbagai tempat yang bisa tidur. Akupun sama. Mamak dan adik yang mulai ngantuk
memilih tidur di pinggir-pinggir meja. Aku udah enggak sadar lagi (saking nyenyaknya)
sampai akhirnya ada seorang nenek yang membangunkan aku.
“Dek, peserta ya? Itu jurinya udah masuk”, kata si nenek.
Aku bangun dan segera sadar kalau peserta lain udah nggak ada di sekitar meja. Ternyata
juri sudah masuk ke ruangan dan bersiap membacakan hasil audisi. Akupun masuk
dalam keadaan masih setengah mengantuk. Aku duduk sambil tetap berdoa, “Baarik
li ya Allah, Baarik li ya Allah”, kuucap berkali-kali dalam hati. Juri mulai
memanggil 8 orang Dai yang masuk nominasi. Aku melihat wajah-wajah mereka yang
tidak lolos. “Ahh, bagaimana kalau aku yang tidak lolos?”, pikirku. Tibalah
saatnya memanggil 4 orang daiyah yang masuk nominasi. Dan nama yang pertama
kali dipanggil adalah…. AKU! Alhamdulillah, ucapku seketika. Aku pun maju ke
depan. Tapi saking ngantuknya, sudah dinyatakan lulus pun aku masih membaca doa
sampai di depan. Antara sadar atau setengah sadar. Setelah 12 nominator Medan
terpilih, barulah Juri menjelaskan bahwa akan dibuat profil 12 peserta ini
untuk dikirim ke Jakarta. Nantinya seluruh nominator dari delapan kota audisi
baru akan dipilih 20 orang. Wah, ada tantangan lagi nih! Setelah itu kami
disuruh menandatangani beberapa surat dan diminta jadwal untuk syuting profil. Syuting???
Yang bener aja! Ngebayangin pun aku nggak pernah. :D
Awalnya aku pikir aku sudah tidak lolos karena tidak juga
ditelepon. Akhirnya setelah sebulan menunggu pengumuman itu datang. Aku melihat
handphone dan ada 2 missedcall nomor kantor dengan kode 021. Ini kan dari
Jakarta!!! Jantungku berdegup kencang, sholat pun badanku menggeletar. Aku
berdoa, “Ya Allah apapun keputusannya, biarkan malam ini aku tahu…”. Bener aja,
setelah sholat Isya nomor tadi menelepon lagi. Ternyata dari ANTV! Kali ini nafasku
mulai panas. Dan si abang yang menelepon ini enggak mau to the point. Aku ditanyain macem-macem dulu tentang audisi. Takut
salah mungkin. Dan dengan santainya dia ngomong, “Nah setelah dipertimbangkan,
selamat ya kamu masuk 20 besar”. Oh my God! Bang!!! Ini berita ngagetin luar
biasa dan si abang ini santai banget ngomongnya!! Aku langsung lompat-lompat
kegirangan. Tapi si abang tadi melarang aku untuk teriak-teriak, karena ada
yang harus dia jelaskan. “Aduh, jantung aku udah mau ikutan lompat kenapa malah
dilarang yak??”, pikirku. Akhirnya aku sampaikan kepada orang tuaku. Dan mereka
awalnya juga tidak percaya. Dan takut kalau itu penipuan oleh oknum-oknum
kurang kerjaan. Sampai akhirnya iklan ku muncul di tipi barulah mereka percaya.
Begitulah, menjadi bagian dari 20 finalis Dai Muda Pilihan
adalah satu perjalanan yang tidak pernah kusangka dalam hidup. Bertemu dengan
orang-orang hebat dan dihadapkan pada sesuatu yang luar biasa hebat. Being the
20!!!
senangnya melihat kawan sukses.
BalasHapussemangat ya
Luar Biasa.
BalasHapusAllah yang menjadi tujuan dakwah.
Ia tidak akan meninggalkna hamb-Nya yang berjuang dan berakwah :)