Cerita Anak Perantauan



Pintu besi berjeruji menutupi senja yang oranye
Mencoba hilangkan semua keindahan
Hanya senandung rintih yang mulai terdengar
Kami ini anak perantauan

Malam merambat
Jenuh mulai merayapi kesunyian
Hanya hening dan dingin yang menemani
Beserta kasur batu yang membisu

Jangankan melihat ramainya lampu jalanan
Redup lampu kamar ini sudah cukup ku syukuri
Mana ada mimpi punya kasur
Sekedar bisa tidur pun jadi

Aku ini anak perantauan
Kala bulan sembunyi malu-malu
Tafakur seorang diri
Terbayang kembali jalan hitam itu
Menutup mata hati dan nurani

Aku terkurung di balik sini
Di antara tembok-tembok yang tinggi
Anganku terpenjara
Dengan kenyataan yang tak begitu indah

Aku rindu bau angin
Yang merasuk jauh ke dalam hati yang dingin
Mungkin harus beginilah hidup
Karena perjalanan tak mungkin tak berbatu

Catatan untuk sahabat-sahabatku di
Lapas Anak Klas II - Tanjung Gusta, Medan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bertemanlah Seperti Rata-Rata Air

Jangan Suka PHP Orang, Ini Denda yang Harus Dibayar!

Barbie Berjilbab, Potret Muslimah Kita