Teman-Teman Luar Biasa (Trip to SLB)
Aku
nggak ngerti kenapa mereka disebut luar biasa. Yang pernah aku dengar itu
sebagai suatu penghargaan terhadap
mereka, jadi mereka dianggap luar biasa agar tidak mengecilkan mereka.
Hebat! Satu kata buat mereka. Jujur, aku salut dengan ketegaran dan ketabahan
mereka.
Hari
ini, untuk pertama kalinya aku menghadapi teman-teman luar biasa itu. Awalnya
aku takut, karena selama ini aku menganggap mereka liar, tidak punya aturan,
nakal, dan prasangka negative lainnya. Ternyata aku salah, mereka malah sopan,
manut, taat… salut deh! Walau hanya beberapa jam aku disana.
Dimulai
dengan kelas tuna grahita, mereka ini
yang bisa disebut cacat mental atau idiot. Ketika kami masuk mereka semua
melihat kami, mungkin heran apa yang sedang kami lakukan. Tubuh mereka jauh
lebih besar daripada kami. Jika dilihat sekilas mereka itu seperti anak-anak
kebanyakan. Menghadapi teman-temanku yang ini seperti menghadapi anak TK atau
balita. Mereka memang ditekankan untuk berdisiplin, namun sikap kita ke mereka
ya harus senyaman mungkin. Ada yang bisa bicara normal dan mengerti bahasa kita
dengan baik pula, tapi ia tetap saja sulit diajak berkomunikasi. Ia lebih
banyak bertindak semaunya. Lain lagi dengan teman yang satu ini, ia tidak bisa
mengeluarkan kata apapun selain “Mmmm…”. Sepanjang waktu ia hanya menggumam.
Memujinya hanya cukup memberi jempol atau dengan ber-cas ria dengannya. Itu
cukup membuat dia senang. Yang lucunya, sepanjang pelajaran ia bertindak
sesukanya. Makan lah, lari ke kantin lah, ikut bermain basket lah, sampai
menari-nari di depan kaca. Sungguh! Lucu sekali!
Lagi bercanda sama Reza, ini dia yang sepanjang waktu cuma ngomong "Mmmm" |
Masuk
ke kelas kedua, adalah teman-teman tuna wicara alias bisu. Bersuara dalam diam.
Begitu kata yang tepat untuk mengungkapkannya bagiku. Kelas itu hening, hanya
suara mesin jahit yang terdengar. Tidak ada suara ricuh murid yang bertengkar,
berebut pensil, saling menjahili dan sebagainya. Tidak akan ada juga guru yang
berteriak-teriak memukul papan tulis atau melempar kapur pada muridnya yang tak
bisa diam. Karena mereka semua diam. Kami pun memilih untuk berbisik-bisik saja
kalau berbicara. Terlihat beberapa dari mereka membicarakan kami, entah apa
artinya yang jelas satu orang bercerita dan yang lainnya melirik ke arah kami. Ini
kelas terhening yang pernah aku temukan, sementara aku dan teman2 jadi ikut
bisik2an juga (hihihi…)
Kelas
ketiga, kali ini bukan dalam kelas tapi di lapangan. Anak-anak lelaki mengikuti
kelas keterampilan dimana mereka belajar membuat kursi dari bambu, sapu lidi
dari pelepah kelapa dan hal lainnya yang biasa dikerjakan lelaki. This is!
Walaupun mereka itu kelihatan tidak bisa diatur, tapi ternyata setiap kali
diberi perintah mereka bisa mengerjakan dengan baik! So Great, kiddo!!
Nah, kebetulan pas kami datang mereka sudah hampir selesai. Karena tujuan kami adalah untuk liputan so, nggak lupa buat ngambil foto mereka. Ehh, belum diapa2in udah keburu narsis ternyata. Hihihi, begitu lensa kamera mengarah ke mereka langsung deh semua bergaya walaupun malu2. Akhirnya kita ajarin mereka bergaya. Mulai dari “peace”, “gaya nembak”, gaya “saranghae” plus yang lainnya deh.
Nah, kebetulan pas kami datang mereka sudah hampir selesai. Karena tujuan kami adalah untuk liputan so, nggak lupa buat ngambil foto mereka. Ehh, belum diapa2in udah keburu narsis ternyata. Hihihi, begitu lensa kamera mengarah ke mereka langsung deh semua bergaya walaupun malu2. Akhirnya kita ajarin mereka bergaya. Mulai dari “peace”, “gaya nembak”, gaya “saranghae” plus yang lainnya deh.
Kita dan teman-teman luar biasa... (Liat gayanya sama semua ^^ ) |
Overall, mereka itu anak-anak
yang luar biasa. Bener kalo orang bilang “Andaikata indera hilang satu, maka
indera lainnya akan ditajamkan”. Hari ini aku mendapat satu pelajaran tentang “’Menikmati
Hidup”, thank you my extraordinary friend…
Komentar
Posting Komentar